Lampu ruang kerja Lucene sudah dimatikan. Hanya sorot cahaya dari layar aplikasi monitoring saja yang masih menyala di bagian tengah kantor sederhana ini. Ada tiga layar besar yang menampilkan aktivitas jaringan, sumber daya di mesin-mesin mainframe serta server milik klien, dan layar ketiga berisi aktivitas ancaman pada jaringan. Sejauh ini, layar ketiga itu yang dimonitor oleh Nitta. Sementara itu, dua layar lainnya Dodi yang memonitor.
Dodi dan Mona menggeliat di kursinya, lalu bangkit berdiri setelah membereskan barang-barang mereka. Perlahan, Mona menghampiri Nitta yang masih sibuk di kubikelnya. Di kacamata yang Nitta kenakan, cahaya dari monitor di hadapannya—yang bersisian dengan laptopnya—terpancar.
"Nit, aku sama Dodi balik duluan nggak apa-apa? Kamu patch server punya Belibis Group bakal lama ya?" tanya Mona saat ia berpangku tangan di kubikel Nitta.
Nitta mengempaskan punggungnya ke kursi lalu menggeliat dan menguap lebar. "Iya nih. Lama-lama kampret juga itu Belibis Group, minta patch terus padahal aku cek udah ada pembaruan kok. Berhubung patch dari Alienvault baru hari ini keluar, jadi aku harus kejar. Biar nggak ngoceh terus project manager mereka," jelas Nitta panjang lebar.
Mona mengangguk lemah. Lalu, dari belakang muncullah Dodi. "Gimana? Kami tinggal nggak apa-apa ya?"
"Ya udah, duluan aja gih. Aku kan udah biasa di sini. Nanti aku ngobrol sama satpam aja kalau sepi," balas Nitta lagi.
Kini Mona dan Dodi mengangguk bersamaan. Setelah pamit, mereka pun bergegas meninggalkan kantor Lucene.
Nitta mengikuti arah kedua temannya pergi. Lalu, ia mengecek arloji dan bersandar lagi. Beberapa saat kemudian, ia melirik ke monitor di sebelah kiri laptopnya lalu mengetikkan sesuatu.
nitta@luc-workstation1:~$ cd nitta_dir
nitta@luc-workstation1:~/nitta_dir$ sudo ./auto_patch_20161220.sh
Setelah menekan enter, halaman hitam pada monitor mulai bergerak. Tulisan-tulisan berwarna putih bergerak cepat dan kadang berhenti. Setelah muncul titik-titik dengan tulisan "waiting for updates", tulisan itu pun bergerak lagi. Nitta menatap monitor sambil terkantuk-kantuk dan bersandar.
Ia mengecek arloji lagi. Jam baru menunjukkan pukul sebelas malam. Nitta pun bangkit dan menuju pantry. Di pantry, rupanya sudah ada satpam yang berjaga hari ini.
Sambil menggaruk belakang kepalanya, Nitta menyapa, "Pak Imron jaga lagi hari ini?"
"Iya, Neng. Saya yang jaga, kemarin udah ngobrol sama Didin. Hari ini dia mau antar istrinya ke kampung katanya," balas Pak Imron.
Nitta mengangguk dan melihat Pak Imron sedang menuangkan kopi dari mesin pembuat kopi di pantry. "Kopinya masih ada kan, Pak?" tanya Nitta sambil mengambil gelas dari lemari kayu yang tergantung di atas meja pantry.
"Oh ada, Neng. Tenang, ini saya sisain tadi," balas Pak Imron ramah.
Setelah Pak Imron selesai, ia pun pamit untuk kembali berjaga di depan kantor. Nitta menuangkan kopi dan memberi sedikit gula. Ia menghirup aroma kopinya sebentar lalu memejamkan mata. Setelah ia menghela napas, kini ia bergegas menuju kubikelnya lagi.
Di hadapannya, monitor besar yang tadi masih menampilkan program yang memproses pembaruan sistem milik Belibis Group. Nitta menguap sekali lagi dan ia merapatkan tudung jaketnya. Lalu, ia melirik ke kubikel Mona di seberang kubikelnya. Setelah itu, ia melirik ke arah ruang server kecil yang berada di depan pantry. Suara dengung server samar terdengar.
Dan kini Nitta pun beralih pada laptopnya.
"Mari kita cari jimmo," gumamnya sambil menyeringai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cipher | ✔
Mystery / Thriller[The Wattys 2022 Winner - Mystery/Thriller Category] [Silakan follow sebelum membaca dan jangan lupa tinggalkan kritik serta saran] Kode program 1984 menghilang. Salah satu peretas AWANAMA, yang mencurinya ditemukan tewas dengan luka tusuk. Dan mere...