Kejadian yang menimpa Intan masih terngiang di benak Aria. Oleh karena itu ia tak pernah menurunkan kewaspadaan di sekitarnya. Sepanjang hari bahkan sudah lebih 2 pekan, ia masih mengawasi Intan dengan ketat. Sampai harinya tiba, Intan bersiap untuk mengikuti ritual yang di bicarakan belakangan ini. Meski sebelumnya Aria menolak pengaruh kakaknya yang membuat Intan patuh dan lupa pada kejadian menimpanya belakangan ini, tetapi dengan alasan kebaikan, ia pun menyetujui nya.
"Aku pikir... Ini terlihat mudah." Komentarnya setelah membaca syarat yang menurutnya begitu sulit.
"Jangan berpikir begitu." Halimah menyela. " Karena baru pertama kalinya, wajar saja terlihat sulit." Tersenyum ramah.
Dalam ritual pernikahan, selama seminggu wanita yang baru di nikahi siluman harimau, di minta untuk bermeditasi. Setelah itu, di lanjut dengan membasuh diri di bawah sinar bulan purnama.
"Memangnya manusia bisa tahan tanpa makan dan minum selama seminggu?" Keluh Intan
Halimah hanya tertawa kecil.
"Eh... Seriusan teh." Protesnya.
"Baiklah!" Menarik nafas. "Dengar ya... Kita sudah terikat pernikahan dengan mereka, jadi otomatis kita sanggup menjalankannya tanpa keluhan apapun. Tentu saja kau juga harus fokus. Karena kalo tidak...." Mencoba menakut nakuti.
"Kalo tidak... Apa?"
"Kamu harus mengulang lagi dari awal." Jawabnya seraya menoleh ke arah Aria yang baru datang.
"Kau sudah siap?" Tanya Aria
Intan hanya menggguk pelan dan segera mengikuti nya setelah berpamitan pada Halimah.
Sepanjang perjalanan, keduanya tak saling bicara. Walau demikian Intan sesekali ingin mengajak bicara tetapi di urungkan nya.
Begitu tiba, terdapat dua alas berundak di tepi sungai berbatu. Di tempat paling atas yang berdampingan dengan Air terjun, merupakan tempat meditasi khusus Aria. Sementara alas paling bawah di peruntukan Intan dengan posisi memunggungi Aria.Tak membutuhkan waktu lama, Intan lebih dulu mulai meditasi. Setelah tenggelam dalam ke khusu an, Aria lalu mengikutinya. Waktu terus berjalan tanpa ada gangguan yang berarti.
Malam pertama setalah melewati masa meditasi,
Intan kembali ke rumah singgah yang terletak di seberang sungai. Sementara Aria masih dalam semedinya.Pengaruh sihir Wijaya pun sudah sirna, di tandai perasaan gelisah Intan yang teringat malam di mana seekor harimau putih menyerangnya. Di tengah kebingungan nya, ia mendengar suara bisikan yang tak asing baginya.
"Aria!" Intan tersadar lalu menoleh ke arah Aria yang masih bermeditasi.
Intan berjalan mengamati Aria dari kejauhan. Sesekali ia menoleh ke kanan ke kiri, karena khawatir ada yang menyerangnya.
"Jangan khawatir! Kembalilah! Basuhlah tubuhmu dan istirahatlah di pondok itu." Ucap Aria dalam benak Intan.
Aria nampak sudah membuka matanya meski tak melihat Intan lalu kembali memejamkan matanya. Intan yang semula termenung, segera bergegas menuju telaga kecil di balik pondok itu.
Kedalam telaga nya hanya sebatas dada orang dewasa, itulah mengapa Intan begitu nyaman dan sampai lupa waktu.Puncak malam semakin yang semakin dekat, Intan masih sibuk di tengah telaga membasuh diri. Tanpa ia sadari, seekor harimau putih besar menghampirinya tanpa suara. Perlahan ia masuk dan menenggelamkan dirinya beriringan dengan Intan. Begitu muncul di permukaan, ia menyadari kehadiran seseorang.
"A... Aria!" Segera membalikkan tubuhnya.
Aria hanya diam menatap Intan seakan siap memangsa. Matanya berwarna kuning keemasan terlihat jelas di malam hari. Meski takut, Intan berusaha tenang di depan suaminya. Perlahan ia merangkul leher Aria lalu keduanya tenggelam dalam permainan hasrat yang mulai memanas.
Waktu masih menunjukan jam 2 dini hari. Intan sudah di dalam pondok. Kain yang membalut tubuhnya kini sudah di ganti dengan yang baru.
"Apa apaan mereka ini... Kenapa tak menyiapkan pakaian ganti. Mereka sengaja kah?" Keluhnya seraya menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Kenapa Aria belum kembali ya?" Menoleh ke arah pintu.
Aria pergi ke suatu tempat setelah mendapat panggilan melalui benak nya. Dia pergi dengan wujud Harimau, sesaat keduanya selesai membasuh diri di telaga. Karena yang di tunggu tak kunjung datang, Intan memutuskan tidur terlebih dahulu.
Tiba tiba pintu terbuka dengan sendiri nya, di iringi kemunculan Harimau putih berjalan menghampiri Intan yang tengah terlelap. Dia mengendus endus tubuh gadis itu. Saat mengarah ke wajahnya, ia berubah menjadi manusia dan mulai menciuminya.
Tak lama Intan bangun dan menyadari tubuhnya sudah di kuasai Aria yang sudah tak bisa menahan diri lagi. Berkali kali Intan mengerang kesakitan dan berusaha mendorong Aria, tetapi cengkraman yang begitu kuat. Intan tak punya pilihan lain selain pasrah akan keadaanya.
Puncaknya, Aria mengeluarkan taringnya dan tanpa ragu mengigit leher Intan hingga tembus begitu dalam.
"Aaakh!" Jeritnya tertahan menahan rasa sakit.
Intan meronta ronta sekuat tenaga yang tersisa, mencoba melepaskan diri dari cengkraman Aria tetapi gagal. Energi yang di suntikkan melalui taringnya, mengalir cepat ke seluruh tubuh Intan. Sensasi panas yang membara seperti demam dengan suhu lebih tinggi. Nafasnya menjadi sesak dan tatapan matanya mulai kosong seperti hendak mati.
Suara Aria menggema dalam pikirannya, meminta Intan untuk bisa menahan sampai semuanya selesai. Energi itu merupakan kekuatan Aria yang disalurkan melalui taringnya dan mengalir melalui aliran darah untuk menandai pasangannya secara permanen. Tentu saja itu si lakukan supaya tak ada serangan musuh yang menyerupai dirinya dan gangguan lainya yang mencoba merugikan Intan.Cukup lama ia menggigit Intan, di karenakan sempat mendapat penolakan dari tubuhnya. Dia menarik taringnya perlahan lalu menjilati bekas lukanya sampai menghilang.
"Perih... A... Ria...." Berusaha menatap Aria
"Pan... As...." Air matanya meleleh membasahi pipinya.
"Akh...."
"Jangan khawatir... Sakitnya akan hilang saat menjelang pagi. Kau harus menahannya sampai waktunya tiba." Ucap Aria seraya mengecup kening Intan lalu pergi keluar.
"Ja... Jangan pergi... Aria...." Berusaha memanggil Aria kembali.
"Akh! Aaakh...."
Tubuhnya mengalami kejang berlebihan. Pikirannya mulai kosong, mulut menganga dan hanya mengeluarkan suara erangan. Mata yang terbuka lebar dengan tatapan kosong. Jemari yang terus tanpa henti mencengkeram kain sprai yang sudah acak acakan. Serta kedua kakinya menendang nendang menahan sakit.
Sementara Aria terjaga dengan duduk bersila di balik pintu. Suara erangan Intan terdengar jelas, tak membuat Aria sedikitpun bersimpati. Meski menyembunyikan perasaan khawatir, ia tetap teguh pada pendiriannya. Biar bagaimanapun kondisinya, Intan tidak akan terbunuh karena ritual akhir pernikahan nya.
Selama 2 jam Intan berjuang melewati masa sulit nya beradaptasi dengan kekuatan Aria. Tepat jam 5 pagi Intan tak sadarkan diri karena kehabisan tenaga. Meski suhu tubuhnya masih panas. Sekitar jam 6 pagi, hawa sejuk di dahi membuat Intan terbangun dan melihat sosok Aria di sampingnya.
"Selamat pagi Intan...." Ucapnya lembut dan mengecup kening Intan.
Intan berusaha meraih wajah suaminya. Dengan cepat di raih oleh tangan kanannya Aria lalu mengecup nya.
"Apa masih sakit?"
Intan menggelengkan kepalanya. "Sekarang tidak. Hanya saja masih lemas." Berusaha untuk bangun.
Dengan bantuan Aria, ia memposisikan duduknya dengan bersandar. Kemudian, Aria mengambil segelas air putih lalu membantu Intan untuk meminumnya. Setelahnya, ia membawa Intan dengan memangku nya ke telaga untuk membersihkan diri dan memulihkan stamina Intan.
Barulah setelah itu Intan bisa berpakaian dengan benar, setelah Aria membawakan pakaiannya dari rumah utama. Keduanya mulai melanjutkan aktivitas di mulai dengan sarapan pagi dan mengajarkan beberapa hal pada Intan di siang harinya, seperti Ajian untuk bisa keluar masuk Alambumi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pasangan Siluman Harimau
Ficción GeneralIntan Nurahmah harus menerima kenyataan pahit. Tidak hanya menjadi target pembunuhan jin pesugihan, dirinya harus menerima menjadi pasangan terpilih siluman harimau, karena melanggar pantangan saat memasuki hutan larangan. Apakah pantangannya dan si...