Malam ini suasana kota sangat ramai, banyak mobil berlalu lalang di jalan. Bahkan beberapa ambulance melintas berkali-kali. Tepat pada malam ini, ada seseorang yang tengah bertaruh nyawa demi terlahirnya sebuah kehidupan. Di sisi lain ada seseorang yang tengah kehilangan sosok orang yang paling di sayang. Apakah kalian berada di posisi salah satunya?
Terkadang malam adalah tempat ternyaman untuk kita bersembunyi dari ramainya omongan orang. Terkadang malam adalah tempat paling menyakitkan untuk sekedar mengingat beberapa runtutan kejadian di masa lampau.
Kala menghembuskan napasnya kasar. Kakinya tengah berpijak pada jembatan yang menggantung. Tenang saja dia tidak akan melakukan hal buruk kepada dirinya. Ia hanya sedang marah, marah kepada semesta. Semesta begitu jahat baginya, terus menumbuhkan beribu rasa sakit pada fisik dan batinnya.
"Tuhan, bisakah sedikit lebih lama?" Kala setengah berteriak ditengah ramainya kota, berharap semesta mendengarnya.
Ia mengacak rambutnya frustasi, pandangannya sedikit buram akibat genangan air matanya yang siap tumpah saat ini juga.
Rintik hujan berjatuhan, seoalah semesta mempersilahkan Kala untuk menangis, menjatuhkan air matanya bersamaan air hujan.
"Gue muak. Gue benci hujan." ucap Kala di ikuti air mata yang jatuh di pipinya.
Kala terisak untuk beberapa saat, ia mengeluarkan seluruh air mata yang ia tahan sejak lama. Sedikit lega, namun semua permasalahan tidak terselesaikan sedikit pun jika hanya menangis, walaupun begitu, setidaknya beban di pundaknya sedikit berkurang.
Sebuah jaket menutupi kepala Kala dari derasnya hujan. "Senja,"
"Lo ngapain main hujan-hujanan," ujar Senja dengan tubuh basah kuyup.
"Hidup gue selalu dipenuhi hujan." balas Kala, tangannya meraih jaket yang ada di kepalanya.
"Pulang, lo bisa masuk angin." Kala menutupi kepala Senja dengan jaket tadi.
"Gue suka hujan Kal." Senja tersenyum diakhir katanya.
"Dan gue benci hujan." ucap Kala dengan perasaan sesak.
"Kalau benci hujan, kenapa gak berteduh?"
"Sudah terlanjur semuanya." Kala menghembuskan napas kasar.
"Lo baik-baik aja?" Senja menatap kedua mata Kala.
Kala memeluk Senja dengan erat, membisikkan satu kalimat di telinga Senja. "Gue gak baik-baik aja Nja-,"
"Gue takut sama apa yang bakal terjadi selanjutnya." terdengar isakan kecil dari bibir Kala.
Tangan Senja terangkat untuk mengusap punggung Kala, membiarkan Kala tenang dalam pelukannya. "Semuanya bakal baik-baik aja Kal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Senjakala untuk Semesta
Roman pour AdolescentsBuat kalian yang gak terlalu suka cerita yang kebanyakan narasi, kalian wajib baca cerita ini. Setiap part bikin geregetan, ketika cewe yang punya ribuan masalah bertemu dengan sosok cowo pelindung. Cowo yang bisa bikin kalian jatuh cinta dari awal...