6. sekarang berwarna🌈

161 28 0
                                    

Februari
#danke🌱

Naren hampir menyeret Renjana turun dari kasurnya karena ini sudah hampir jam enam pagi, tapi lelaki manis ini tak kunjung bangun. Mereka akan pergi mengikuti Colour run untuk memperingati HUT Merauke dan sudah bertukar janji sebelumnya. Namun, sekarang lihatlah rubah kecil ini yang masih asyik di dunia mimpi. Ingin sekali Naren siram dengan air tapi takut kasurnya basah. Iya, mereka tidur bersama di kamar Naren. Tidur dalam artian yang sebenarnya.

Tak kehilangan akal, Naren kecupi wajah Renjana hingga membuka mata. "Ayo bangun anak manis."

"Hngg masih ngantuk."

Salah Naren juga sebenarnya yang mengajak Renjana begadang hingga pukul 2 padahal pemuda itu biasanya sudah terlelap saat jam menunjukkan pukul 00.00.

Diangkatnya tubuh mungil itu ke dalam kamar mandi dan diturunkan pelan-pelan meskipun Renjana tetap kaget dengan dinginnya lantai kamar mandi.

"Mandi sendiri atau mau dimandikan?"

"Mandi sendiri."

Naren keluar dari kamar mandi tak lupa menutupnya setelah mengecup pipi gembil si manis. Naren juga menyiapkan baju untuk Renjana. Kaos putih dan celana putih? Tidak-tidak. Naren tak mau asetnya dilihat orang lain. Kaos putih dan celana bahan berwarna hitam. Itu adalah baju Renjana sendiri yang ditinggal di rumah Naren karena ia sering menginap sejak kurang lebih dua bulan lalu.

Tok tok
"Sayang, bajunya ada di kasur yaa."

Naren turun ke meja makan terlebih dahulu. Dari pada tidak bisa menahan diri melihat Renjana yang berbalut bathrobe kan bahaya. Bisa-bisa mereka tak jadi ikut acara colour run malah having fun.

#danke🌱




"Miki betulan tidak ikut Nana?"

Si bungsu itu tetap menggeleng tanpa melepaskan pelukannya pada sang Mama. Memang putra bungsu Nara ini lebih suka rebahan daripada mengikuti suatu kegiatan. Katanya gravitasi kasurnya sangat kuat hingga Mikael terus tertarik berada di atasnya sambil bergelung di dalam selimut.

"Dasar pamalas!"

"Iri bilang karyawan."

"Sudah sana kalian berangkat. Nanti dapat kasih tinggal baru tau." Nara menengahi kedua anaknya yang mungkin akan berdebat sebentar lagi.

Usai berpamitan, kedua sejoli ini berangkat ke titik kumpul berboncengan dengan motor Naren. Udara pagi yang dingin meskipun langit cerah membuat Renjana tak segan memeluk erat Naren dari belakang. Biar saja orang lain berkomentar, intinya Renjana sedang merengkuh dunianya.

Asyik menikmati perjalanan dengan sang pujaan, Renjana hingga tak menyadari bahwa mereka sudah sampai di titik kumpul. Naren memarkirkan motornya di pekarangan milik Tata yang mana sudah ada sekitar belasan motor terparkir di sana. Tenang, Naren sudah minta izin kok.

Baik Naren maupun Renjana makai gantungan ponsel anti air yang dikalungkan di leher masing-masing. Berjalan berdampingan dengan visual yang tampak menyilaukan. Ah, terkesan seperti pangeran surga sedang mengunjungi bumi.

Oke, itu berlebihan.

"Jangan jauh-jauh, nanti hilang. Ingat, temanmu cuma saya."
Iya, Renjana ingat kalau temannya hanya Naren. Maksudnya teman yang benar-benar teman bukan hanya saling kenal nama belaka. Naren selalu ada untuk Renjana apapun kondisinya. Naren adalah definisi teman hidup yang sesungguhnya bagi Renjana. Bisa dibayangkan betapa berharganya Naren bagi Renjana yang kini merangkap menjadi kekasih hati.

Pada akhirnya Renjana tetap bersama Naren tanpa repot-repot bergaul dengan yang lainnya.

Acara pagi itu dimulai dengan jogging sekitar 2km lalu dilanjut Senam Maumere. Renjana yang memang jarang olahraga jadi banyak berkeringat meskipun gerakannya tidak sepower yang lain alias malas-malasan. Sedikit sulit juga karena Naren memilihkan celana jeans bukannya training.

Fyi, ia dan Naren tidak ikut jogging, tapi justru melipir ke tempat makan dan kembali saat peserta yang lain sudah berkumpul di Taman Mandala.

Putar ke kiri e
Nona manis putarlah ke kiri ke kiri ke kiri ke kiri dan ke kiri ke kiri ke kiri ke kiri manise
Sekarang kanan e
Nona manis putarlah ke kanan ke kanan ke kanan ke kanan dan ke kanan ke kanan ke kanan ke kanan manise

Seperti kebanyakan lelaki pada umumnya, mereka berdua memutar seadanya. Yang terlihat excited dengan senam ini hanyalah anak-anak perempuan ataupun ibu-ibu guru yang juga join dalam colour run.

Sekitar 10 menit senam, akhirnya mereka diberikan waktu istirahat sebentar dengan iringan musik. Kala lagu Pantun Rakat diputar, Naren ikut bersenandung.

"Ombak su picah picah di batu karang
Nyong e pung manis seng ada lawang
Biar bapa kejar sa deng parang panjang
Demi cinta sa tetap berjuang"

Netranya tak lepas dari sosok Renjana di hadapannya. Pipi pemuda manis itu memerah begitu nyanyian Naren ditujukan padanya. Renjana tahu artinya kok, karena sebelumnya ia sudah sering mendengar Naren memutar lagu tersebut di kamarnya.

"Kenapa gemas sekali? Jadi pengen cium."

Renjana semakin memalingkan wajah takut dicubit Naren. Naren kalau gemas sama orang itu pasti dicubit atau dicium-cium. Renjana sudah sering merasakan makanya ia menghindar.

"Cek-cek! Halo, selamat pagi semuanya! Bagaimana? Sudah semangat lagi? Sudah hilang capeknya?"

"Pasti sudah dong kaka. Tidak perlu berlama-lama lagi, sepertinya adik-adik ini su tra sabar buat main. Betul atau betul?"

"Betul kaka!"

Naren dan Renjana fokus mengambil pewarna yang disediakan. Baik cair, bubuk maupun smoke bomb. Sedikit abai dengan suara dari dua MC di atas panggung.

Acara colour run itu dimulai dengan pemutaran dj lalu dalam hitungan mundur, semua orang yang memegang smoke bomb menarik talinya hingga keluar asap warna. Naren menjadi salah satu di antara mereka sehingga Renjana dapat mencuri momen mengusap wajah tampan itu dengan bubuk warna yang ia punya.

Keduanya hanya berisatatap mesra hingga smoke bomb yang Naren pegang habis. Naren bergerak cepat meraih pewarna di sakunya dan mengoleskan pula pada hidung dan pipi Renjana.

"Sio tabe kaka, jang rusak sa pu kesucian mata."

Keuwuan singkat itu terhenti karena suara Andini menginterupsi. Si jomblo kang julid teman sekelas Naren dan Renjana ini sengaja merusak suasana.

"Tata tolong bayinya diamankan!"

Tata tersenyum kecil sebelum menarik Andini menjauh dari pasangan yang dimabuk asmara itu. Semburan air dari depan panggung membasahi baju para peserta tak terkecuali sepasang kekasih itu. Baju yang awalnya putih bersih sudah bertransformasi layaknya baju Tie Dye.

Seperti yang diprediksi oleh Naren, baju Renjana pasti akan basah dan jadi transparan. Untungnya ia menyiapkan kaos dalam untuk pacarnya tadi sehingga asetnya terselamatkan.

"Renjana,"

Lelaki manis itu menatap Naren penuh atensi tapi tetap lembut seperti biasanya.

"Danke su mewarnai sa punya kehidupan yang suram. Dari yang hitam putih, jadi penuh warna."

"Makasih juga, Na. Aku juga rasain hal yang sama. Setelah sama kamu, hidupku sekarang berwarna. Kamu yang buat aku semangat buat menjalani kehidupan selain Mama."

Tubuh yang lebih kecil direngkuh erat tak acuh dengan yang lainnya. Biar saja orang mencemooh, tapi Naren bahagia dengan memeluk dunianya.

#danke🌱

danke [jaemren]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang