Dalam Bahaya

5 0 0
                                    

“Sudah saya bilang kamu harus mengurusi Gege, tapi masih aja Gege berulah. Tidak hanya nilai saja tetapi sikap Gege juga harus kamu rubah. Paham !” Pak Anto naik pitam dengan masalah Gege tadi pagi yang berakibat pada Gigy. Gigy menunduk pasrah dimarahi seperti ini, bahkan hal tadi bukan ulahnya tetapi ia malah mendapat getahnya.

----

Sepanjang lorong menuju tempat parkir Gigy tidak melihat Gege. Ia merasa bersalah karena mengabaikannya. Kabarnya Gege kalah babak belur melawan Tunderline. Ya wajarlah, dikeroyok. Gigy mengotak atik handphonenya mencari nomer Gege. Nihil, ia tidak mempunyai nomer Gege.

----

Tunderline. Begitulah julukan geng berbahaya dari SMA Cendana. Beranggotakan 16 lelaki berandal dengan segala kemampuan yang mengerikan. Adapun Bimo, Ketua Tund erline yang terkenal dengan kemampuan hebatnya dalam olahraga silat.

Sudah sejak lama geng berandal di SMA Bangsa terbentuk. Hukum alamlah yang membuat mereka menyatu dengan sendirinya. Sudah satu tahun geng tersebut vakum dari tindak perkelahian. Namun, karena terus diusik oleh siswa SMA Pelita mereka tidak terima dan kembali membentuk sebuah geng besar. Awalnya geng laki-laki di SMA Bangsa tidak memiliki nama resmi. Akan tetapi sejak kedatangan Gege tiga bulan yang lalu mereka sepakat mendeklarasikan ketangguhannya dengan nama Lilion. Aneh bukan ? gabungan antara bunga lily yang cantik dan singa yang buas. Nama tersebut terlihat tidak menakutkan sama sekali. Tetapi memiliki definisi yang tak main-main. Tidak susah memilah anak anak Lilion dengan anak SMA bangsa yang lain. Anak Lilion selalu memakai gelang rajut Hitam dengan potongan kayu persegi panjang berukir bunga lily dan kepala singa. Gelang tersebut seolah cahaya yang mampu menyilaukan mata murid lain agar tak mengusiknya.

---

Gigy dan Rena berpencar mencari buku dari satu rak ke rak yang lain. Jari jari mereka menari nari menjelajahi ratusan buku yang tersusun di rak perpustakaan sekolah. Sudah hampir 30 menit lamanya ia berkutik di tempat sepi ini. Buku berjudul analisis wacana yang mereka butuhkan untuk mengerjakan tugas bahasa Indonesia tidak berhasil mereka temukan.

“Aduh pegel kaki gue, mondar mandir kesana kemari tak kutemui engkau wahai buku” Rena mulai mengeluh dengan tampang puitis nya.

“Kayaknya kita telat. Udah dipenjem kelas lain” Gigy yang mulai jengah mendaratkan bokongnya di kursi yang tak jauh dari rak buku.

“ lo sih molor mulu di kelas. Udah diajakin dari kapan hari coba",

“ Ya Sorry” ucap Gigy dengan tampang cemberutnya.

Gigy sebenarnya bukan tipe pemalas. Hanya saja ia terlalu larut belajar akhir akhir ini sehingga paginya mengantuk. Hal tersebut ia lakukan untuk membuktikan pada ibunya bahwa ia juga bisa seperti Dinda anak tetangga sebelah yang pintar itu.

Setelah bosan mengitari seluruh penjuru perpustakaan akhirnya mereka menyerah dan memilih untuk membeli buku tersebut nanti sore. Pukul setengah 2 Sekolah sudah sepi, seluruh siswa sudah meninggalkan tempat bernuansa biru putih tersebut. Sepanjang koridor sekolah Rena terus saja bercerita mengenai hal hal berbau korea mulai dari BTS, Drama korea bahkan sekali kali ia memakai bahasa korea yang membuat Gigy berdehem dan mengangguk meresponnya.

“Eh kalo diliat liat Gege mirip kim wo bin deh, tapi jutek coba dia murah senyum pasti mirip “ Rena tiba-tiba menyambungkan cerita dengan Gege. Tentu saja hal tersebut membuat Gigy mengerutkan dahinya dan bersikap bodo amat.

Dari arah depan Gigy dan Rena melihat sosok tinggi kekar dengan kulit sedikit sawo matang menatap mereka. Langkahnya berhenti tepat di depan Gigy yang membuat Rena dan Gigy juga ikut berhenti. Laki-laki dengan seragam putih yang terlihat dikeluarkan dari celananya tersebut menatap Gigy dari ujung sepatu sampai rambut.

“Rambut sepinggang, hidung kecil, mata besar dan tubuh pendek. Lo Gigy kan ?” Lelaki tersebut berbicara dengan santai.

“Lo tanya apa ngehina ?” tanya Rena yang tak terima menimpali.

“Udahlah Ren, iya gue Gigy ada apa ?” Gigy menatap lelaki tersebut. Sepertinya ia pernah melihat lelaki ini tetapi ia lupa siapa.

“lo dicari Gege di parkiran. Gue udah nyampein amanah, lo harus kesana sekarang, sendiri”. Lelaki  tersebut menatap Gigy dan beralih menatap Rena seolah memberi sinyal jangan ikut campur.

“Emang ada ap..?

“Gak usah banyak tanya, buruan kesana. Gue cabut dulu“. Lelaki tersebut pergi begitu saja meninggalkan Gigy dan Rena yang masih bengong.

Gigy terlihat ragu menuju parkiran apalagi Rena sudah memperingati agar tak usah kesana karena Gege bukan orang biasa. Tetapi mengingat Gege yang susah sekali diajak belajar bersama dan tiba tiba mengajaknya ketemu ini adalah hal besar. Bisa saja Gege terbentur pohon dan sadar bahwa ia mau belajar bersama Gigy. Dihentakkannya kaki kecilnya menuju parkiran meninggalkan Rena di koridor. Ia tidak mau berfikiran negatif yang mengganggu moodnya.

Setelah tiba di parkiran, Sebuah tangan kekar tiba-tiba membungkam mulut Gigy dari belakang. Gigy langsung tumbang begitu saja akibat bau menyengat dari sapu tangan tersebut. Gelap, Sunyi, Gigy pingsan. Beberapa saat kemudian perlahan lahan matanya menangkap setitik cahaya putih. Pandangannya  menjelajahi isi ruangan ini. Ia duduk di lantai berdebu.  Disamping kirinya ada Sofa yang sudah sobek sobek busanya. Sedangkan di kanannya ada beberapa besi-besi rongsokan yang bisa dibilang anatomi  montor bekas.

Gigy tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya. Badannya dingin, matanya sudah tidak sanggup membendung air yang menggumpal dimatanya . Dibiarkan saja air mata itu tumpah di pipi mulusnya.

“ ibuu.. Gigy dimana, Gigy ta.. takut “ucapnya terisak

Pintu didepan Gigy mulai terbuka. Menampakkan sekitar 5 lelaki yang tidak ia kenal. Tapi sebentar, sepertinya ia pernah melihat mereka.

“ To.. Tolong gue”

Lelaki yang berada dibarisan paling depan melangkah maju menghampiri Gigy dengan senyum liciknya. Ia mengelus pelan rambut Gigy dan tiba tiba menariknya.

“ aw.. sakit, lepasin” rengek Gigy

“Oh jadi elo pacarnya si Brengsek itu ?” ucap lelaki sadis itu.

“maksudnya apa, gue gak ngerti”

“ Gege, berani-beraninya dia mencampakkan Viona demi lo”

“Viona siapa gue gak tau” Gigy membela dengan suara parau

“ halah, gak usah sok polos. Viona itu udah suka Gege sejak SMP. Elo orang baru malah seenaknya ngerusak hubungan orang”

Gigy mulai mencerna perkataan Lelaki tersebut. Ia mulai ingat saat kejadian Gege mencium telapak tangannya. Mungkin Viona yang dimaksud adalah gadis itu. Ia benar benar tidak menyangka jika urusannya akan menjadi seperti ini.

Sudah hampir 3 jam Gigy berada disini. Gerombolan lelaki itu sudah hilang. Dilihat dari badge seragamnya mereka adalah geng Tunderline Siswa SMA Cempaka. Kakinya lemas, Tali putih mengikat Kedua tangan dan kakinya dengan sempurna. Wajah Gigy pucat, Perutnya perih, sudah sejak pulang sekolah tadi ia belum makan sama sekali. Dilihatnya keadaan sekitar dengan tatapan nanar. Ia sangat berharap ada sesuatu yang bisa ia gunakan untuk melarikan diri dari tempat menyeramakan ini.

Sebilah penggaris besi tergeletak di atas meja di depan sebuah sofa yang sudah reyot. Dengan segenap usahnya, kaki Gigy mulai mengesot menuju meja tersebut dengan hati hati. Diambilnya penggaris besi terebut dan ia mulai menggesekkannya pada tali yang mengikat kakinya. Tali tesebut sangat kuat, butuh waktu yang lama agar dapat terlepas.

Kini Tali dikaki tersebut sudah berhasil Gigy musnahkan. Dengan gesit ia langsung berlari mendekati pintu, dan membukanya pelan-pelan. Dilihatnya keadaan sekitar sudah sepi. Gigy kabur dengan tangan yang masih terikat.
.

Next?

Gege & GigyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang