1. es campur🍧

1.1K 65 7
                                    

Baca author note di akhir chapter ini ya!

Juli

~~~~~

"Kak, di sini panas banget! Gak like ah!"

Lelaki dengan tinggi 170cm ini terus mengeluh pada kakak sepupunya sebab perbedaan suhu yang cukup signifikan antara kampung halaman dan tempat tinggalnya sekarang.

"Ren, kamu di sini bukan buat manja-manjaan ya! Dan juga jaga bicara kamu, jangan sampai menyinggung orang lain."

Wanita yang sialnya menjadi kakak sepupu Renjana itu pergi mengecek gudang berisikan barang-barang toko tanpa peduli Renjana yang kembali mendumal.

"Yo opo aku ndek kene setaun? Kate dadi gereh ta? Puanase suu!"
(Gimana aku di sini setahun? Mau jadi ikan asin? Panas banget)

Capek mengeluh, Renjana berkeliling dengan motor matic sang kakak. Tak lupa helm dan jaket denim kebanggaan. Ya meskipun ia belum memegang SIM C sih tetapi gas saja. Toh kata kakaknya ini bulan-bulan tenang tanpa operasi jalanan.

Renjana sebenarnya juga belum hafal jalan, ia hanya menelusuri kota di ujung Indonesia ini tanpa arah dan tujuan pasti. Seperti hubunganmu.

Huh, siang-siang begini rasanya tenggorokan Renjana jadi mengering. Berhentilah ia pada penjual es di pinggir jalan. Terlihat bersih kok, jadi ia tak khawatir apapun. Yang ia khawatirkan adalah,

"Mas, es campurnya berapa?"

"18"

Tuh kan! Tapi mungkin memang harganya normal di sini? Ah masa bodo, Renjana bawa uang lebih kok. Mamanya tidak akan miskin hanya karena ia beli es campur bukan?

"Satu ya, Mas."

Ia pikir mungkin jika dibawa pulang esnya bakal keburu mencair. Lagi pula Renjana sudah kehausan di sini. Tak lama es campur pesanannya sudah di depan mata. Ia menikmati es berwarna pink dengan banyak toping itu hingga seseorang duduk di hadapannya. Bukan masalah sih, toh ini tempat umum, tapi visual dari orang ini tak bisa Renjana abaikan. Ia kira tak akan ada cogan. Eh!

Sesekali Renjana curi pandang pada lelaki di hadapannya yang tampak tak peduli karena terfokus pada gawainya sendiri. Tetapi Renjana bersyukur, siang ini jadi terasa sejuk karena es campur dan cogan yang memanjakan mata.

Drrtt drrtt

"Kenapa kak?"

"..."

"Gak nyasar aku, iki kate muleh kok."
(Aku nggak nyasar, ini mau pulang kok)

"..."

Renjana segera membayar es campurnya lalu memutar motor. Tapi tunggu, ia lupa jalan. Sewaktu kemari kan ia berkeliling tanpa arah dan tujuan, sekarang ia harus kemana?

Kebetulan si lelaki tadi juga akan pergi jadi Renjana menanyainya. Malu bertanya sesat di jalan, dude.

"Permisi Mas, kalo mau ke Jalan Ternate lewat mana ya?"

"Ternate? Mari pi ikut sa saja, tong satu arah."
(Ayo ikut saya saja, kita searah)

Renjana hanya melongo karena belum terbiasa dengan logat dan bahasa di sini. Lelaki tersebut tersenyum geli melihat wajah Renjana yang terlihat polos dan menggemaskan.

"Maksud saya, mbaknya ikut saya saja karena kita juga searah."

"Ooh. Heh, saya laki-laki Mas!"

"Eh? Maaf-maaf, sa kira perem soalnya cantik."

danke [jaemren]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang