"mau ikut kakak ke kantor?" tanya Mark pada yang lebih muda.
Haechan tersadar dari lamunannya, menatap Mark begitu dalam, dan setelahnya ia tersenyum.
"mau.." Mark balas tersenyum, mengusap rambut Haechan dan mengecup keningnya.
sudah satu bulan berlalu, tubuh Haechan semakin kurus, dirinya juga sering melamun, dan Mark selalu takut jika harus meninggalkan Haechan seorang diri.
takutnya.. Haechan melakukan yang tidak tidak.
seperti beberapa hari lalu, Haechan hampir memutuskan nadinya dengan pisau, namun Mark langsung melihatnya dan untungnya hal itu tidak terjadi.
jika kalian mengira Mark baik baik saja, itu salah besar. penampilannya tak jauh beda dari Haechan, ketika melihat Haechan yang sekarang, dia merasa bersalah.
ini semua.. salahnya, maka dari itu dia harus berusaha memperbaiki semuanya.
•••
Mark memeluk pinggang Haechan begitu erat, berjalan menuju ruangannya dengan Haechan yang berada di sampingnya.
sebelum ke kantor, dia sudah menyuruh suruhannya agar menghilangkan semua benda tajam di ruangannya.
takutnya, Haechan kembali nekat.
Haechan terduduk di sofa ruangan Mark, melihat beberapa fotonya juga bulan di ruangan tersebut.
berbeda dengan dulu, dulu ruangan itu tak memiliki satupun foto.
"kakak harus ngurusin beberapa dokumen, kalo mau apa apa bilang kakak ya?" Haechan mengangguk pada yang lebih tua.
Haechan menyusuri ruangan Mark, sesekali melihat ke dinding kaca yang menampilkan gedung gedung tinggi di sekitarnya.
ruangan Mark ada di lantai cukup atas.
Mark tak berhenti memperhatikan Haechan, tiba tiba Haechan menghampirinya.
"kakak mau kopi? biar aku buatin.." tawar Haechan.
"boleh, kakak anter ya?" Haechan menggelengkan kepalanya.
"aku bisa sendiri kak.."
lalu setelahnya Mark mengangguk ragu.
"hati hati, kakak tunggu kopinya." dan setelahnya Haechan keluar dari ruangan Mark.
Mark menyandarkan punggungnya pada kursi kerjanya, memijat pelipisnya guna menghilangkan rasa pusing yang melanda.
pikirannya dipenuhi dengan Haechan.
Mark melihat ke arah foto keluarganya, itu foto diambil saat acara pembukaan butik Taeyong, foto yang berisikan dia, Haechan juga rembulan.
begitu manis, rembulan begitu mirip dengan Mark, berada di gendongan Haechan yang tersenyum dengan begitu merekah.
sekarang Haechan sudah mulai kembali tersenyum, walaupun rasanya berbeda. terlihat kosong, tidak seperti dulu.
tiba tiba pintu ruangannya terbuka, menampilkan Xiaojun —sekretaris Mark.
"pak.. tuan Haechan ke rooftop.." ujar Xiaojun, Mark langsung bangun dari duduknya.
bergegas keluar ruangan dan menuju tangga darurat, untuk ke rooftop.
dirinya begitu takut, takut Haechan melakukan sesuatu yang diluar nalar.
Mark melihat Haechan yang berada di ujung rooftop, yang sedang melihat ke arah bawah.
"sayang.. ngapain disana?" tanya Mark begitu lirih, berjalan secara pelan mendekati Haechan.
Haechan menoleh, melihat ke arah Mark.
"mau.. ketemu bulan.." lirih Haechan bahkan hampir tak terdengar karena besarnya angin di rooftop.
"nanti ya? sekarang belum waktunya, bulan sedih kalo liat buna nya kaya gini loh, kamu mau bulan sedih?" Haechan menggelengkan kepalanya, air matanya jatuh.
"mau.. bulan.." lirih Haechan, setelah dekat Mark langsung memeluk Haechan erat.
Haechan mulai terisak di pelukan Mark, membalas pelukan Mark tak kalah erat.
"bulan.. dia pasti kesepian.. dia.."
Mark tak bisa berkata-kata, dia hanya terus mengusap punggung Haechan guna memenangkan suaminya.
"aku.. mau nyusul dia.." Haechan mulai memberontak di pelukan Mark, Mark menggelengkan kepalanya, mengeratkan pelukannya.
"ngga sayang, jangan.. maaf, maaf gak becus jadi ayah dan suami untuk kamu, maaf buat semuanya.. kakak mohon ya? jangan tinggalin kakak.." Mark mulai terisak.
mereka berdua saling terisak, dengan Mark yang memeluk erat Haechan.
beberapa karyawan melihat itu, ada Taeyong, Jeno juga Jaemin yang melihat mereka berdua.
"Mark dengan semua rasa bersalahnya, juga Haechan dengan semua kekosongannya." ujar Taeyong.
"andai bulan bisa diselamatkan, mungkin sekarang mereka sudah menjadi keluarga bahagia." ujar Jaemin.
"ini ujian untuk kehidupan mereka." ujar Jeno.
Mark menarik Haechan yang terduduk di ujung rooftop, menatap mata Haechan yang begitu sembab, tak jauh seperti dirinya.
"kakak mohon.. jangan tinggalin kakak ya? ayo kita mulai semuanya dari awal Haechan, beri kakak kesempatan ya?" ujar Mark, mengusap air mata Haechan.
"kakak mohon.." lirih Mark.
"aku gak baik buat kakak.. aku gak becus jaga anak aku.. aku.." Mark menggelengkan kepalanya.
"nggak Haechan, semuanya gak bener, harusnya kakak yang bilang gitu, kamu hebat sayang, kamu hebat.. kamu buna yang hebat.."
Mark menangkup pipi Haechan yang menirus, menyatukan kening keduanya.
"maaf Haechan.. maaf.. kakak nyesel.." Mark kembali terisak, memejamkan matanya dan tidak melepaskan keningnya dari yang lebih muda.
"aku.. boleh minta sesuatu?.." tanya Haechan, menatap Mark yang sudah menatapnya.
Mark mengangguk.
"apa sayang?"
"mau.. ke makam bulan.." Mark tersenyum dan kembali mengangguk.
"ayo.. ayo kita temuin bulan.."
•••
besok kayaknya gua sibuk, jadi takutnya gak ada waktu buat up ni cerita wkwk.mau ini aja atau tambah lagi? 🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
L a k u n a
Hayran Kurgun. ruang kosong hanya sepucuk kisah tentang markhyuck, dan ruang kosong. • married life • mpreg [ male pregnant ] • lgbt • bxb • perlakuan yang tidak senonoh