9

4 1 0
                                    

Akhirnya sesi cium tangan pertama kalinya terlaksana, sekarang ku gandeng tangannya dan baru langkah pertama dia meremas tanganku, akupun menghentikan langkahku. Kutatap istriku yang kini sedang menatapku bingung. Aku pun paham dengan pikirannya.

"Mau kemana?" Seakan itu lah pertanyaan yang sedang ia ajukan lewat mimik muka nya

Kutundukkan kepala ku agar menyamai tingginya,
"Kedepan yuk tanda tangan buku nikah dulu, habis itu Salim sama Abah, ayah, dan ibu." Ucapku membisik di telinganya.

Ia mengangguk mengiyakan. Istri pintar gumamku dalam hati. Wkwkwk ya Allah tenang sekali hati ini

Namun ia menahan ku lagi untuk melangkah, apalagi? Batinku

"Malu" cicitnya sambil menutup wajahnya dengan tangan kirinya, dan tangan kanannya berusaha melepaskan genggaman kita.

Allah Robbi terimakasih ya Allah, lewat perantara guru-guru kami Engkau berikan istri se-menggemaskan ini, sepemalu ini, semisterius ini, semanis ini. Aku akui dia tidak seperti wanita lain disana yang kulit putih hidung mancung, gigi rata, tapi bagaimanapun dia istriku tetap yang paling cantik untukku, yang tidak boleh dinikmati lelaki lain selain aku, karena sebenarnya dia manis gula Jawa, gigi gingsul, lesung Pipit, tak terlalu mancung khas orang Jawa dia adalah istriku, rumahku untuk pulang, tempatku mencurahkan segala nya mulai saat ini. Dan sifat pemalu nya menambah keindahan sendiri dimataku.

"Percaya sama mas?" Tanyaku berbisik, ia menjawab dengan anggukan. Tanpa basa basi aku langsung menggandengnya, dan mensejajarkan langkah nya.

Setelah menandatangani buku nikah, bertukar cincin dan menyalimi Abah, Ayah, dan ibu kami melakukan sesi pemotretan. Dengan keluarga, teman-temannya yang astaghfirullah ternyata banyak sekali. Cowok? Dia punya teman laki-laki juga? Wow misterius banget kan istriku ini. Bukan misterius ZAM, hanya saja kamu belum terlalu mengenalnya bukan?

Banyak temannya yang menggoda kami. Mungkin karena kami masih terlihat kaku. Teman-teman cowok pun lebih rame untuk menggoda istriku, aku biarkan dia, aku ingin melihat bagaimana sikapnya dengan lelaki lain. Dan kulihat ia yang sesekali menimpali dan menahan malu.

"Nanti malam ada yang ehm nikmatnya" goda salah satu teman laki-lakinya.

Aku lihat istriku malu sekali mendengarnya. Aku juga malu sebenarnya tapi ah ya sudah lah.

"Makannya nikah rus!" Timpal teman-temannya yang lain. Dan ramai sekali suasana di pade-pade.

Kulihat istriku yang sudah bosan digoda teman-temannya aku mengajaknya duduk di kursi pengantin.

"Ehm maaf ya, Arum nya capek berdiri, kita duduk ya. Kalau mau foto-foto lagi silakan kami duduk saja" ucapku

"Wih mas Gus perhatian banget"
"Husbanable banget"
"Sweet banget sih. Ya Allah beri hamba jodoh seperti suaminya Maula, amin"
"Ga usah ngelantur deh, Maula udah cocok sama mas Gus nya, dianya kalem tegas lempeng dapet yang semodel, lah elu boro-boro lempeng"
"Ih dasar nyebelin Alvi nyebelin, lu juga mlehoy kali"

"Eh udah-udah ya jangan berantem, yok kita selfie sekarang" ucap Maula.

Bener-bener istriku

"Eh ayo nih pengantinnya capek, sinilah merapat"

Akhirnya tongsis dipanjangkan, dan Maula mengajakku berdiri, dan langsung yang lain mengerubungi kami untuk berselfie.

Aneh rasanya, ada apa dengan istriku? Sadarkah, kalau sekarang ini dia sedang memeluk tanganku, dan menghapus jarak antara kita?

Gapapa lah lumayan menang banyak. Tanpa kuminta ia yang menyerahkan dirinya.

***
Maula POV

Menyebalkan sekali teman-temanku tak tahu kah mereka kalau aku masih kaku dengan suamiku. Acara cium tangan tadi pun aku sangat sulit rasanya, kalau saja ibu tidak menyatukan tangan kami berdua. Sebenarnya aku sedikit pegal si, memakai heels dan foto dengan berdiri yang cukup lama, melayani teman-teman kampusku selfie cukup melelahkan. Tapi bagaimanapun aku tak ingin mengecewakan semua nya.

Untung mas suami ku pengertian ia mengajakku duduk, dengan senang hati aku duduk disampingnya, di kursi pengantin kami. Dan langsunh menimbulkan kekecewaan dari teman-temanku akhirnya aku mengajak mereka selfie dan mengajak suamiku untuk berdiri. Entah keberanian dari mana, melihat teman-teman memepet suamiku akhirnya aku menggaet tangannya mengikis jarak antara kita.

Setelah nya kita melakukan pemotretan di kamarku yang sudah layak disebut kamar pengantin. Karena tadi malam sangat berantakan sekali, ketika ditiduri teman-temanku yang menginap.

Kang Azam langsung mengunci pintu setelah fotografer selesai dengan urusan kami berdua.

Gugup sekali, aku duduk dipinggir ranjang. Kang Azam menghampiriku. Duduk di kursi rias yang diseret ke depanku.

Deg deg deg

Ya Allah kenapa se menegangkan ini? Aku hanya menunduk, tidak berani menatapnya, entah kenapa padahal kita sudah halal.

Kang Azam mengambil bunga yang kupegang, dan meletakkannya di sisi ranjang yang lain. Aku makin geregetan bagaimana ini? Panik? Enggak sih lebih ke bingung deg-deg an secara baru kali ini aku berdua di dalam ruangan dengan lawan jenis ya Allah :/ selama 20tahun hamba hidup baru kali ini merasakan berduaan dengan laki-laki selain ayah.

"Alhamdulillah ya rum" ucapnya

Aku hanya mengangguk, entah kenapa sulit sekali mulutku menjawab

Kang Azam mengambil tanganku yang jemarinya masih terpaut.

"Kenapa Hem? Gugup ya?" Aku mengangguk lagi memang aku sedang gugup bahkan sangat-sangat gugup kang, rasanya jantungku terlalu cepat berdetak، ingin rasanya melepaskan tangan njenengan tapi terlalu erat njenengan memegang, aku makin tak karuan. Andai njenengan bisa mendengar isi hati ku

"Arumi Nasha Maula, tatap aku!" Ucapnya sedikit menegas. Aku tak bisa apa-apa aku malu.

Kelamaan kali ya aku menunduk, kang Azam melepaskan genggamannya di tanganku, bukannya lega aku malah makin gugup karena kang Azam langsung menangkup pipiku dan membuat wajahku menghadapnya.

" Apa aku terlalu menyeramkan, atau jelek hingga kau tak mau memandangku?" Ucapnya lagi.

"Bukan, aku hanya malu, maaf" cicitku

"Hahaha, masyaallah kamu menggemaskan sekali si rum, hanya aku yang boleh panggil Arum ya sayangku istriku" ucapnya sambil tertawa mengacak puncak kepalaku.

***
Azam pov

Ingin sekali memilikinya malam ini, tapi aku yakin dia sangat lelah. Ah dia juga terlihat masih belum siap. Menunggunya siap mungkin lebih baik. Mohon maaf ya aku laki-laki normal.

Setelah membersihkan diri aku dan Maula melakukan sholat isya dan Maghrib yang dilakukan dengan jamak ta'khir berjamaah. Pertama kali mengimami istri. Setelahnya kuajak Arum berdzikir sebentar, tapi tampaknya....

______________
Sebenarnya aku capek ngetiknya jadi aku jadikan di part selanjutnya saja ya.... Maafin author

MAHA SANTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang