Dian yang mendengar teriakan ghea langsung meninggalkan selang air yang tadi di gunakannya untuk menyiram bunga, dan segera berlari menuju kamar ghea.
"GHEA!!...kenapa sayang kok kamu teriak-teriak"tanya dian panik
"panpan bund hiks" ghea menangis.
Dian yang melihat tubuh vano yang sedang kejang-kejang langsung panik dan hendak menelpon adiknya.
Dengan tergesa-gesa dian turun untuk mencari handphone nya, namun baru saja menuruni tangga dian melihat yanto yang sedang menutup pintu depan.
"Yanto...alhamdulillah baru tadi mbak mau telfon kamu loh eh kamu nya malah udah di sini" langsung saja dian menarik tangan yanto untuk mengikutinya naik ke kamar ghea.
"mbak ini kenapa? kok tangan aku di tarik-tarik gini mbak" dengan langkah terseok-seok yanto bertanya ke mbaknya.
"Itu loh to...si panpan tadi kejang-kejang...kamu cepet periksa dia takutnya panpan kenapa-kenapa"
"Hah bener mbak?...kalo gitu kita harus cepat mbak" ucap yanto.
Setelah sampai di dalam kamar, yanto langsung memeriksa tubuh vano yang saat ini sudah tidak kejang-kejang.
Di lain sisi
Di dalam mobil seorang pria paruh baya sedang mengarahkan setirnya menuju sebuah rumah sederhana yang di depannya terdapat taman bunga yang sangat terawat. Iya pria tersebut adalah afikar ayah ghea yang telah pulang dari luar kota.
Saat sudah sampai di depan rumahnya dia melihat mobil adiknya sudah terparkir di depan rumah.
'Kenapa ada mobil yanto di sini?' batinnya heran
Tanpa berpikir panjang afi langsung memarkirkan mobilnya di dalam bagasi rumahnya. Dia takut terjadi apa-apa dengan keluarganya pasalnya, adik dari istrinya itu jarang sekali kerumah dan hanya datang sesekali saja atau jika ada anggota kelurganya yang sedang sakit.
Setelah mematikan mesin mobilnya afi segera turun dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumah. Namun rumahnya terlihat sangat sepi dia berteriak memanggil istri dan anaknya
"DIAN...GHEA...KALIAN DIMANA?" teriaknya
Lalu terdengar sahutan istrinya dari Kamar atas, kamar milik putrinya itu.
"KAMI DI ATAS SAYANG KAMU KESINI AJA"
Di depan pintu kamar ghea. Dia melihat istrinya yang sedang berdiri menghadap tempat tidur dengan wajah yang terlihat khawatir. Dan di tempat tidur terdapat ghea yang menggenggam tangan seorang anak laki-laki yang saat ini sedang di periksa oleh yanto.
"Ada apa ini?kenapa kalian berkumpul di sini? Siapa anak laki-laki itu?" Tanyanya beruntun kepada mereka
Jujur saat ini banyak sekali pikiran-pikiran negatif yang muncul di dalam otaknya.
"Mas sini deh...nanti aku ceritain semuanya kalo yanto udah selesai meriksa panpan" dian menyuruh suaminya itu untuk mendekat ke arahnya.
Dengan raut bingung yang sangat terlihat jelas di mukanya, afi langsung menuruti ucapan dian.
Setelah sampai di dekat dian, dia dapat melihat dari dekat seorang anak laki-laki yang wajahnya tampak familiar di matanya. Dia seperti pernah melihatnya namun dia lupa. Kedua mata anak itu terpejam dan wajahnya terlihat agak pucat. Selain itu walaupun terlihat samar namun dia dapat melihat banyak sekali luka yang ada di tubuh anak kecil itu.
Ghea yang terlalu khawatir dengan vano sampai tidak mengetahui kalau ayahnya sudah pulang. Saat dia menengok ke arah bundanya dia melihat ayahnya ada di sana. Dengan cepat ghea langsung berlari dan memeluk ayahnya dengan erat sambil sesenggukan.
"Hiks ayah...ghea kangen banget sama ayah hiks...ghea juga lagi sedih hiks...teman ghea hiks...tadi tubuhnya getal-getal hiks...ghea takut hiks...ghea takut panpan enggak bangun-bangun hiks" sambil menangis ghea bercerita kepada ayahnya.
"Cup-cup anak ayah kok jadi cengeng banget sih...ghea jangan takut dong pasti temen ghea nanti bangun"
afi menyemangati putrinya walau dia sendiri masih bingung dengan apa yang sedang terjadi.
Akhirnya yanto telah selesai memeriksa kondisi vano.
"Jadi gimana to?nggak ada yang serius kan?" Tanya dian penasarn
"panpan mengalami demam tinggi mbak badannya panas, dan tadi tubuhnya juga kejang- kejang. Nanti aku siapin resep obat buat panpan. "
"Ya allah tapi nggak parah kan to?. Nggak harus di rujuk ke rumah sakit?" Tanya dian
"Nggak usah mbak cukup di rawat di rumah saja juga bisa. Nanti tolong panpannya di kompres pake air hangat ya mbak biar panas nya cepet turun"
"Iya nanti mba yang rawat panpan" ucap dian
"Om panpan kapan bangunnya...telus tadi kenapa badan panpan getal-getal?"tanya ghea
"Besok panpan pasti bangun kok...ghea juga ikut rawat panpan dong biar nanti panpannya cepet sembuh." Ucap yanto lembut
"Oh gitu ya om...okee ghea bakal lawat panpan"
Mereka semua tersenyum mendengar ucapan ghea.
"Ya udah bunda mau ke bawah dulu ambil air hangat buat ngompres panpan" ucap dian sambil berjalan keluar kamar
"Aku juga mau keluar ya bang. Mau beli obat buat panpan di apotek" ucap yanto yang di tanggapi anggukan oleh afi
Setelah itu tersisa 3 orang di dalam kamar. Ghea yang masih dalam pelukan ayahnya dan vano yang masih terbaring di kasur
"Ghea nggak mau lepasin pelukannya nih? Masih kangen ya sama ayah ?" Goda afi kepada putrinya
"Nggak mau ghea pengin peluk ayah terus...ghea kangen banget sama ayah"ucap ghea sembari mempererat pelukannya
"Ututu putri cantiknya ayah pengin di peluk terus sama ayah. Emang nggak pengin liat oleh oleh yang ayah bawa"
" ayah bawain ghea oleh oleh?"
"Iya dong tuh oleh oleh nya ayah taruh di bawah"
"Asikkk ghea pengin liat" dengan cepat ghea melepaskan pelukannya dan berlari turun kebawah meninggalkan ayahnya yang terkekeh melihat perilaku anaknya
Setelah melihat ghea yang dengan tidak sabarnya turun untuk melihat oleh oleh yang di bawanya, Afikar mengalihkan pandangannya ke tubuh vano
Dia merasa pernah melihat wajah vano di suatu tempat. Dalam fikirannya vano terlihat mirip dengan seseorang tapi dia lupa
"Kenapa aku merasa anak ini mirip sama seseorang ya?" Gumam afikar. Tanpa memikirkannya lagi afikar berjalan menyusul ghea ke bawah.

KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
Teen Fictionpertemuan singkat yang berkesan di masa lalu dan penyesalan di masa depan