Desember
#danke🌱Ayka nampak berpikir, ia ingin mengizinkan Renjana, tapi takut adik sepupunya ini berbuat seenaknya di rumah lama Naren. "Nanti kalo Renjana macam-macam, Naren bakal lapor Kaka Ai." ucap Naren seakan bisa membaca pikiran Ayka. Sementara yang dibicarakan hanya merengut. Kakak sepupunya ini nethink sekali sih dengannya. Padahal Renjana anak baik dan cukup rajin, ia rasa.
Pada akhirnya Ayka mengizinkan Renjana dengan syarat lelaki itu tidak boleh menyusahkan Naren atau pun Oma-Opanya.
"Siap-siap sana, biar besok langsung jalan."
"Ren udah siap-siap."
"Ya dicek lagi anak manis, siapa tau ada yang ketinggalan."
"Ya udah iya!"
Renjana menghentak-hentakkan kaki menuju kamarnya menimbulkan rasa gemas bagi Naren. Semakin ke sini, Renjana semakin nampak manis di matanya. Bahkan saat marah pun Renjana tetap menggemaskan.
"Kaka Ai, Naren mau bicara sesuatu."
#danke🌱
"Aduh Na, bokongku mati rasa."
Puk
"HEH!"
Naren tertawa tanpa dosa kala Renjana melotot ke arahnya. Bisa-bisanya Naren memukul pantat Renjana seperti itu. Apa Renjana bisa bilang ini pelecehan?
"Katanya mati rasa."
"Nggak gitu juga.."
"Oh kurang ya? Bage kalau.."
"Ahh"
Tubuh Naren menegang seketika mendengar desahan Renjana pasca ia meremas bokong sintal itu. Nyatanya tak hanya Naren, tetapi Renjana pun merasakan hal yang sama. Darahnya serasa berdesir setelah adegan peremasan bokong yang dilakukan pemuda Agustus di sana. Ugh, membangkitkan sesuatu yang tidak seharusnya.
"Kalian ngapain diam di situ? Sini masuk. Oma sudah bereskan kamarnya."
"Danke Omaku tercinta!"
Naren dan Renjana menyalami Oma dan Opa yang merupakan orang tua Nara sebelum masuk ke kamar. Jujur saja badan Renjana terasa pegal-pegal dan mau rebahan.
Renjana membaringkan tubuhnya terlentang sementara Naren tengkurap di sampingnya. Sama-sama memejamkan mata efek serangan kantuk yang datang tiba-tiba.
Sekitar dua jam tertidur akhirnya Renjana membuka mata terlebih dahulu. Bisa ia rasakan hembusan napas di tengkuknya serta lengan Naren merengkuh perutnya. Ah mungkin keduanya terlalu lelah hingga tak sadar posisi.
Ia lepaskan rengkuhan Naren dan keluar dari kamar, ia butuh kamar mandi.
"Opa, kamar mandinya di mana ya?"
"Oh itu di samping kiri dapur."
"Terima kasih, Opa."
"Sama-sama."
Kaki jenjang itu ia bawa melangkah ke arah yang sudah ditunjukkan oleh Opa Naren. Di depan kamar mandi Renjana mengedarkan pandangan pada kebun belakang yang sangat rimbun. Beberapa detik kemudian ia segera masuk ke bilik mandi untuk buang air.
Setelah selesai dengan urusannya, Renjana tertarik mendekati Oma yang sedang mengambil jeruk nipis.
"Oma mau Renjana bantu?"
"Eh iya, tolong ya Ren."
Renjana merasa dirinya tinggi karena bisa menggapai jeruk nipis itu dengan mudah. Huh, ingin rasanya Renjana berbangga diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
danke [jaemren]✔
Random*baca author note di chapter 1 010921~160822 jaemren bxb! Lokal! JANGAN SALPAK!