Setelah menjadi suami istri, keduanya di sibukkan aktivitas sehari-hari baik Intan yang mencoba membiasakan diri beradaptasi di lingkungan tersebut dan Aria kembali bertugas sebagai penguasa perbatasan bagian selatan kerajaan.
Intan terpaksa di tinggal karena masih baru di wilayah tersebut dan relatif aman jika tinggal tak jauh dari istana kerajaan. Di bantu dengan Halimah, yang sudah lama tinggal di sana, Intan pun mulai berani ke pasar atau ketempat keramaian meski dalam pengawasan.
"Teteh! Kenapa sebagian laki laki menatap saya seperti itu?" Bisik Intan cemas seraya menggenggam kalung pelindung pemberian Aria.
"Menatapmu?"
"Iya! Mereka seakan ingin menerkam ku, meskipun mereka tahu aku istri siapa." Mencoba untuk tenang.
"Apa!" Respon Halimah dingin.
Intan tak melanjutkan pertanyaan setelah mendengar respon Halimah. Ia terdiam sepanjang jalan sampai tiba di rumah Aria. Setelah keduanya masuk, Halimah menjelaskan semuanya.
"Kamu benar-benar melihat mereka seperti itu saat menatapmu?" Tanya Halimah mulai ramah.
"Benar! Aku tidak mengerti kenapa mereka bersikap seperti itu." Duduk di samping Halimah seraya menyuguhkan secangkir teh.
"Apa kau sudah menjalani ritual terakhir dengan Aria?" Tanya Halimah kemudian meneguk teh nya.
"Ritual terakhir? Apa itu?" Bertanya kembali.
"Jadi belum ya!" Tebak Halimah. Meletakan cangkir teh di meja. "Setiap siluman menikahi manusia, pasti menjalani ritual terakhir pernikahan mereka. Dengan tujuan menandai pasangannya agar tak di rebut atau di sakiti kaumnya yang lain."
"Apa itu semacam bercinta?" Tanya Intan polos.
"Hah? Kalian belum melakukannya?" Halimah bingung.
"Ah... Itu...." Tersipu malu.
Halimah perlahan menarik nafas panjang. "Itu bahaya sekali." Gumamnya
"Maksud teteh?"
"Apa Aria memberikan suatu pesan padamu sebelum pergi bertugas?" Halimah malah bertanya kembali.
"Mmmm... Coba ku ingat!" Mengerutkan dahi.
"Intan! Kemarilah?" Panggil Aria dari kamarnya
"Ada apa?" Intan menghampirinya.
"Sebelum aku pergi, aku ingin kau mengenakkan ini?" Menunjukkan sebuah kalung permata hijau.
"Kalung?"
"Benar! Kalung ini bukan kalung biasa. Aku bisa datang dengan cepat saat kau dalam bahaya. Dan satu lagi... Pastikan kau tak keluar rumah saat malam hari. Itu sangat berbahaya sekali." Memasangkan kalung pada Intan.
"Ba... Baiklah!"
"Aku harap kau mematuhinya dengan baik Intan." Mengecup kening Intan.
"Aku mengerti." Balas Intan dengan senyuman.
Begitulah Intan mengingatnya sebelum Aria pergi bertugas.
"Jadi begitu! Wajar saja dia bersikap seperti itu." Halimah mulai mengerti.
"Kenapa?"
"Dari reaksi para pria yang kau temui di luar sana, mereka merasakan bahwa energi mu belum terhubung sepenuhnya dengan Aria. Artinya Aria belum menandai mu, karena kalian berdua belum menjalani ritual akhir pernikahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasangan Siluman Harimau
Ficción GeneralIntan Nurahmah harus menerima kenyataan pahit. Tidak hanya menjadi target pembunuhan jin pesugihan, dirinya harus menerima menjadi pasangan terpilih siluman harimau, karena melanggar pantangan saat memasuki hutan larangan. Apakah pantangannya dan si...