009

943 132 4
                                    

“Minghao, ayolah. Gue mo pulang huwehuweee”

Minghao diam, sudah biasa ia mengabaikan rengekan demi rengekan Rose. Daripada meladeni Rose, Minghao lebih memilih untuk bermain game di hpnya.

“Minghao, gue mo pulang”

“Ayo pulang”

“Ntar gue nangis kalo lo abaiin terus”

“Minghaooooo.” Rose merengek. Ia sudah bosan dengan suasana dan makanan rumah sakit. Rose juga bosan tak melakukan apapun 3 hari ini. Rose itu orangnya kalo ngga nglakuin apapun 5 menit aja udah kek orang keseper. Tentu saja kecuali tidur.

“Hao, gue bakalan ngambek kalo lo kek gini terus”

Minghao menghentikan permainannya lalu melirik Rose sekilas. “Oh,” ucapnya lalu melanjutkan permainannya.

“MINGHAO ANJING!” Rose kesal tentu saja. Siapa yang tak kesal diperlakukan seperti itu? Lagian Rose tak punya stok kesabaran sebanyak Squidward.

Minghao menghela nafas lalu menatap Rose datar, “Roseanne, lo kan tau kalo lo masih sakit. Gua ga mau ambil resiko,” ucapnya.

Rose mengerucutkan bibirnya, “Tapi gue bosen.”

“Mau jalan jalan ke taman?”

Rose mengangguk antusias. Masalahnya beberapa hari ini dia emang ngga kemana-mana. Cuma duduk doang di ranjang.

Rose tampak kesal saat Minghao pergi ke luar. Lah? Tadi bukannya nawarin buat jalan jalan? Sekarang kok malah keluar gitu aja? Rose ga jadi diajak jalan-jalan gitu?

Rose diam saat Minghao kembali membawa kursi roda. Ia tetap diam saat Minghao mengangkatnya ke atas kursi roda. Bahkan ia masih diam saat Minghao mulai mendorong kursi roda yang dipakai Rose.

Minghao tersenyum tipis saat Rose nampak tak henti hentinya tersenyum saat mereka sudah sampai di taman.

“Kakak”

Rose dan Minghao menoleh. Mereka terkejut saat mendapati seorang anak menghampiri mereka dengan tatapan berbinar-binar.

“Kakaknya cantik banget.” Gadis itu berhenti sejenak lalu melompat lompat kecil hingga membuat Rose dan Minghao gemas, “Kakak yang ini juga ganteng banget,” ucapnya lagi sembari menunjuk ke arah Minghao.

“Makasih,” tukas Rose.

“Ten--”

“KEYRA”

Mereka bertiga menoleh. Seorang wanita yang baru datang itu masih berusaha menetralkan nafasnya yang tersengal-sengal.

“Lain kali jangan kabur kaburan gitu. Mama nyariin kamu,” omel wanita paruh baya itu.

Wanita itu lantas menoleh ke arah Minghao dan Rose. “Maaf ya, anak saya pasti merepotkan kalian,” ujarnya.

“Tidak, dia tidak merepotkan kok,” tukas Rose.

Wanita paruh baya itu tersenyum lalu menatap anaknya lagi, “Keyra, ayo kembali, Sayang,” ajaknya.

“Ya udah, dadah kakak cantik”

Rose tersenyum manis dan mengangguk saat Keyra dan ibunya pergi dari sana. Bahkan Rose juga membalas lambaian tangan Keyra saat gadis kecil itu digendong oleh sang ibu.

“Dia lucu ya”

Minghao menoleh lalu mengangguk, “Iya”

“Kira kira anak sekecil dia sakit apa ya?”

“Penyakit ngga pernah mandang kecil besar, tua muda, dewasa atau anak kecil, Rose”

“Ya tau sih. Tapi kasian aja liat anak kecil yang sakit gitu”

Minghao tak membalas perkataan Rose. Ia lebih memilih mendorong kembali kursi roda yang diduduki Rose.

“Gue kapan pulang?”

“Kaga tau. Kalo lo masih mogok minum obat, mungkin bakalan lama lagi”

Rose menelan salivanya susah payah, “Masalahnya obatnya pai--”

“Sejak kapan obat rasanya manis?”

“Ada, sirup”

“Emangnya lo anak kecil?”

“Ngga, tapi kan-”

“Ya udah, kalo lo mau yang manis, minum air gula aja sana!”

“Hao”

“Kenapa?”

“Lo ngeselin”

“Makasih”

“HAOOO”





















Monday, 05 July 2021

[✓] HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang