Setiba di kantor, Intan merasa janggal dengan sikap teman temannya seolah dirinya tidak pernah menghilang saat melakukan pendakian bersama. Meskipun begitu dia tetap menjalani harinya dengan lancar.
Hari berlalu dengan cepat. Malam pun menyapa insan untuk beristirahat dari segala aktivitasnya. Menjelang tengah malam, tepatnya jam 2 dini hari. Intan terbangun dan melaksanakan shalat sunah tahajud di sambung dengan membaca Al-Qur'an.
Saat sedang melantunkan ayat Al-Qur'an, seorang pria berdiri di balik pintu seraya tersenyum manis mendengar Intan mengaji dengan merdu. Tak lama pria tersebut menghilang. Ke esokan harinya ia mendapat kabar dari Anisa, sahabatnya yang meminta pertolongan.
"Tolong aku Intan... Aku takut sekali... Aku tidak tahu bagaimana aku bisa disini?" Ucapnya di telepon dengan nada ketakutan.
"Kamu dimana sekarang?" Sudah mulai cemas
"Kamu tau gak? Rumah tua yang ada di ujung desa? Aku disini sekarang!" Jelasnya dalam kepanikan.
"Baiklah aku kesana sekarang!" Intan segera bergegas menyusul Anisa, menggunakan mobil.
Intan akhirnya tiba di tempat, setelah menempuh perjalanan selama 20 menit. Ia segera turun dari mobil mencari Anisa.
Terlihat rumah kosong bertingkat dua yang sudah lama tak terawat. Halaman rumah penuh dengan tumpukan dedaunan yang berguguran. Begitupun dengan isi rumah tersebut.
"ANISA! ANISA!" Panggil Intan berharap temannya menjawab.
Merasa aneh, Intan mencoba menghubungi sahabatnya itu akan tetapi Anisa meneleponnya lebih dulu.
"Intan, hari ini ada pengajian di masjid Alwi, yang baru selesai di renovasi itu. Kamu gak ada kegiatan kan hari ini?" Ucap Anisa dengan santai tanpa ada rasa takut seperti sebelumnya.
"Kamu... Dimana?" Tanya Intan memastikan dengan penuh keheranan
"Aku baru saja pulang dari supermarket, abis belanja kebutuhan anak santri." Jawabnya seraya memasuki mobil.
"APA! Baiklah!" Menutup teleponnya.
"Ada apa dengannya?" Gumam Anisa keheranan.
Selesai di hubungi Anisa, ia bergegas keluar. Akan tetapi ia dikejutkan dengan seseorang yang membokongnya, memukul Intan hingga pingsan.
Begitu malam tiba, ia tersadar sudah ada di suatu tempat seperti ritual pesugihan. Intan terbangun di atas tempat persembahan di balik pohon besar tak jauh dari rumah tua itu.
Seraya menahan sakit di kepalanya, Intan berusaha pergi dari tempat itu dengan perasan ngeri. Sesekali ia menutup hidungnya akibat mencium bau busuk. Dengan setengah berlari ia berusaha menemukan pintu keluar.
"Laura?" Langkahnya terhenti begitu melihat sosok temannya di ujung lorong.
"INTAAAAN!" Dengan berlinangan air mata, Laura berteriak kearah Intan.
Seketika tubuh Intan terpental menghantam tembok di ujung lorong. Tak hanya itu Intan di seret dengan cepat oleh kekuatan ghaib ke lantai bawah. Setelah berhenti, Intan berusaha bangun dengan bersimbah darah di kepala dan juga tangannya.
Sementara Laura sendiri sudah menghilang tanpa jejak sesaat Intan terpental jauh. Dengan nafas yang terasa sesak, Intan berusaha meraih pintu keluar. Dan lagi lagi Intan terpental dan kali ini menghantam lukisan di ruang tengah.
Sesekali Intan memuntahkan darah disertai berlinangan air mata yang tak berhenti. Tubuhnya sudah tak bertenaga lagi. Batinnya menjerit berharap ada pertolongan datang.
Suara aneh pun terdengar saat Intan bangun dengan sempoyongan. Rasa takut yang menghujam perasaannya, mencoba memberanikan diri untuk melihat ke arah suara aneh yang ada di balik kamar yang terbuka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pasangan Siluman Harimau
Ficción GeneralIntan Nurahmah harus menerima kenyataan pahit. Tidak hanya menjadi target pembunuhan jin pesugihan, dirinya harus menerima menjadi pasangan terpilih siluman harimau, karena melanggar pantangan saat memasuki hutan larangan. Apakah pantangannya dan si...