O6

1.1K 141 21
                                    

"bisa jalan lebih cepat?" gertak Mark pada Haechan yang lamban beberapa langkah dibelakangnya.

"ah iya.. maaf.." Haechan mempercepat jalannya, berusaha mensejajarkan dengan langkah Mark.

"BUNAAAAA!!!" sebuah teriakan terdengar, Haechan dan Mark melihat ke arah seberang.

ada Taeyong juga Bulan disana, Haechan tersenyum.

tapi tiba-tiba, bocah yang sebentar lagi 6 tahun itu langsung berlari ke arah bunanya. tanpa melihat kanan dan kiri.

BRAKKKK!!!

"REMBULANNNNN!!!" Haechan langsung berteriak saat melihat anaknya terpental cukup jauh oleh mobil, Mark terdiam.

Haechan langsung lari, menghampiri putrinya yang tergeletak dengan penuh darah.

Mark menyusul Haechan, Haechan sudah memangku putrinya.

"sayang? bangun nak, ini buna.." Haechan sudah histeris, Taeyong sudah menghampiri.

"kita langsung bawa ke rumah sakit." ujar mark dan langsung mengangkat putrinya.

"bubu bawa Haechan." ujar Mark.

Mark berlari ke mobilnya, Haechan juga taeyong menyusul.

Haechan kembali memangku putrinya di kursi belakang, Mark dengan tidak tenang mengendarai mobil menuju rumah sakit.

"tahan ya sayang? kita ke rumah sakit, mana yang sakit hm?" Haechan terus bertanya dengan air mata yang begitu deras mengalir.

"bu—na ha—rus ba—hagia.." bulan berkata dengan susah payah.

"a—yah.. ja—ngan.. sa—kitin buna.." nafas bulan tersengal, Haechan tak berhenti terisak.

"maafin ayah sayang, ayah sayang kamu, bertahan ya?" mereka sudah sampai di rumah sakit, tepat didepan igd.

Mark langsung mengangkat putrinya.

"bu—lan... sa—yang.. ka—lian.." Mark mengangguk, mengecup kening putrinya dan berlari memasuki igd.

Haechan menyusul dengan histeris.

•••

bulan masih ditangani dokter di ruang operasi, Haechan menatap kosong ke arah depan.

bajunya masih penuh dengan darah anaknya, matanya begitu sembab.

Mark berdiri tidak tenang, pakaiannya tak jauh beda dari Haechan.

tiba-tiba pintu operasi terbuka, Haechan langsung menghampiri dokter yang baru saja keluar.

"keluarga pasien?"

"saya ibunya." ucap Haechan.

Mark melihat, mendekat ke arah dokter.

"pasien sangat kritis, benturannya cukup keras membuat pasien kehilangan banyak darah.. kami akan usahakan semampu kami." dokter kembali masuk ke ruang operasi, Haechan terduduk di lantai.

kembali terisak dengan begitu pilu.

"maafin buna sayang.. maaf.."

Mark mensejajarkan dirinya dengan Haechan, memeluk tubuh itu dengan begitu lembut, menenangkan yang lebih muda.

"maaf.. maaf.. maaf Haechan.." kata maaf terus Mark lontarkan, Haechan terus terisak.

"maaf.. maaf gak becus jaga bulan.. maaf buat dia kaya gini.." Haechan terus terusan menyalahkan dirinya.

"nggak, ini bukan salah kamu Haechan.. bukan.." Mark terus mengusap punggung juga kepala Haechan.

Mark mengecup puncak kepala Haechan, penyesalan melanda dirinya, hatinya begitu sakit.

dia.. sangat menyesal.

Jeno, Jaemin, juga Taeyong melihat Haechan dan Mark.

semuanya terpukul atas kecelakaan yang melanda rembulan.

Mark membawa Haechan ke kursi yang disediakan, membuat Haechan bersandar pada dadanya, terus terusan menenangkan suaminya.

pintu ruang operasi kembali terbuka, dokter melepaskan masker medisnya.

"maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. namun Tuhan berkehendak lain.." Haechan yang mendengar itu langsung jatuh pingsan, Mark langsung mengangkat Haechan.

Mark.. sangat menyesal..

•••

rembulan sudah di makamkan, Haechan menatap nanar makam anaknya.

"Haechan.. ayo pulang?" ajakan Mark tak di gubris, Haechan masih menatap kosong makam sang putri.

"tunggu buna ya sayang? nanti kita ketemu lagi disana." lirih Haechan, mengusap gundukan tanah dihadapannya.

Mark merangkul Haechan, memapah yang lebih muda ke arah parkiran mobilnya berada.

Haechan hanya diam, berjalan dengan lunglai.

Mark membuka pintu mobil bagian kursi penumpang, membantu Haechan masuk ke dalam mobil.

Haechan tidak baik baik saja.

Mark mulai mengendarai mobilnya, sesekali melihat ke arah Haechan yang menatap kosong ke arah jendela disampingnya.

perjalanan pulang sangat sunyi, Mark menghelakan nafasnya, memikirkan ide agar Haechan tidak melamun.

"Haechan? mau beli sesuatu?" tanya Mark.

Haechan tersadar dari lamunannya.

"cheesecake, bulan suka cheesecake. ayo beli buat bulan.."

"chan.. bulan udah gak ada.." lirih Mark.

"ah iya.." Haechan tersenyum kecut, dan kembali menatap jendela disampingnya.

•••

"Haechan udah makan?" tanya Taeyong pada putra sulungnya.

Mark menggelengkan kepalanya.

"udah aku tawarin dan paksa tetep gak mau." jawab Mark.

"coba bujuk lagi, gak baik kalo dia gak makan." Mark mengangguk, berjalan kembali ke kemar bulan.

iya, Haechan berada di sana.

Mark melihat Haechan yang memeluk erat bingkai foto putrinya, dengan Haechan yang sudah tertidur lelap di ranjang mendiang putrinya.

Mark menghampiri, menaruh bingkai foto tersebut ke tempatnya, memeluk tubuh Haechan dan menarik selimut.

mengecup kening yang lebih muda, mengusap punggung sempit itu.

"maaf rembulan, maaf atas segala kesalahan ayah, ayah akan menjaga buna disini, jangan khawatir ya?" Mark memejamkan matanya, ikut menyusul Haechan ke alam mimpi.

dibalik pintu Taeyong melihat Haechan dan Mark, perasaannya begitu bercampur.

jujur dia bahagia karena putranya sudah menyadari kesalahannya, tapi di lain sisi dia merasa sangat kehilangan cucunya dan dampak pada Haechan yang tidak main-main.

kehilangan adalah rasa sakit yang tidak terkira.

•••

JUJURLY AGAK GAK RELA REMBULAN MENINGGAL, TAPI YA GIMANA JWWUWGSGS

L a k u n a Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang