O8

1.1K 134 10
                                    

keadaan Haechan kian membaik, mulai bisa makan seperti biasa dan melakukan aktivitas seperti sebelumnya.

di Minggu pagi ini Haechan dan juga Mark sedang menghabiskan waktu bersama di rumah mereka, dengan Haechan yang bersandar pada dada bidang sang suami.

seperti pasangan baru menikah saja.

Mark tiba-tiba memindahkan channel televisi ke kartun Spongebob, awalnya Haechan tertawa namun tiba-tiba terdiam.

dia.. mengingat mimpinya setelah kecelakaan.

hatinya bagai tertusuk sebuah tombak, jika memang ini mimpi.. Haechan harap kematian rembulan juga hanya mimpi..

"kenapa hm?" tanya Mark saat melihat perubahan Haechan.

"kakak coba cubit aku." Mark menyergitkan alisnya, apa maksudnya?

"buat apa?"

"cubit aja."

"gak mau." ujar Mark, demi Tuhan setelah kematian putrinya Mark begitu takut untuk menyakiti Haechan.

jika kata Taeyong, setan dari tubuh Mark sudah musnah.

Haechan mempoutkan bibirnya, lalu mencubit tangannya sendiri.

"astaga sayang, kamu ngapain?" Mark buru' menarik tangan Haechan yang mencubit dirinya sendiri.

"cuma mastiin aja, ini mimpi atau bukan." ujar Haechan.

"loh, kenapa gitu?" tanya Mark.

"waktu aku belum sadar setelah kecelakaan, aku mimpi kakak jadi baik. terus aku, kakak sama bulan disini nonton Spongebob, dengan aku yang pangku rembulan. abis itu kita makan semangka bareng bareng karena bulan yang minta—" Haechan menceritakan secara detail mimpinya itu.

termasuk yang saat dia sadar setelah kecelakaan.

hati Mark bagai dipanah berkali-kali, andai dia bisa memutar waktu, maka dia tidak akan menyia-nyiakan keluarganya.

Tuhan, mengapa engkau sadarkan saya setelah kehilangan putri saya? —batin Mark.

Mark memeluk Haechan.

"maaf.. maaf atas semua kesalahan kakak selama ini.." Haechan mendongan, melihat wajar tampan suaminya yang sangat merasa bersalah.

Haechan tersenyum, mengusap lembut pipi Mark.

"jangan minta maaf terus.. mungkin ini emang kehendak Tuhan." ujar Haechan, Mark menatap Haechan lalu mengecup bibir plum itu.

"i love you Lee Haechan, makasih udah ngasih kakak kesempatan. jangan tinggalin kakak ya?" Haechan mengangguk.

"i love you too, makasih juga ya kak. udah mau berubah menjadi lebih baik." ujar Haechan.

Tuhan, mengapa dulu diri ini tega sekali menyakiti manusia sebaik dan semanis Haechan? —batin Mark lagi lagi.

"sekarang bulan lagi apa ya? dia punya temen gak ya di sana?" tanya Haechan tiba tiba.

"ada Daddy, Mae, juga Ayah yang bareng sama bulan, dia gak akan kesepian." ujar Mark, mengusap rambut yang lebih muda.

Haechan mengangguk, dan kembali menyandarkan dirinya pada dada bidang suaminya.

Mark mengecup puncak kepala Haechan, kembali menonton acara yang terpampang di televisi.

"laper.." Haechan mengendus pada leher Mark, membuat kegelian.

"mau makan sesuatu?" tanya Mark.

"makan kakak aja gimana?" goda Haechan.

"babe.." Haechan terkekeh.

"mauu nasi Padang, gimanaa?" tanya Haechan.

Mark mengangguk, "mau gofood atau langsung ke tempatnya?"

"nasi padang gak enak kalo gofood.." Haechan mempoutkan bibirnya.

"yaudah, kita beli langsung yaa? mau ganti baju dulu atau langsung?"

"sekarangggg!" Mark terkekeh, gemas sekali suaminya.

•••

huekkk!! huekkk!!

Mark terbangun dari tidurnya, sekarang pukul 06.15, Haechan tidak ada di sampingnya dan suara terdengar dari kamar mandi.

huekkk!!

Mark bangkit dari atas ranjang, berjalan ke arah kamar mandi.

pintunya tidak terkunci, melihat Haechan yang berusaha memuntahkan isi perutnya ke wastafel.

Mark menghampiri, memijat teguk Haechan.

"kamu masuk angin?" tanya Mark, Haechan menggelengkan kepalanya, dan terus mengeluarkan cairan bening di perutnya.

"r u okay?" tanya Mark lagi saat melihat wajah Haechan yang begitu pucat.

Haechan mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Mark.

"maaf ya bikin kakak kebangun.." ujar Haechan merasa bersalah, Mark menggelengkan kepalanya.

"nggak sayang, jangan mikir kaya gitu. kakak ambilin air anget ya?" Haechan mengangguk.

sebelum mengambil air hangat, Mark lebih dulu menuntun Haechan ke ranjang mereka untuk meng istirahatkan dirinya.

setelahnya Mark ke arah sudut kemar mereka untuk mengambil air hangat dalam teko listrik.

MONMAAP TEKO BAHASA INDO JUGA KAN YA BUKAN BAHASA SUNDA? GUA GATAU AJG, DAHLAH. —author.

lalu Mark membantu Haechan meminum air hangatnya.

"mau ke dokter?" tanya Mark.

"nggak, aku gapapa kok." ujar Haechan.

"tapi kamu pucet banget loh, beneran gamau ke dokter?"

"bener kakak sayang.." Mark mempoutkan bibirnya.

"ya Tuhan, jika suami saya sakit pindahkan saja kepada hamba. amin." Mark berdoa, Haechan menepuk paha Mark.

"jelek doanya."

"kakak suruh maid buatin bubur ya?" Haechan mengangguk lemah.

sebelum pergi, Mark lebih dulu mencium bibir yang lebih muda, memberikan sedikit lumatan dan melepaskannya.

"i love you." ujar Mark dan pergi meninggalkan kamar mereka untuk menyuruh maid membuatkan bubur.

Haechan tersenyum, "i love you too." balas Haechan.

ayah udah banyak berubah rembulan.. —batin Haechan.

•••

nahh baik kan gua, see u di hari senin nanti :D

L a k u n a Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang