"Ya ampun nak" Dian langsung menggendong tubuh kecil Vano dan membawanya ke dalam kamar ghea karena lampu kamar tamu sedang mati.
Setelah itu Dian menyuruh ghea untuk menelpon yanto paman ghea sekaligus seorang dokter, sedangkan dirinya turun kebawah untuk menyiapkan makan malam dan mangambil baskom berisi air dan lap
Tanpa bertanya lagi ghea segera menelpon yanto. Tak lama setelah di telpon akhirnya yanto sampai di rumah ghea dan langsung memeriksa keadaan Vano.
"Om... panpan gak papa kan om?" Ghea bertanya dengan cemas.
Saat ini ghea sedang duduk di sebelah Vano yang terbaring di tempat tidur milik ghea. Kedua tangannya memegang telapak tangan kanan Vano dengan erat
"Ghea tenang aja yah...panpan gak papa kok...besok panpan pasti sembuh" yanto menjelaskan dengan lembut.
"Benelan om?" Tanya ghea ragu
"Iya beneran...besok kalo panpan udah sembuh ghea bisa ajak panpan main bareng" jelas yanto lagi
"Iyaa besok ghea bakalan ajak panpan jalan-jalan...telus besok ghea kenalin ama temen-temen ghea" nada bicara ghea berubah jadi senang.
"Nah bagus itu...ngomong-ngomong ghea panpan itu siapa ghea? trs ketemu panpan dimana?" Tanya yanto, kerana jujur saja dia penasaran dari mana keponakan nya itu bertemu dengan Vano yang seluruh tubuhnya penuh luka.
"panpan itu temen balu ghea om...tadi ghea lagi nyali kupu telus ghea liat panpan lagi nangis di bawah jembatan tua di sana...ghea samperin telus ghea ajak panpan kelumah deh" ghea bercerita dengan semangat.
"Oh gitu aduh keponakan om pinter banget sih" puji yanto sambil mengusap kepala ghea sayang
"Maacih om yanto "Ghea nyengir lebar mendengar pujian dari omnya itu
Kriet
Terdengar suara pintu di buka. Kedua orang yang tadinya sedang asik bercerita menoleh ke arah pintu. Dian masuk dengan membawa baskom berisi air dan lap basah.
"Udah selesai meriksanya dek" tanya dian kepada adiknya
"Udah mbak...tapi ada yang mau aku obrolin sama mbak" nada suara yanto mulai serius.
"Ngomongin nya nanti aja ya...ini udah jam 7 malam...kamu sama ghea makan malam dulu...mbak udah siapan makanan di bawah" dian berjalan ke ranjang dan disana terlihat panpan yang masih pingsan, lalu menaruh baskon tersebut meja samping tempat tidur.
"Gak usah repot-repot kali mbak...jadi ngrepotin kan hehe" Ucap yanto sambil cengengesan.
"Ish om yanto...kalo lapel bilang aja ... kata bunda...gengsi dong!!" Ucap Ghea yang dari tadi sedang memperhatikan kelakuan om yanto.
"Haha bagus ghe...aduh pinternya anak bunda" dian merasa bangga dengan ucapan putrinya yang sudah memojokan adiknya itu
"Dasar emak sama anak sama aja" ucap om yanto sambil berjalan keluar kamar dengan menghentakan kakinya seperti anak kecil.
Dian hanya geleng-geleng kepala mengahadapi sifat adik kandungnya itu.
"Ghea kamu juga turun kebawah ya...bunda udah siapin makan malam kesukaan kamu"
Ucap dian sambil mengusap kepala ghea."Siap komandan" langsung saja ghea turun dari tempat tidur dan segera berlari keluar kamar.
Lalu di dalam kamar tersisa Vano yang masih pingsan dengan dian yang sedang mengompres dan membersihkan tubuh Vano.
Dian telah selesai dengan pekerjaannya merawat Vano, yaitu mengompres tubuh Vano yang kotor dan penuh luka, lalu memberi salep di setiap lukanya dan terakhir mengganti baju Vano dengan baju hitam milik ghea yang tidak di pakai karena kebesaran.
Dengan membawa baskom tadi Dian akan membuka pintu, namun pintu kamar itu sudah terbuka terlebih dahulu. Dan ternyata yanto dan ghea yang sedang berdiri di depan pintu kamar dengan ghea yang ada di gendongan yanto.
"Ghea kamu masuk terus langsung tidur ya" perintah dian setelah melihat wajah ghea yang sudah mengantuk.
"Huomm... iya bund" ucap ghea sambil menguap lebar.
Setelah itu, ghea turun dari gendongan yanto dan langsung masuk ke kamarnya menuruti perintah bunda nya sambil menahan kantuk.
"Oh iya yanto... katanya kamu ada yang mau di omongin?" Dia teringat dengan ucapan adiknya tadi sebelum turun makan malam.
"Itu mbak ada yang mau di omongin tentang panpan."

KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
Fiksi Remajapertemuan singkat yang berkesan di masa lalu dan penyesalan di masa depan