12 - Honeypot

291 82 6
                                    

Fahima Nittari memeriksa halaman pesan di laptop. Tak ada tanda-tanda Adin Fikri membalas pesannya. Sebagai atasan yang sabar, Nitta tak masalah kalau Adin cuti berhari-hari. Masalahnya, Adin masih punya segudang pekerjaan yang belum dia laporkan pada Nitta. Hal itu membuat Nitta cemberut dan kesal sepanjang hari.

"Mbak Nitta, ada yang bisa saya kerjakan untuk hari ini?" tanya Caraka tiba-tiba. Dia berdiri di hadapan pembatas kubikel Nitta. Mata sayu Caraka mengintip dari balik poni yang sudah seperti tirai jendela.

"Hmmm. Apa ya? Aduh, sebenarnya banyak pekerjaan, sih. Tapi ini punya Adin semua. Kamu mau membereskan kerjaan orang lain, padahal tenggatnya tinggal besok sore?" ungkap Nitta. Dia utarakan semuanya agar Caraka tidak sedang merasa ditipu tenggat yang ternyata tinggal sehari.

Caraka diam sejenak. "Saya nggak masalah mengerjakannya. Tapi bagaimana dengan Adin? Kalau kerjaannya saya curi, nanti dia marah nggak?" balas Caraka hati-hati.

Nitta mengibaskan telapak tangan. "Nggak masalah. Dia santai orangnya. Malah senang kayaknya, kalau ada yang bantu. Nanti pekerjaan dia yang lain, saya garap juga. Kita bagi dua aja. Ini dia cuti, tapi MIA," tambah Nitta.

"MIA?" Caraka kebingungan dengan istilah itu.

"Eh, maaf. Ya, maksudnya dia missing in action. Nggak ada konfirmasi, hidup, mati, sakit, atau kenapa. Saya nggak dapat kabar. Batas cuti yang dia ajukan sudah lewat satu hari, walau saya nggak masalah juga kalau dia mau nambah," jelas Nitta.

Caraka mengangguk cepat. Ia kembali meminta tugas, "Kalau gitu, nanti kirim aja detail pekerjaan yang harus saya bereskan, biar saya kerjakan sekarang."

Nitta mengangkat tangannya, membentuk isyarat oke. Lalu ia menyuruh Caraka kembali ke meja kerjanya, di kubikel seberang Nitta. Baru saja Caraka duduk, rupanya halaman pesan di laptop sudah menampilkan sejumlah daftar pekerjaan berikut informasi tenggat.

"Dibereskan yang prioritas tinggi aja dulu, Rak. Tasks prioritas rendah besok-besok lagi," seru Nitta dari kubikelnya.

"Oke, Mbak. Saya langsung kerjakan," balas Caraka ikut berseru karena letak kubikelnya yang agak jauh.

Sementara Caraka membereskan pekerjaan, Nitta malah lirik kanan-kiri. Dia memastikan kondisi sekitarnya aman dan membuka halaman Awanama. Salah satu layar monitor yang ia pakai, sudah diatur ke mode agak gelap dan tidak menampilkan bayangan jika dilihat dari samping. Nitta baru saja membeli pelindung layar "anti intip". Nitta masuk situs setelah menutup alamat IP kantor dengan melompati beberapa koneksi VPN. Ia langsung menuju pesan privat untuk menghubungi Kiri.


ubermensch: kir...

akuinikiri: oit? ada apaan?

ubermensch: jimmo semingguan ini ga keliatan

akuinikiri: ngga tau. diciduk kali ya?

ubermensch: mana mungkin lah? kita mo nangkap dia aja ga bisa-bisa

akuinikiri: dia pakai banyak server zombi. lompat terus IPnya

ubermensch: nah kan? kita aja ga bisa tangkap, apalagi polsib

akuinikiri: gw dapat bocoran, polsib dah bikin siber alfa

ubermensch: what? apaan tuh?

akuinikiri: sebuah tim khusus di subsiber, yg mimpin anak 2000

ubermensch: pol2000?

akuinikiri: iya, tp ga cuma akpol aja, dia dobel degree ST jg

ubermensch: spek?

Cipher | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang