3

25 2 5
                                    

Heyyow...

Pa kabar nichhh hehe...

Maaf gais aku jarang up dikarenakan kondisi cerita ini sepi seperti hati ini:(

Btw aku uda mulai coolyeah, jadi keknya makin lama up, kecuali emang cerita ini rame aku usahain buat sering up😘

Part ini aku bikin sedikit narasi ya:)

Dah gitu aja... HAPPY READING😘

 HAPPY READING😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makasih." ucap Senja ketika baru saja menuruni motor besar milik Kala.

"Tumben bilang makasih," balas Kala sambil merapikan rambutnya.

"Terserah gue." Senja melepaskan helm yang masih menempel di kepalanya.

"Gue gak mau bawa pulang helm itu."  ucap Kala santai dengan kedua tangan bertumpu pada helm miliknya.

"Terus?"

Kala kembali memakai helm full face miliknya. "Besok gue jemput."

"Gue gak mau."

Tanpa menghiraukan perkataan Senja, Kala segera melajukan motornya, meninggalkan Senja yang masih mematung sambil geleng-geleng kepala.

Gila tu cowok.

Senja memasuki rumah, dan berniat untuk segera berganti pakaian. Baru saja langkah kaki Senja berada di depan pintu kamarnya, ia sudah mendapati Wisnu yang tengah mengobrak-abrik isi lemari kamarnya.

"Mas, lo ngapain?" Senja segera menyusul Wisnu dan menghentikan aktivitas Wisnu itu.

"Mana duit lo?"

"Duit apaan sih, gue gak ada duit."

"Gak usah bohong lo, kemarin lo dikasih duit kan sama nenek?!" Wisnu kembali menghambur isi lemari Senja.

"MAS!!" bentak Senja.

"Apa lo? berani lo sama gue?!" Wisnu memelototi Senja.

"Stop hamburin kamar gue, gue capek." suara Senja bergetar.

"Bacot lo anjeng." Wisnu menampar pipi Senja dengan keras, membuat Senja tersungkur di lantai.

Senja memegangi pipinya yang terasa panas, ia mendongakan kepalanya menatap Wisnu. "Stres lo."

Wisnu semakin naik pitam, ia beberapa kali menendangi adik kandungnya itu dengan kasar.

"Mati aja lo setan." Wisnu membanting pintu kamar Senja, meninggalkan adiknya yang sudah memprihatinkan itu.

Air mata Senja kini benar-benar tak bisa ditahan lagi, Ia menangis dengan memeluk kedua lututnya, membiarkan air mata membanjiri pipinya.

"Senja." ucap Aisyah yang sudah berdiri di ambang pintu, nasi bungkus ditangannya jatuh ke lantai begitu saja.

Kisah Senjakala untuk SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang