"emang kapan papa sama daddy belikan citra soplen". Jawabnya santai.
"Ada apa gev". Tannya devan penasaran.
"Entar malam lo bakal tau". Jawab gevan sambil tersenyum.
Malam
Gevan pov.
Malam ini gue membuat rencana dengan anak buah gue untuk menculik citra, dan pura-pura mereka menghajar gue dan devan habis-habisan.gue dan devan sudah berada di lantai atas ya dilantai empat, tempat biasanya kami GYM.
"Dad, papa". Triak citra mulai mendekati ruangan tempat gue berada.
"Meri kita mulai". Ucap gue sambil berpura-pura kalah dari lawan begitu juga dengan devan yang pura-pura pingsan.
"Citra tolong papa". Ucap gue serak seperti orang yang teraniyaya.
"Papa". Panik citra dan membuka pintu ruangan tempat gue dan devan berada.
"Citra tolong papa". Ucap gue dan tak lupa mengeluarkan darah bohongan dari mulut gue.
"Lepasin papa". Triaknya masi belum ada reaksi.
"Dasar bocah kecil umurmu itu masi kecil mana bisa melawan gue". Ucap salah satu anak buah gue.
"Daddy, dad ayo bangun tolongin papa". Ucapnya sambil mengguncang badan devan, dan seketika entah dapat intruksi dari mana anak buah gue satunya menendang citra membuat dia tersungkur.
"Citra". Triak gue saat citra terpental kedinding.
"Jangan ganggu keluarga gue bangsat". Ucap citra masi dengan keadaan menunduk, tapi tunggu suaranya berubah dingin.
"Lo mau apa ha anak kec.........". Belum selesai anak buah gue ngomong tapi wajahnya sudah dapat tamparan dari tangan munyil anak 8 tahun itu.
"Lo". Triak anak buah gue.
"Kenapa ha, jangan pernah ganggu keluarga gue bangsat". Ucap citra sambil menggoreskan belati milik devan di wajah anak buah gue yang menendangnya tadi.
"Bakal seru ni". Batin devan yang masi pura-pura pingsan.
"Ampun nona". Ucapnya dan berlutut dihadapan citra, awalnya citra mulai meredah tapi entah intruksi dari mana lagi anak buah gue ini malah menembak citra awalnya gue sama devan kaget, devan yang awalnya pura-pura pingsan segera bangkit, tapi alahkah kagumnya gue saat peluru itu tak ada melukai citra sedikitpun.
"Lo". Ucap gue sambil menatap anak buah gue, dia malah senyum menyeringai membuat gue kesal.
Dor
Dor
Dor
Tembakan yang pas menurut gue, tapi tunggu gue kira devan yang nembak ternyata citra, dengan tangan lentiknya memegang pistol yang sangat berbahaya.
"Gue sudah bilangkan jangan sakiti keluarga gue". Ucap citra sambil menyeringai seperti malaikat maut.
"Citra". Panggil gue dan memegang bahunya.
"Gue bukan citra papa, panngil gue kanaya". Ucapnya sambil mengembalikan belati milik devan pada gue, dan
Brak
Tubuh citra melemah dan dia tak sadarkan diri.
Gue dan devan membawa citra menuju kamarnya."Gue udah menduga kalau citra memiliki alterego". Ucap gue sambil memandang wajah tenang yang sedang tidur.
"Ternyata walaupun dia anak angkat kita, dia memiliki sifat yang sama seperti kita". Ucap devan sambil memandang wajah tenang citra.
"Dia sangat bahaya kalau kita sekolahkan disini bisa-bisa semua orang bakal membunuhnya". Ucap gue dan diangguin oleh devan.
"Gimana kalau kita sekolahkan dia di Amerika dan dia akan kita titipkan dengan paman sander". Ucap devan dan diangguin gue.
"Dad, pa". Suara serak khas bangun tidur dari citra.
"Iya kenapa baby?" Ucap devan sambil membelai rambut citra.
"Daddy nggak kenapa-kenapa kan, papa juga kan". Ucapnya sambil memeluk leher devan erat.
"Iya baby kami baik-baik saja". Jawab gue sambil membelai rambutnya.
"Citra takut dad, pa". Ucapnya sambil menatap kami bergantian.
Ayo bantu vote ya,....maaf ceritanya masi kurang bagus😅😅😅😅😅bantu vote,komen ya sayang-sayang ku
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PERFECT TWINS
Teen Fiction"Darah adalah bauh yang sangat gue sukai, seorang psychopath dan seorang ketua mafia terkenal seasia, tanpa darah hidup gue tak ada artinya, gue punya kembaran, kembaran gue lebih suka membuat mangsanya koma bertahun-tahun dari pada membunuhnya, hi...