8. S3💯

152 20 1
                                    

Mei
#danke🌱

"Rajin banget! Ini masih jam 7 juga."

"Jadwal kita kasih kembali buku jam 8, Sayang."

"Dih sayang-sayang. Makanan jatuh belom lima menit juga sayang!"

Naren hanya terkekeh melihat Renjana yang justru menyamankan diri di pangkuannya. Renjana masih mengantuk, ia ingin kembali tidur jika saja tangan nakal Naren tak mengusap pahanya yang tak tertutup apapun karena celananya tersingkap.

"Mau aku potong tangannya?"

"Makanya mandi, trus siap-siap. Atau mo main dulu?"

Renjana segera bangkit dan berlari ke kamar mandi. Kalau dirinya diterkam Naren kan tidak lucu. Yang ada mereka terlambat.

Sepuluh menit kemudian Renjana keluar dari kamar mandi mengenakan bathrobe putih. Abai akan siulan nakal dari Naren, Renjana memakai bajunya membelakangi Naren.

"Sayang, hadap sini."

"Nggak usah aneh-aneh!"

Naren hanya tertawa lalu dilanjut memandangi Renjana yang memakai skincare. Ah Renjana memang pandai merawat diri kendati ia lelaki.

"Gak glowing gak dihargai cuk, keadilan sosial bagi seluruh rakyat good looking."-Ren

"Sarapan dulu atau nanti saja?"

"Nanti aja, belum laper kok."

Naren memeluk Renjana dari belakang menciumi leher beraroma minyak telon dan bedak bayi tersebut. Rasanya Naren pengen cuddle saja, tidak rela wangi pacarnya dicium orang lain.

"Naren ayo, udah 07.30."

Tubuh Renjana dibalik menghadapnya sebelum bibir plum tersebut dilumat pelan. Renjana ikut menikmati cumbuan sang kekasih dan mengalungkan tangannya pada leher Naren.

Hanya dua menit, tautan ranum itu terlepas. Memang tak lama, namun rutin dilakukan. Naren anggap itu lipcarenya padahal Renjana sudah sering memintanya pakai lip balm sendiri.

Suka-suka yang punya pacar saja.

Keduanya lekas pergi ke sekolah dengan tumpukan buku dalam tas. Tidak banyak karena mereka meminjam satu untuk berdua setiap bukunya. Toh buat apa pinjam satu-satu jika bisa berdua dan jadi alasan belajar bersama. Sedikit rahasia, Naren sudah menatap Renjana sejak pertemuan kedua atau lari pagi pertama bersama Mikael.

Bagi Naren, Renjana bukan tipe orang yang mau memulai pembicaraan dengan orang asing jika tidak penting. Renjana bukan juga anti sosial, ia hanya agak menjaga jarak. Tetapi jika ada yang mau berteman dengannya, Renjana terima dengan senang hati seperti Naren dan Mikael tempo lalu.

"Ey visual couple kita datang. Ini muka-muka bahagia, kam dua baru pulang honey moon ka?"

"Bukan baru pulang, macamnya memang baru selesai jatah pagi."

"Kam dua dua stop sudah. Nan de hambak baru bale, sapa mo dokumentasikan tong pu kegiatan?"
(Kalian berdua stop sudah. Nanti dia ngambek terus pulang, siapa yang mau dokumentasikan kegiatan kita?)

Naren hanya tersenyum memandangi teman-temannya yang asyik gambar. "Anak babi!"

Renjana yang duduk sambil meminum susu kotak pun tak luput dari pertanyaan vulgar teman-teman sekelasnya.

"Punya Naren berapa panjang? Atau besar ka tidak?"

"Apanya?" tanya Renjana pura-pura polos. Itu rahasia ranjang, tidak boleh orang tahu bukan?

"Ish, Naren pu kont-

Plak

"Ini samping perpus, bodok!" Tegur salah seorang dari mereka.

"Jadi Ren, visualisasi Naren pu joni bagemana?"

"Lah kan Naren yang punya, tanya Naren-lah. Kenapa tanya saya?"

Naren terkekeh manis menatap Renjana bangga. Sebenarnya ia biasa saja jika pun Renjana menjawab gamblang. Toh ia bangga dengan miliknya sendiri. Tapi kekasih manisnya tentu menjaga privasi apalagi masalah ranjang.

Eh eh, kok ngomongin sang pisang jadinya?

#danke🌱



Sekitar 280an siswa siswi yang mendapat surat pernyataan lulus itu berkumpul di lapangan basket. Semua sibuk saling mencoret baju satu sama lain tak terkecuali Renjana. Biar kata dia suka kerapian, tetapi coretan abstrak di baju punya nilai estetika tersendiri.

Two toned hair miliknya dijepit lucu menambah kesan manis berlebih di wajah perpaduan cantik dan tampan di waktu bersamaan.

Bubuhan tanda tangan tak terhitung jumlahnya menghiasi seragam putih yang kini telah berubah warna.

Naren sedang mendokumentasikan kegiatan itu dibantu dua orang lainnya. Senyumnya merekah melihat Renjana yang berjalan ke arahnya sarat ingin memeluk. Tetapi nyatanya kegiatan itu harus diinterupsi oleh para siswi. Mereka ingin berfoto dengan Renjana.

Si tampan kesayangan mendengus kesal meski akhirnya ia juga mengambil foto sebaik mungkin. Jika bukan untuk para siswi itu, setidaknya Naren harus membuat kekasihnya terlihat sempurna.

"Naren nanti fotonya dishare kan?"

"Tidak ada yang gratis, Ladies. Sa ini su jadi photografer profesional, jadi harus bayar."

"Bilang saja hambak karna pacarnya dipinjam."

"Nanti dishare kok pasti. Kalo nggak dishare aku marahin Narennya." Ailih Renjana membuat para siswi itu berbinar.

"Sayang Renjana banyak-banyak!"

Setelah mereka berlalu, Renjana mendekati Naren yang tampak merajuk. Pipi yang sedikit chubby itu ditepuk pelan lalu ditarik gemas mengakibatkan sang empu memekik.

"Ren!"

"Apa, Na?"

"Sakit:("

"Nanti aku kiss kalo udah di rumah."

"Call!"

Waktu terus berjalan hingga siap pengambilan video. Seluruh siswa siswi bergandeng tangan membuat 4 lingkaran berlapis seperti kambium pohon. Kemudian pada menit berikutnya berkumpul di tengah lalu kembali membentuk atom rutherford.

Begitu seterusnya hingga mereka bisa membentuk angka 1-4-1992, 2017/2020, dan SMANDA Move On!

Briefing satu bulan setengah tak mengecewakan. Walau masih ada beberapa yang kurang tetapi itu manusiawi, wajar.

Kegiatan tersebut diakhiri dengan pemutaran lagu acara sampai-sampai abu naik bahkan anak yang bukan kepala goyang pun ikut andil di dalamnya. Pokoknya, ini kita pu hari. Atam sampe cape!

"Habis lulus S3 lanjut di mana?"

"UB mungkin? Tergantung diterimanya saja."

"Semoga sukses, Sayang. Mari baku jaga!"

Senyuman Renjana di tengah gebyar dentuman musik acara adalah objek paling elok yang pernah ia saksikan. Rambut yang bergerak sesuai lonjakan kaki semakin menambah gemas dalam hati.

"I love you!"

#danke🌱


danke [jaemren]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang