Chapter 2 : Insting Binatang

2.2K 138 5
                                    

Waktu menunjukan pukul sebelas malam. Intan masih berendam dan tak lupa sesekali ia menenggelamkan tubuhnya sampai benar benar tak terlihat. Menikmati alunan malam sambil menatap bulan purnama penuh. Ia tak tahu bahaya yang mengintainya. Seperti yang dikatakan sebelumnya. Hari ini adalah hari dimana siluman harimau penjaga mecari pasangan untuk di kawinnya sebelum resmi di per istri.

Bukan karena keinginan semata, itu sudah menjadi bagian dari sisi gelapnya bertepatan dengan bulan purnama penuh, memancing insting binatangnya keluar tak terkendali walaupun dia terlahir sebagai bangsawan kerajaan. Hal ini di alami Aria yang sekarang bergelut agar kesadarannya tetap terjaga karena tak ingin melukai Intan.

Disaat bersamaan, Intan selesai mandi dan bersiap untuk istirahat di pondok. Begitu dia keluar kolam, angin sejuk menyapanya menerbangkan aroma tubuh Intan, membuat Aria kewalahan dan akhirnya berubah menjadi harimau yang siap menerkam.

"Aakhh!" Jerit Aria terdengar oleh Intan.

"Apa yang terjadi?" Menoleh cemas kearah Aria.

Matanya membulat, menyaksikan seekor harimau besar yang tengah menunjukan taringnya. Jantungnya berdebar kencang dan spontan Intan lari ketakutan kearah hutan. Mengetahui hal itu siluman harimau itu mengejarnya.

Berkali kali Intan terjatuh karena kain yang melilit tubuhnya terlalu ketat. Meski demikian Intan tak perduli ia terus berlari. Batinnya terus menjerit ingin pulang ke rumahnya dengan segera. Air mata ketakutan terus membasahi tatkala harimau itu berhasil memojokannya.

Intan tersungkur dan mencoba mundur seraya mencoba mengusir harimau itu dengan ranting dan batu seadanya.

"PERGI SANA! PERGI!!" Pekik Intan sambil melempar batu. Harimau itu tak mengindahkan peringatan Intan dan terus menghampirinya.

Nafas penuh sesak serta air mata yang mengalir, Intan berusaha bangun dan mencoba lari. Akan tetapi, auman harimau membuatnya terkejut dan terjatuh. Kepalanya menghantam batang pohon lalu pingsan.

Keesokan harinya Intan terbangun dan menyadari dirinya sudah berada di pondok. Tak hanya itu, kain yang melilit tubuhnya pun sudah diganti dengan yang baru.

"Kau sudah bangun?" Tanya Aria sambil membawa nampan berisi makanan.

"Kau yang mengganti kainnya?" Intan merasa cemas.

"Tentu! Kau jangan khawatir. aku tidak menyentuhmu. Makanlah ini! Sejak kemarin kau belum makan apapun." Meletakan nya di hadapan Intan.

"Kau tahu soal harimau semalam? Entah kenapa aku merasa harimau itu adalah dirimu."

Mendengar penuturan Intan membuatnya terkejut dan hanya diam. Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya.

"Aku juga melihat. Syal milikku masih melilit kaki depannya, persis seperti yang kau kenakan sekarang." Aria tak merespon dan hanya memegangi tangan kirinya yang terbalut syal milik Intan.

"Ka... Kalau benar. Kenapa kau menyerang ku semalam." Tubuhnya menggigil membayangkan kejadian semalam.

"Akan ku kembalikan setelah tangan ku pulih. Terimakasih atas pertolongan mu waktu itu." Masih memunggungi Intan.

"Jadi benar harimau itu dirimu!" Gemetar tubuhnya dan mulai menangis. "Aku ingin pulang...." Terisak seraya mengusap air matanya.

"Aku akan mengantarmu, setelah kamu sem...."

"Aku baik baik saja!" Intan memotong ucapan Aria. "Aku ingin pulang secepatnya."

"Baiklah! Habiskan makananmu setelah bersiaplah." Beranjak pergi.

Intan hanya mengangguk tanda setuju seraya mengusap matanya.

Setelah melalui serangkaian persiapan, Intan dengan semangat untuk kembali pulang. Aria seperti biasa berjalan di depan Intan. Sepanjang hari keduanya berjalan menyusuri hutan dan tiba di hamparan padang rumput hijau nan luas.
Setelah menemukan persinggahan, mereka istirahat sejenak.

Intan yang kehausan mencoba minum persediaan air yang di bawanya, namun ternyata sudah habis. Mengetahui hal itu Aria tak tinggal diam.

"Aku cari air dulu!" Ucapnya mengejutkan Intan.

"Baiklah! Aku tunggu disini." Menyerahkan botol minum padanya.

Aria pun pergi dengan cepat mencari sumber air. Sementara Intan menunggu dengan sabar meski waktu berlalu cukup lama. Tak lama Aria muncul mengejutkan Intan.

"Loh kok gak bawa airnya? Bukannya kamu tadi cari air ya? Aku ke hausan tau!" Intan mencoba mengejar Aria yang meninggalkan Intan.

"HEI TUNGGU! KAU BELUM MENJAWAB PERTANYAAN KU!" Teriaknya sambil berlari.

Aria tak menggubrisnya, ia terus berjalan dengan cepat seakan menuntun Intan ke suatu tempat. Begitu tiba di ujung pandang rumput, Aria berhenti dan berbalik kearah Intan. Ia menyeringai Dangan tatapan liar, mencoba melukai Intan.

Sesaat Intan tersadar bahwa yang di ikutinya bukalah Aria yang sebenarnya. Terbukti bahwa Aria yang sekarang tidak memiliki luka di tangan kirinya.

"SIAPA KAMU!" Teriaknya lalu mundur.

Makhluk itu berubah menjadi sosok jin yang sangat mengerikan. Tubuhnya berwarna hitam dipenuhi duri, serta bertaring dan cakarnya yang sangat tajam. Matanya merah menyala siap membunuh Intan.

Intan berusaha kabur, akan tetapi makhluk itu melompat menghadang Intan. Tak menyerah dengan keadaan, Intan berusaha kabur tetapi tetap saja makhluk itu berhasil menghadangnya dengan cepat.

Berkali kali ia tersungkur mencoba mengindari serangan jin tersebut. Berkali kali ia terkena cakarnya, menggoreskan luka di tangan dan wajahnya.

Sesaat setelah terpojok, jin itu bersiap membunuhnya, akan tetapi seekor harimau putih besar menghalau serangan terakhir jin tersebut. Harimau itu menunjukan taringnya bersiap menyerang balik.

Pertarungan keduanya tak terhindarkan. Sesekali harimau itu terpukul mundur akibat pukulan jin hitam. Namun dengan sigap harimau itu terus menerkam, serta mencakar dan mengigit jin itu sekuat tenaga hingga mengakibatkan tangan jin tersebut putus. Begitu akan akan menerkam kembali jin itupun mundur.

Intan yang menyaksikan pertarungan tersebut menjadi ketakutan. Tetapi begitu harimau itu menghampirinya, ia menjadi tenang. Tatapannya tertuju pada kaki kiri depannya yang masih terbalut syal miliknya.

"Kau kah itu?" Mencoba menyentuh kepala harimau.

Harimau itu mengajak Intan kembali ketempat peristirahatan semula. Di sana terlihat air yang cukup banyak disertai makanan tambahan.

Harimau itu sedikit mengigit bajunya agar Intan duduk di atas batu. Intan tak keberatan dan membiarkan harimau itu menjilati lukanya baik di tangan dan wajahnya. Sesekali Intan meringis menahan perih.

"Kenapa kau tidak kembali ke wujud manusia? Apa butuh waktu lama?" Tanyanya yang mulai tenang.

"Tidak. Aku bisa kapan saja berubah ke wujud manusia. Hanya saja untuk saat ini tidak." Ucap Aria.

"Dalam bentuk seperti ini kau bisa bicara?"

"Tentu saja! Aku akan tetap siaga dengan wujud harimau sampai kau tiba di rumah mu."

Intan meraih air di sebuah guci dan menuangkannya ke dalam mangkuk.

"Minumlah!" Menyodorkannya ke Aria.

"Kau saja!"

"Mmm...." Menggelengkan kepala. "Kau pasti lelah setelah bertarung tadi. Tidak apa apa... Aku letakan di sini yaa...." Meletakan mangkuk di atas batu kecil.

"Aku juga akan minum!" Menggenggam botol minum seraya tersenyum.

Tak lama keduanya pun larut dalam obrolan ringan seraya menyantap makanan. Menjelang sore, keduanya melanjutkan perjalanan. Entah sampai kapan akan berakhir. Di tengah jalan Intan kelelahan dan tertidur. Disitulah Aria kembali ke wujud manusia menggendong Intan dan kemudian menghilang.

Pasangan Siluman HarimauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang