5

16 1 0
                                    

"Enak ya menu makan siangnya," ucap Jala, tangannya menuangkan sebotol kopi susu kedalam piring Senja.

Senja menyendok nasi yang sudah tercampur kopi susu tersebut, dan tanpa ragu ia menyuapkan sendok itu kedalam mulutnya.

Jala, Tania dan Kesya memelotot tak percaya melihat Senja dengan lahap memakan makanannya.

"Nja." Vanda menepis sendok yang hendak masuk mulut Senja.

"Apaan sih lo." Vanda mendorong bahu Jala.

Jala yang tak mau kalah, balik mendorong bahu Vanda. "Ganggu aja lo."

"Kalian bertiga stres? coba kalian yang makan makanan kayak gini. Emang kalian mau?"

"Gak mau kan!"

"Lo gak usah ikut campur, gendut." ucap Tania sambil menarik rambut Vanda.

Glontanggg...

Senja membanting piring besi makanannya, membuat beberapa pasang mata siswa tertuju padanya.

"Jangan takut lagi sama anak-anak sialan,"

"Ada gue."

kalimat tersebut kembali berputar di otak Senja.

"Kalau kalian benci gue, kalian cukup ganggu gue."

"Jangan ganggu Vanda."

Senja sedikit berteriak. Ia benar-benar kesal kali ini.

"Apa kalian kurang puas setiap hari nyiksa gue?" Senja menarik rambut Tania.

"Maksud lo apaan anjeng." Jala yang tak terima karena Senja menjambak rambut Tania pun langsung menjambak rambut Senja.

Suasana kantin semakin gaduh ketika adegan jambak-jambakan berlangsung. Bahkan Jala dan Senja sudah terbaring di lantai kantin akibat saling jambak.

Saat ini mereka menjadi pusat perhatian seluruh siswa yang tengah berada di kantin. Bukannya melerai, mereka malah saling menyoraki agar Jala dan Senja baku hantam.

Terlihat sosok lelaki yang tengah membuka kerumunan berjalan kearah dimana Senja, Jala dan teman-temannya sedang jambak-jambakan.

Sandyakala menarik tubuh Senja untuk menjauh dari Jala, Langit dan kedua temannya pun menahan Jala dan kedua temannya agar tidak mendekat kearah Senja, sedangkan Vanda sudah aman bersama pacarnya.

Senja terus memberontak walaupun ia tahu usahanya akan sia-sia.

"Lepasin gue." ucap Senja dengan perasaan menggebu-gebu.

"Gak." balas Kala dengan wajah datar.

"Lepasin Kal." pinta Senja sekali lagi.

Kala yang merasakan tubuh Senja semakin kuat memberontak, ia segera menarik Senja kedalam pelukannya. Dan ya, Senja tidak berkutik sedikit pun.

"Bilang aja mau di peluk." ucap Kala, membuat wajah Senja memerah padam.

"Najis." Senja memukul dada bidang milik Kala, membuat sang empunya mengaduh.

***

Senja memegangi perutnya, kini wajahnya pucat pasi, keringat tak henti bercucuran di jidatnya. Dan ini sangat mengganggu aktivitas belajarnya saat ini.

Kala menyadari Senja yang gelisah sedari tadi. "Lo kenapa?" tanyanya.

"Gak apa-apa." ucap Senja, tangannya meraih pulpen yang tergeletak diatas meja.

Kisah Senjakala untuk SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang