HUKUMAN

138 91 109
                                    

Halo semua salam kenal ya!!

Semoga kalian suka sama cerita ini,
follow dulu yuk sebelum baca hehe.

Jangan lupa votenya sama komennya

•Happy Reading•

Ray berdiri di tepi lapangan. Matnya memandang segerumbul siswa-siswi yang tengah berkumpul di lapangan. Rasanya dia sangat malas sekali melaksanakan hukuman, sinar matahari yang terik membuat rasa malasnya bertambah dua kali lipat dari sebelumnya.

Rasanya dia ingin kabur saja agar tidak menjalankan hukuman ini, tetapi dia tidak akan melakukan itu. Semua yang sudah di perbuat harus di pertanggung jawabkan bukan?

Ray mendekat ke arah anak-anak yang sedang berdiri dan berjajar di depan benderah. Ray memandang satu persatu anak yang berada di depannya.

"Ray, ayo segera masuk ke barisan kamu! Baris di sebelah anak kelas sepuluh! Urutin sesuai tingkatan kelas!" perinta Pak Edi. Lalu menepuk pundak Ray, seolah mengisyaratkan agar segera menuruti perintahnya.

Ray menganggukkan kepalanya samar-samar. Ray melihat badge kelas anak-anak yang berada di depannya. Dia melihat ada seorang anak perempuan yang menundukkan kepalanya. Wajahnya tidak terlihat karena terhalangi oleh rambutnya.

Badge anak tersebut berwarna hijau, yang berarti dia anak kelas 10. Di badge tersebut juga tertulis IPA 2. Ray berjalan dan berbaris di sebelah anak perempuan itu. Semua sudah berbaris dengan rapih. Kini Pak Edi mulai berjalan melewati satu-persatu anak murid yang didepannya.

"Kalian tahu kenapa kalian berdiri di sini?" tanya Pak Edi kepada semua anak muridnya.

"Tahu Pak." jawab mereka serempak.

Pak Edi bertanya mengapa mereka terlambat. Dimulai dari kelas yang tertinggi, yaitu kelas 12. Setelah bertanya kepada beberapa anak kelas 12 yang berada di sebelah kanan Ray, kini giliran Ray yang mendapat pertanyaan.

"Kenapa bisa telat?" tanya Pak Edi dengan bersedekap dada, sambil memperhatikan penampilan Ray dari atas sampai bawah.

"Macet pak." jawab Ray, terdengar helaan nafas dari bibir Ray. Matahari yang terik membuat keringatnya mulai bermunculan memenuhi dahi dan pelipis kepalanya.

" Penampilan kamu bener bener bikin darah tinggi di pagi hari ya! Dasi mana? Baju kenapa tidak di masukkan?" menarik ujung kemeja putih Ray yang terbalut oleh almameternya.

"Dasinya lupa pak. Nanti bajunya saya masukin" menjawab sambil membenarkan bajunya yang terlihat berantakan akibat di tarik oleh gurunya.

"Kamu itu pintar Ray. Jangan keseringan telat, dan juga patuhi aturan yang ada di sekolah ini."

"Iya." jawab Ray singkat dengan wajah kesal.
Pak Edi memandang dari atas samapai bawah penampilan Ray.

Kini Pak Edi berganti menghadap anak kelas 10, yang masih menundukkan kepalanya itu. "Kenapa telat?" tanya Pak Edi.

"Saya berangkat di antar kakak saya. Tapi kakak saya ke rumah temannya dulu. Jadi saya telat." jawabnya dengan sejujur mungkin.

Pak Edi yang melihat anak kelas 10 itu menunduk terus menjadi penasaran. Ada apa dengan anak itu? Kenapa menunduk terus? Apakah dia takut dengan kumis Pak Edi?

Berbagai pertanyaan muncul di otaknya. Tidak mau membuat kepalanya pusing, Pak Edi memutuskan untuk bertanya saja. Biarkan dia di katain orang kepo, yang penting dia tidak mati penasaran.

"Kenapa kamu menunduk terus? Kamu sakit?" tanya Pak Edi sambil memegang pundak anak kelas 10 itu, tidak lupa mengintip wajah dia di sela-sela rambut yang menutupi wajah anak itu.

RAYSHIVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang