10

2 2 1
                                    

Azam POV

Setelah selesai membersihkan diri, dan ini sudah sangat larut ah bahkan ini sudah pagi, 00:30. Aku dan Arum melaksanakan sholat isya dan Maghrib dengan di jamak ta'khir. Ini boleh saja jika memang ada sesuatu yang sangat mendesak yang jarang terjadi.

Setelah selesai sholat kulanjutkan dengan dzikir, tapi rasanya aku hanya akan melakukan dzikir singkat saja, selain karena tubuhku yang sudah lelah eeeeeh apa ini, aku rasakan sesuatu menempel di punggungku. Dan saat kulihat ke belakang, ah ternyata istriku ini sudah tidak kuat menahan kantuknya. Ada-ada saja. Dzikir singkat pun bahkan belum selesai. Aku menggoyangkan lengannya, dan dia sedikit sadar sedikit tidur aku akhirnya mundur agar sejajar dengannya dan kuambil lembut kepalanya untuk kuarahkan tidur di kakiku. Dia menurut saja. Apakah akan seperti ini kalau dia 100% sadar? Ah entahlah.

Akhirnya aku merebahkan diri juga di kasur pengantin kami. Arum? Sudah pergi ke alam mimpi sedari tadi. Dan aku tetiba tidak mengantuk, aku masih ingin mengamati wajah istri kecilku ini lama-lama. Betapa damai sekali wajahnya, dan bibir pink tak terlalu tipis itu terlihat menggoda sekali. Aku senyam senyum sendiri memandangi ciptaan Allah yang sudah Halal untukku ini. Sudah hampir setengah dua pagi, aku sedikit mengantuk. Kuputuskan untuk menyusulnya ke alam mimpi, dengan memeluk guling hidup ini. Haha tak apalah.

Baru 10menit ku mencoba terlelap Arum bergerak dalam tidurnya, apakah ia tidak nyaman? Aku terpaksa membuka mataku kembali, dan kulihat Arumi sudah membuka mata, walau masih terlihat sama mengantuk ya.

"Ehm" gumamnya sambil mencoba melonggarkan atau malah hendak melepaskan pelukanku.

"Biarkan seperti ini rum. Cari posisi nyaman kamu pada diriku" ucapku, meregangkan pelukan dan membiarkannya mencari posisi nyaman. Sedikit menjauh, tapi masih dalam jangkauanku. Ku dekap lagi tubuhnya agar mendekat denganku.

"Ehm, Gus katanya mau cerita sesuatu di malam pertama kita?" Cicitnya dalam pelukanku, dia tidak lagi berontak seperti tadi.

"Besok saja sayang, kita tidur dulu yuk." Ucapku. Mungkin Arumi akan menganggapku masih ngelantur mengucapkan panggilan 'sayang' padanya, tapi sungguh aku sadar.

"Eh baiklah"

.....
______
Arumi POV

Setengah sadar tapi tak punya kekuatan untuk sekedar pindah ke kasur, entah mengapa pelor sekali sih diriku ini. Oh ayolah rum ini malam pertamamu!!! Peringat hati kecil ku. Tapi apalah daya tubuhku mengatakan sebaliknya. Aku ingin menyender tapi tembok terlalu jauh dan ketika aku terkantuk-kantuk aku menemukan pungguh kokoh di depan ku. Eh, nyaman, bodoamat lah punggung siapa lagi kalau bukan suamiku, eeeh. Gapapa kan? Aku pasti akan malu sekali jika masih mampu, tapi apalah daya tubuh ini sepertinya ingin bermanja di malam pertama, haha sah sah saja kan?

Author dan reader yang jomblo harap diam-_-

Aku merasakan lenganku digoyang tapi aku tak berdaya untuk menanggapinya. Dan setelahnya kepalaku dipindahkan ke sebuah, apa ini empuk, nyaman ah entah apalah itu sepertinya sarung. Ah aku tidur dipangkuan suamiku kah?

Lalu yang terakhir aku dapat sedikit merasa tubuhku melayang dan mukenaku seperti dilepaskan setelah aku ditidurkan di? Apa ini? Ah bau ranjang kesukaanku. Akhirnya tidur nyenyakkkk. Maafkan istrimu ini Gus, yang ah sudahlah baru beberapa jam jadi istri saja aku sudah kelihatan jeleknya di depan suamiku. Aish andai siang tadi aku dapat beristirahat aku juga kuat kok begadang, tapi tamu-tamu Abah dan ibu silih berganti ingin bertemu dengan pengantin katanya, ah baiklah seumur hidup sekali kan? Oke...

Entah sudah jam berapa ini? Aku terbangun saat merasakan ada lengan memeluk diriku. Aku mencoba bergerak dan sedikit sulit karena sangat erat pelukannya. Ah astaga nyawaku kalian kemana? Andai nyawaku udah terkumpul semua aku pasti akan kaget dan menjerit keras, Haha. Alhasil aku hanya bisa bergumam pendek.

"Biarkan seperti ini rum. Cari posisi nyaman kamu pada diriku" suara itu mengintruksiku. Ah ya ya bagaimana? Mau menolak takut durhaka, tapi ya sedikit ngantuk, tapi aku memang terbiasa begini tidur seperlunya kalau sudah terbangun ya kemungkinan tidak tidur lagi sampai nanti ngantuk datang lagi.

Akhirnya aku mencari posisi nyamanku ya, aku merindukan gulingku. Tapi tadi sore 2 guling di kamarku diambil semua oleh ibu. Aku sempat mau marah tapi sudah hendak dirias dan sekarang aku baru ingat tidak ada guling disini. Aih kenapa aku terbiasa tidur dengan memeluk guling sih? Bahkan 2 guling sekaligus di kamarku itu kutaruh di kanan dan kiri agar ketika aku mau balik posisi sudah ada guling yang akan kupeluk. Dan ini aku mengambil posisi nyaman seperti ketika aku memeluk gulingku, ah sudahlah jangan dibayangkan. Akan sangat membingungkan bagi yang belum diperbolehkan mencoba, okeh?

"Ehm, Gus katanya mau cerita sesuatu di malam pertama kita?" Aku kembali mengingat sesuatu yang pernah kami bahas sebelumnya. Mungkin ini bisa jadi pembicaraan agar aku tak tidur kembali.

"Besok saja sayang, kita tidur dulu yuk." wow Daebak diluar dugaanku jawaban gusku ini. Memakai kata 'sayang' ah fiks ini mas Gus ku ngelantur dalam tidurnya ih....

Oke tak apa meladeni sebentar orang yang sedang ngelantur
"Eh baiklah" jawabku. Sedikit terkekeh. Apa beliau baru tidur ya? Kenapa wajahnya masih belum damai dalam tidurnya? Apa kamarku tidak nyaman? Ataukah kepanasan? Padahal kipas angin sudah paling kenceng kuputar. Ah maafkan, mungkin karena mas gusku terbiasa tidur di lantai pesantren jadi ketika tidur di kasur kepanasan? Hahaha alasan cukup menarik tapi tidak terlalu logis, perasaan dulu aku tidak seperti itu. Ah lucu sekali sih, berkhusnudzan saja ya kita hehe.

Akupun akhirnya ikut terlelap kembali dengan posisi yang entahlah.

Jam alarm ku berbunyi nyaring sekali, ah memangnya ini sudah setengah 5 pagi ya? Pikirku. Kumatikan alarm, dan kuambil ponselku di nakas, kuhidupkan dan sekarang jam? 5 lebih 15 menit? Astaghfirullah kesiangan ya Allah.... Pasti keluargaku sudah terbangun sejak tadi. Mengapa gak digedor seperti biasanya sih kamarku? Biasanya ibu atau ayah akan dengan senang hati menggedor mengapa ini tidak? Ah ayah ibu putrimu ibu bahkan sangat malu untuk sekedar keluar kamar, terlebih kini sudah bersuami. Ah apa sih ini ya Allah.... Jangan sampai terulang lagi ya Allah....

Segera kugoyangkan lengan mas gusku, ternyata tak sulit membangunkan beliau. Dan akhirnya kami terduduk di ranjang.

"Jam berapa?" Tanyanya

"5:15" jawabku malu.

"Sudah yuk mandi habis itu subuhan, sebelum waktunya habis" ucapnya enteng. Dan satu kakinya sudah menyentuh lantai.

Aku mencekal tangannya. Dan ia melihatku bingung. Seolah bertanya 'kenapa?'

"Malu sama orang rumah" cicitku

Ia hanya terkekeh pelan. Dan mengacak puncak kepalaku yang masih tertutupi kerudung instan untuk tidur tadi.

"Gapapa sayang, mereka insyaallah maklum. Namanya juga pengantin baru, mereka pernah muda" ucapnya masih mengacak puncak kerudungku.

Ish ah mas gusku ini....

_______
Happy reading.... Semoga suka.

MAHA SANTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang