10. danke🌱

280 25 3
                                    

Juli
#danke🌱

Tak terasa sudah hampir setahun Renjana berada di kota ini, kota di ujung timur dengan segala keragamannya. Dan di sinilah Renjana temukan seseorang yang begitu ia damba dan rindukan saat tak ada eksistensinya. Renjana tak pernah berekspetasi tinggi akan kota ini namun nyatanya Tuhan memberikan yang paling indah dari yang pernah ia dapatkan. Naren, satu nama yang selalu bisa membuat hati Renjana menghangat, perutnya dihinggapi kupu-kupu dan membuat akalnya menghilang alias mabuk kepayang.

Kisah cintanya manis meski hantaman ombak beberapa kali datang berusaha menghancurkan sebuah hubungan yang dianggap terlarang oleh orang-orang. Tetapi kedua putra adam ini nyatanya masih saling menggenggam hingga kini.

"Baobei?"

Mata bening berhiaskan bulu mata lentik itu saling bersitatap dengan mata sipit Renjana. Tak butuh waktu lama hingga keduanya saling berbagi hangat dalam pelukan seakan abai dengan cuaca panas yang membuat tubuh semakin gerah. Tak apa, Renjana tak masalah tubuhnya basah akan peluh asal itu bersama Naren. Eh!

"Kenapa di sini sendirian? Nggak mau gabung sama yang lain juga?"

"Sa nggak butuh orang lain, sa cuma butuh kamu." Naren terkekeh pelan mendengar ucapan Renjana yang begitu kaku. Hampir setahun tinggal di sini tak membuat Renjana fasih akan bahasa. Tidak masalah sih, Naren tetap suka dengan cara bicara Renjana yang terkadang medhok. Justru Narenlah yang jadi ikut-ikutan pakai kata 'nggak' dan 'aku-kamu'.

"Na, mau ke pantai yang jauh dari pemukiman."

"Ya sudah ayo!"

Keduanya meninggalkan lingkungan sekolah yang penuh haru akan anak kelas 12 yang sudah mengambil ijazah.

Naren berhenti di salah satu toko membeli camilan dan minuman dingin untuk si manis. Ia tentu tidak mau pacarnya itu kehausan nantinya.

Tidak ada ki indomaret/alfamart di kota rusa:)

Sekolahnya cukup dekat dengan area pantai hingga perjalanan mereka tak menyita banyak waktu. Mungkin sekitar 10 menit jika ditambah waktu di dalam toko tadi.

Naren memilih tempat yang sepi seperti permintaan Renjana. Di sini mereka bisa berduaan tanpa takut mengganggu atau terganggu orang lain.

Renjana terlebih dahulu melepas sepatunya lalu bermain air meninggalkan Naren yang masih menyiapkan tempat duduk untuk mereka.

Cuaca memang sedang cerah begitu pun matahari bersinar terik. Namun, Renjana tak merasa kepanasan sebab semilir angin laut dan dinginnya air pantai menetralkan tubuhnya.

Gulungan ombak kecil-kecil datang menghampiri Renjana. Sesekali pemuda tersebut melompati ombak hingga kecipak basah mengenai celana seragamnya. Wajah manis, cantik sekaligus tampan itu berseri dengan senyuman manis yang terus terpatri membuat orang lain di sana menatap penuh atensi.

Renjana berlari menjauh ke arah yang lebih dalam membuat Naren langsung mengejarnya. "Renjana jangan jauh-jauh!" panggil Naren namun Renjana tak acuh. Ia terus berlari sambil tertawa puas bak anak kecil yang keasikan bermain air. Aksi kejar-kejaran tak terelakkan yang akhirnya berakhir dengan Renjana berada dipelukan Naren sebab hampir tergelincir oleh lumpur.

"Dasar nakal."

"Ah Nana geli!" yang lebih tua bergerak acak kegelian oleh aksi Naren yang menggelitiki perut dan pinggangnya.

"Sudah, Na ahaha capek aku."

Naren menggenggam tangan sang kekasih menuju tempat yang sudah ia siapkan. Tak lupa Naren mematikan kamera yang sedari tadi merekam kegiatan 'uwu' keduanya.

danke [jaemren]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang