O2

1.2K 173 23
                                    

"halo Haechan?"

"iya jen? kenapa?"

"anu, ini Mark mabuk kaya biasa di club biasa. lo bisa jemput dia kan?"

"ah iya, tunggu sebentar."

"oke, hati hati dijalan."

ponsel dimatikan, Haechan langsung bergegas. mengambil kunci mobilnya lalu keluar dari rumah, meninggalkan perkarangan rumah.

setelah mengendarai dengan kecepatan diatas rata rata, Haechan memarkirkan mobilnya. memasuki dunia malam yang dipenuhi manusia haus dosa.

setelah mencari beberapa menit, Haechan melihat Mark yang sedang mencumbu wanita di meja bartender.

hatinya cukup sakit, tapi dia sudah terbiasa. Haechan menarik tangan Mark.

"ayo pulang." ujar Haechan dan tangannya langsung ditepis secara kasar.

mata Mark menatapnya dengan tajam.

"lo bisa gak sih gak ganggu hidup gua sehari aja?" ujar Mark datar namun mampu memancing pandangan orang disekitar mereka.

"Mark.."

"5 tahun gua nikah sama lo, gak pernah bahagia! demi Tuhan gua benci banget sama lo anjing, gara gara lo gua harus lepasin cewek gua! semuanya gara gara lo!" Mark membentak Haechan, semua pasang mata tertuju padanya.

Haechan hanya menundukkan wajahnya, tidak berani.

"lo juga gak guna, gak bisa ngurus anak lo. dan sekarang lo lagi hamil lagi? gugurin aja, karena lo gak akan becus ngurus anak itu. atau mungkin lo mati aja, bawa anak lo juga!"

sungguh, hati Haechan sangat sakit. matanya sudah sembab, dia tidak berani menatap Mark.

byurr!

"SADAR LO AJG, DIA BINI LO!" teriakan Jeno terdengar.

Haechan mendongakkan kepalanya, matanya sudah sangat sembab. melihat Mark yang hanya diam dan terkejut, bahkan sudah basah karena guyuran yang Jeno berikan.

Haechan tersenyum kecut.

"a - ayo kak, kita pulang.." Haechan tetap mempertahankan senyumannya, walaupun matanya dibanjiri air mata, dan hatinya sudah kembali hancur berkeping-keping.

Mark hanya diam, Haechan menarik pelan tangan Mark membawanya keluar dari club.

saat sudah sampai dimobil, Haechan mengendarai dengan santai. sudah menghapus air matanya, dan sesekali melihat ke arah Mark.

"sakit." ujar Haechan, meremas bagian hatinya dan memukul pelan.

mereka sudah sampai dirumah, Haechan turun dari mobil dan memapah Mark yang masih mabuk.

setelah di kamar, Haechan membersihkan dan menggantikan pakaian Mark. lalu mematikan lampu, membiarkan Mark tertidur lelap.

dia pergi ke kamar mandi, mematikan lampu lalu memenuhi bathtub dengan air dingin. berendam di dini hari menggunakan air dingin dan keadaan gelap gulita.

iya, itu sudah terbiasa untuk Haechan.

itu hal yang selalu ia lakukan.

ruang kosong.

Haechan bahkan merendamkan dirinya hingga kepalanya, seakan tidur di dalam air.

demi Tuhan, dia sangat lelah.

maafkan buna jika kita harus mati dalam keadaan seperti ini.

Haechan merasa sesak, rasanya rongga dadanya sudah dipenuhi air.

L a k u n a Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang