Juli
#danke🌱
"Naren!"
"Ya Kak?"
"Mo lari pagi kan? Tolong ajak Renjana kah, kasian de trada teman."
"Renjananya mana?"
"Ada di dalam, kasih bangun de sekalian tu."
Naren tak enak. Masa iya mereka baru bertemu kemarin dan sekarang Naren sudah masuk ke kamarnya. Masih bergeming, Naren disadarkan dengan dorongan di bahu oleh Mikael. Mikael juga membuat ekspresi setan 'kapan lagi masuk kamarnya?' hingga akhirnya Naren memutuskan untuk menyetujui.
"Masuk saja, kamarnya tra pernah dikunci."
Naren buka perlahan kamar bernuansa putih nan estetik itu. Di atas ranjang, bisa ia lihat seonggok manusia sedang tidur berbalut selimut dan rambut yang acak-acakan.
"Tabe, Renjana."
(Permisi, Renjana)"Heh ngapain kamu?" Kejut Renjana melihat Naren ada di kamarnya.
"Kaka Ai suruh sa kasih bangun ko sekalian ajak lari pagi."
"Ooh? Skip!"
Renjana kembali menarik selimutnya dan memejamkan mata. Naren jadi bingung sendiri, apa ia keluar saja atau membangunkan Renjana lagi?
"RENJANA IKUT NAREN AJA SANA BIAR PUNYA TEMEN! GAK TANGI TAK SIRAM BANYU ASAHAN KON!"
(Ga bangun kusiram air cuci piring kamu)Dengan sangat-sangat berat hati Renjana bangun tanpa menghiraukan Naren yang masih bergeming. Tak peduli jika Naren melihat muka bantalnya.
Tetapi Naren justru terkesima dengan Renjana. Bagaimana bisa seorang lelaki seimut itu saat baru bangun? Ditambah dengan bibir mengerucut yang bisa membuat jantung Naren melemah seketika, -oke berlebihan.
Saat mereka berdua keluar langsung disuguhi decakan pinggang oleh Mikael. Renjana sendiri terperangah dengan lelaki yang lebih muda darinya ini. Kenapa sangat tinggi sih? Renjun jadi terlihat bocil jika beriringan dengannya.
"Dia?"
"Miki eh Mikael, sa ade bongso."
"Anak bungsu? Lha kamu anak ke berapa?"
"Sebenarnya cuma dua bersaudara sih. Sa anak pertama hehe."
"Kok tinggian dia?"
"Bah, ko tra punya kaca ka? Macam tinggi saja."
"Lah kok ngamuk?"
Tak ada respon lagi dari Naren hingga Renjana bisa simpulkan lelaki itu sedang kesal padanya. Ya biar saja, toh Renjana tadi bicara fakta.
Setelah berlari sekitar 10 menit, mereka sampai di depan sekolah. Sejak melihat bangunan sekolah, Renjana tak henti-hentinya memandangi tempatnya belajar untuk dua semester nanti.
"Na..ren! Tunggu, sa hosa sekali."
(Hosa: ngos-ngosan/capek)Naren dan Renjana menghentikan kaki mereka dan berbalik menatap Mikael yang sedang ngos-ngosan sambil memegang lutut. Lelaki yang paling muda ini memang jarang ikut jogging bersama Naren hingga belum terbiasa. Mikael kan anak rebahan.
"Jalan santai saja, Na."
"Dasar lemah."
"Kalo sa pingsan ko mo angkat sa ka?"
"Sa seret!"
Akhirnya ketiga remaja ini memutuskan istirahat sebentar di depan gerbang sekolah. Terlihat seperti gembel-gembel tampan jadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
danke [jaemren]✔
Acak*baca author note di chapter 1 010921~160822 jaemren bxb! Lokal! JANGAN SALPAK!