Dua Puluh Tiga

24 10 0
                                    

23. Akhir?

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca....

Kadang berhenti mencari tahu itu lebih baik.

*****

Oktober, tahun ketiga

Pernahkah kalian membenci satu waktu karena kejadian tertentu? Jika pernah, maka kalian sama denganku. Aku membenci oktober, bukan karena hujannya yang tak pernah berhenti tapi karena kejadian saat hujan itu turun.

Sudah beberapa bulan berlalu sejak pesan terakhir yang kamu kirim. Aku sengaja tak lagi membalas pesan itu, harapan ku masih terlalu besar padamu. Dan aku tak ingin harapan itu kembali kecewa lalu aku kembali terluka.

Tapi setelah berbulan-bulan pesan itu tak pernah kembali ku lihat, semalam sebuah pesan baru kembali muncul. Masih dengan isi yang sama.

Iqbal

Hai.
Apa kabar?

Isi pesan yang seharusnya sangat biasa, tapi nyatanya sebuah 'Hai' dan 'Apa kabar?' darimu cukup menghancurkan duniaku. Aku kembali berharap, berharap menjadi akhir dari cerita pencarian panjangmu. Tapi nyatanya rasa takutku untuk kembali maju justru lebih besar, aku takut kembali mengecewakanmu.

Lalu yang aku lakukan semalaman hanya melamun, membiarkan hati dan pikiranku berdebat tentang pesanmu. Karena aku benar-benar tak tau harus berbuat apa, mengingat kamu selalu muncul di bulan yang sama. Lalu menghilang saat bulan kembali berganti atau hanya perasaanku.

"Kak!"

"Kak Lea!"

"KAK LEA!!"

Aku tersadar dari lamunan ku saat suara Safhira bergema di tengah ruang rapat. Aku menatap bingung ke arahnya sementara tatapan yang lain justru kini tertuju padaku. Aku baru saja sadar bahwa sejak tadi aku berada di ruangan forum.

"Mikirin apa sih Lea?" tanya Neli yang kebetulan duduk di sebelah kananku, aku menggeleng pelan.

"N-nggak bukan apa-apa."

Aku menunduk berusaha menyingkirkan isi pesan itu dari pikiranku. Hari ini pertemuan terakhirku di forum, harusnya aku lebih fokus bukannya melamun dan memikirkan isi pesan itu.

"Beneran?" kali ini Aldo bertanya, aku mengangguk kembali mengangguk yakin.

Lalu sampai rapat berakhir aku hanya diam, bahkan di acara pelantikan sekalipun aku lebih banyak diam. Aku hanya mengangguk atau menggelengkan kepala saat Neli dan Safhira mengajak berbicara. Entahlah aku benar-benar tak bisa fokus pada pembicaraan, aku bahkan tak ingat betul apa yang terjadi hari itu.

For You ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang