Agustus
#danke🌱Ini sudah sebulan Renjana memulai sekolahnya di tempat yang sama dengan Naren dan Mikael. Tetapi ia belum punya banyak teman, sebab bahasanya yang medhok dan sering menjadi bahan candaan anak-anak lainnya.
Renjana itu tampan dan manis tak jarang pula terlihat cantik pada saat-saat tertentu. Banyak gadis yang terpikat oleh visualnya, tetapi perlahan mundur jika tahu cara berbicaranya. Menurut mereka, cara bicara Renjana itu norak dan kurang cocok. Oleh sebab itu Renjana sering dipanggil Mas Jawa, itu bukan pujian melainkan olokan. Jika saja bukan Naren yang memberi pengertian padanya, bisa-bisa Renjana sudah hilang kendali sejak hari pertama masuk sekolah.
Sebenarnya tidak semua suka mengolok, hanya saja beberapa teman sekelasnya seperti itu. Banyak anak kelas lain yang berbicara dengan khas masing-masing sukunya. Mengingat kembali bahwa kota tempat tinggalnya sekarang dijuluki Indonesia mini. Di mana lebih dari 100 suku bertempat tinggal di sini.
"Jang baper, memang dong pu cara bercanda begitu."
"Tapi tetep aja, kita nggak sedekat itu sampai mereka bisa mengolok dengan tittle 'bercanda' kayak gitu. Gak onok sing lucu, asu!"
Naren membawa Renjana ke para-para depan kelas. Ada dua orang siswi yang tengah asik berbincang, teman sekelas mereka. Menurut pengamatan Renjana, salah satu siswi ini termasuk anak yang cerewet dan banyak tingkah alias pecicilan serta bersumbu pendek sama sepertinya dan yang satu lagi pendiam serta lebih santai, tak banyak bicara saat marah namun sorot matanya tajam.
"Taa, kemarin tu sa ada makan malam deng pace dan ko tau sapa lagi? Pak Abidin! Gila, untung Pak Abidin tra buka sa pu kelakuan buruk di sekolah."
Oh, si anak cerewet ini sedang menceritakan pengalamannya. Ah Renjana jadi iri, ia ingin berbagi kisahnya sehari-hari dengan seorang sahabat juga. Sejak dulu Renjana tak punya bestie, semua menjauhinya karena ia seorang homoseksual. Mungkinkah Naren akan menjauhinya juga jika pemuda itu tahu dirinya tak normal?
"Renjana, mukanya jangan ditekuk gitu gantengnya jadi ketutupan." Gadis itu terkekeh mendapati respon dari Renjana. Ternyata jika dilihat-lihat, kepribadian gadis bernama Andini ini mirip dengan Naren. Kadang banyak bicara, bermulut manis, seperti elpiji yang meledak-ledak dan sangat random.
Renjana tersenyum canggung agar tak terkesan sombong. Tetapi Andini justru memekik heboh setelahnya.
"Aduh Renjana senyumnya manis banget gila!! Kamu ganteng, tapi aku belom suka kamu. Ga tau kalo nanti sore."
Tuh kan, tak ada angin maupun hujan tiba-tiba berucap demikian lalu tertawa. Bahkan saat Naren menyepak pantatnya ia hanya memasang ekspresi swag.
"Dini stop bagatal sudah!"
"Ah pele sayang, jang marah."
"Dih!"
Naren menatap Andini dengan wajah risih dan lagi-lagi dibalas tawa oleh gadis itu. Mungkinkah ia gila? Astaga, kasian mana masih muda.
"Bye sa lapar. Ayo Ta, gas kantin!"
Satu lagi teman sekelas yang Renjana tau namanya Tata itu mengikuti Andini karena pundaknya dirangkul posesif. Kata Naren tempo hari, dua gadis ini sudah dekat sejak kelas 10. Walaupun kepribadiannya berbeda, mereka tak bisa dipisahkan. Andini itu posesif dan sering cemburu jika Tata bersama teman lain. Andini mengklaim Tata itu miliknya.
"Jang kaget, Andini memang parampuan gila."
"Tata apa nggak tertekan ya?"
#danke🌱
"Karnavalnya kapan?"
"Tiga hari lagi. Mo nonton ka?"
"Pengen sih, tapi nggak ada temen."
KAMU SEDANG MEMBACA
danke [jaemren]✔
De Todo*baca author note di chapter 1 010921~160822 jaemren bxb! Lokal! JANGAN SALPAK!