For You (End)

110 27 0
                                    

"Bertemu denganmu adalah anugerah terbaik dari Tuhan untukku."

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca.....

Untukmu, Iqbal Bintang Sanjaya. Warna-warni yang kamu berikan sudah memudar seiring berjalannya waktu. Kini aku sudah terbiasa dengan semua warna abu-abu di sekelilingku.

Aku merindukanmu dan kenanganmu, tapi kamu kini hanya bagian dari serentetan masa lalu. Dimensi dimana aku tak bisa kembali menarikmu dan berharap semuanya kembali terulang seperti yang pernah terjadi. Karena waktu berjalan maju, begitu pula denganmu yang berjalan maju

...menjauh dariku.

Aku baik-baik saja sekarang, jauh lebih baik setelah aku puas mengenang semua tentangmu. Bagaimana denganmu? Kamu baik-baik saja kan? Aku harap semuanya baik-baik saja, aku, kamu dan juga Kiara.

Semesta tau caranya bekerja, pertemuanmu denganku pun pasti sudah bagian dari rencananya. Lalu tawa dan tangis didalamnya pun juga bagian dari rencananya. Rencana untuk membuat kita menjadi pribadi yang jauh lebih baik.

Setelah menulis ceritamu, aku sadar waktu berlalu dengan cepat. Aku juga sadar bahwa keputusan yang kita ambil dulu adalah keputusan kita sebagai remaja yang belum yakin dalam mengambil keputusan. Perasaan bimbang, takut dan segala macam kekhawatiran masih ada saat itu.

Dan mungkin karena itu baik aku dan kamu tak bisa memikirkan banyak hal dengan baik. Kita sama-sama mudah emosi, mudah kesal dan kadang tak mau mendengarkan orang lain. Itu hal yang wajar karena kita belum dewasa.

Ada saat-saat yang paling aku rindukan tentang kita, saat semuanya masih baik-baik saja. Tepatnya saat aku, kamu dan Cakra belum menyadari semuanya. Pada dasarnya kita hanya tiga orang teman biasa sebelum perasaan bernama cinta muncul disana.

Aku dan Cakra yang mengubah pertemanan itu dalam sehari, kemudian menghancurkannya juga dalam sehari. Kemudian kamu datang di saat aku dan Cakra sedang dalam kondisi terburuk kami. Aku yang memilih menghindari mu, sementara Cakra memilih menghindar.

Seharusnya semua bisa baik-baik saja saat itu, jika saja aku pura-pura tak tau tentang apa yang terjadi antara kamu dan Cakra. Harusnya aku bisa baik-baik saja diantara kalian, berteman seperti sebelumnya. Maka kisah ini tak akan pernah ada.

Aku pernah menyalahkanmu atas kepergian Cakra, aku selalu merasa karena kehadiranmu Cakra menghilang. Tapi lagi-lagi semesta membalikkan ucapanku, berkatmu aku berhasil melupakan Cakra. Padahal selama ini aku selalu tinggal dalam bayang-bayangnya.

Tapi sekarang siapa yang akan mengeluarkanku dari bayang-bayangmu? Tak ada.

Aku pikir menghindarimu tak akan membuatku merasa bersalah sampai sekarang. Nyatanya dibanding rasa sukaku kepadamu, rasa bersalahku padamu justru lebih besar. Aku sadar saat kamu perlahan menjauh dariku, karena roda itu selalu berputar.

Aku pikir waktu akan menyembuhkan lukaku saat itu. Tapi waktu justru membuatnya semakin nyata. Satu-satunya hal yang harusnya aku lakukan adalah mengikhlaskanmu, kemudian memilih untuk berjalan keluar.

Aku keluar karena aku merasa hatimu bukan lagi tujuanku. Ruangan itu kini sudah memiliki pemilik tetap. Dia yang berhasil menggenggam tanganmu, dia yang kini berjalan disamping mu, lalu dia yang bisa membahagiakan mu.

Lalu, bagaimana dengan Kiara?

Dia gadis yang baik kan? Aku tau, aku memang tak mengenal dekat dengannya tapi aku tau. Aku yakin dia bisa menjagamu dengan baik, lebih baik dariku. Jaga dia baik-baik yah? Aku percaya dia tak akan menyakitimu, seperti aku.

Kamu adalah laki-laki baik Iqbal. Kamu adalah laki-laki dengan senyum manis yang selalu kamu tunjukkan setiap kali pertemuan kita. Kamu adalah satu dari banyaknya hal baik yang aku temui di masa remajaku sampai detik ini.

Kini kita bukan lagi dua orang remaja yang jatuh cinta lalu patah hati. Kini kita sudah sama-sama dewasa, luka itu pun kini sudah mengering. Kita sama-sama sudah bisa bangkit dan kembali menjalani kehidupan kita masing-masing.

Sekarang aku ingin berhenti, berhenti mengingatnya dan melupakan semuanya. Aku sudah cukup mengenang semua tentangmu, tentang kisah kita. Kini aku sudah siap menyimpan semua kenangan itu jauh lebih dalam dihatiku.

Bahagia yah dengan kisah barumu, aku harap kisah kali ini lebih baik dari kisahmu denganku. Jangan khawatir tentang aku. Aku juga akan mencari kisahku yang baru, aku yakin semesta punya rencana yang jauh lebih baik untukku.

Terima kasih pernah mau menungguku bertahun-tahun. Terima kasih mau bertahan dengan sikapku padamu. Terima kasih pernah menjadi kisah panjang di masa remajaku.

Darimu aku belajar banyak hal, jatuh cinta, rindu, sedih, bahagia, cemburu, menunggu, patah hati, dan kecewa. Darimu aku tau bagaimana caranya jatuh kemudian bangkit kembali, bagaimana rasanya terluka kemudian menyembuhkannya. Aku bersyukur orang itu adalah kamu dan aku bahagia.

Kisah kita sudah pada akhirnya, suatu hari aku akan membaca ulang kisah ini kemudian mengenangnya sebentar. Lalu, jika kamu melihat kisah ini, bacalah. Kenang yang perlu dikenang, dan hapus yang perlu dilupakan.

Sekarang aku pamit.
Maaf, lalu terima kasih.

*****

Terima kasih sudah hadir di hidupku.
Maaf pernah hadir di hidupmu.

Lea Bulan Callista,
April, tahun ketujuh.

~SELESAI~

*****

Hai....
Terima kasih kepada semua pembaca For You yang udah ngikutin cerita ini dari awal.

For You sebelumnya udah aku publish dalam versi pendek tapi aku un-publish dengan ngubah jalan cerita dan nambahin visual untuk tokohnya.

Dan Alhamdulillah akhirnya hari ini For You bisa selesai.

Btw, cerita ini diikutsertakan dalam event nulis bareng aiepublisher

Semoga kalian suka sama cerita ini dan sampai ketemu di cerita aku berikutnya.

Bye....





Terima kasih telah membaca.
Jangan lupa vote dan comment
⭐⭐⭐⭐

For You ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang