Chapter 1 : Alambumi

2.3K 146 6
                                    

Intan tergeletak tak berdaya di bawah jurang yang sebenarnya adalah batas Alambumi dan manusia. Tubuhnya penuh luka luka yang cukup parah akibat terbentur sesuatu. Sepanjang hari, ia tak sadarkan diri hingga menjelang petang, tidak ada seorangpun yang mencari keberadaanya. Alasannya pun cukup mencengangkan. Rupanya ada jin yang menyamar jadi Intan pulang bersama yang lainnya dan tidak ada satu pun yang sadar kecuali hanya satu orang saja.

Langkah kaki seekor harimau putih nan besar menghampiri Intan yang hampir mati. Berkali kali harimau itu mengendus di setiap bagian tubuhnya yang jenjang. Sesekali ia menjilat luka di wajah dan juga tangannya. Tak berselang lama, wujudnya berubah menjadi sosok manusia. Ia menggendong intan menuju Alambumi untuk segera di obati.

Bayangannya perlahan menghilang ditelan kabut petang yang mencekam. Setelah melewati perbatasan, kabut tebal perlahan sirna bersamaan dengan kehadiran seorang lelaki muda bertelanjang dada yang tengah menggendong Intan. Ia berjalan menyusuri jalan setapak dengan wajah tanpa ekspresi. Sesekali ia melihat keadaan Intan dalam perjalanannya.

Begitu tiba di suatu bangunan rumah adat, ia berjumpa kepala desa yang tengah memberi arahan pada para pemuda yang bersiap berburu malam ini. Kelapa desa menghentikan pembicaraan begitu pemuda itu sampai di teras pertemuan.

"Raden Aria!" Kepala desa memanggilnya.

"Siapa yang di bawa Raden Aria?" Bisik salah satu pemuda.

"Gadis ini terluka parah. Aku ingin satu rumah kecil untuk merawatnya." Pinta Aria.

"Kenapa tidak di bawa ke istana saja Raden? Bukankah di sana dia bisa di rawat dengan baik." Saran dari pemuda lainnya.

"Itu tidak mungkin. Itu sangat jauh dan memakan waktu. Dan tentu akan jadi masalah bila membawanya ke sana." Melangkah masuk kedalam rumah, di ikuti kepala desa.

"Baiklah! Untuk sementara dia dirawat dulu disini. Biar istri saya yang merawatnya sampai siuman. Setelah itu kami siapkan rumah kecil untuknya sampai benar benar pulih." Jelas kepala desa sambil menunduk hormat.

"Terimakasih!" Aria tersenyum lalu meletakan tubuh Intan di atas tikar. "Kau lanjutkan saja pertemuannya, mereka masih menunggu instruksi mu." Ujarnya

"Ah! Baiklah Raden!" Kepala desa itu memberi hormat dan mencoba menghubungi istrinya melalui benaknya dalam perjalanan keluar rumah.

"Kepala desa... Siapa gadis itu? Apakah dia calon pasangan beliau? Mengingat ini adalah harinya." Tanya seorang pemuda.

"Sepertinya bukan. Kalo benar adanya, beliau pasti membawanya ke istana, iya kan Bu?" Ucap kepala desa dan bertanya pada istrinya yang baru saja tiba.

"Itu belum pasti. Dimana gadis itu?" Balik bertanya

"Dia ada di dalam bersama Raden Aria." Jawabnya dengan suara pelan.

Didalam rumah Aria terus memandangi Intan secara seksama dari ujung kepala hingga kaki seakan mencoba mengagumi keindahan tubuhnya.

"Raden Aria!" Ucap Istri kepala desa seraya menunduk.

"Cepat obati dia? Pastikan dia siuman secepatnya, aku tidak ingin pihak istana mengetahui hal ini."

"Ehh... Bukankah dia wanita pilihan Raden untuk dijadikan istri?" Sedikit terkejut.

"Tidak! Aku tidak ingin mendapatkannya dengan cara seperti ini." Ucapnya seraya menatap Intan.

"Ooh... Baiklah serahkan pada saya. Raden istirahat saja." Segera menghampiri Intan.

"Baiklah!" Beranjak pergi keluar rumah.

"Pyuh... Dia dingin sekali" gumamnya dan mulai mengobati Intan.

Dalam istirahatnya Raden Aria tersadar dengan munculnya asap hitam pekat mencoba masuk ke rumah tersebut. Sekejap Aria menyerang asap hitam itu dengan kekuatannya lalu menghilang.
Ia mengerutkan kedua alisnya mencoba mencari arti dari kejadian barusan.

"Raden!" Panggil istri kepala desa. "Gadis itu sudah siuman."

Aria hanya melirik lalu masuk kedalam rumah, tapi tidak menemui Intan secara langsung.

"Ini... Dimana?" Ucap Intan perlahan membuka matanya.

"Lukamu sekarang sudah membaik. Untunglah tidak ada yang patah tulang. Hanya luka di kepala saja yang cukup serius, tapi jangan khawatir, sekarang kondisimu sudah lebih baik dari sebelumnya." Jelasnya seraya menumbuk obat.

Dalam lamunannya Intan terus memperhatikan sekeliling rumah yang begitu asing. Tanpa sengaja ia melihat Aria berdiri terpaku dekat pintu.

"Siapa... Dia?" Lirihnya bertanya.

"Beliau yang menolong mu." Ikut menatap Aria.

Aria dengan segera menghampiri Intan lalu berlutut. Ia tak langsung bicara dan mencoba membantu Intan untuk duduk. Entah apa yang terjadi setelah berinteraksi Aria menjadi cemas seakan menahan sesuatu kemudian ia berdiri menghadap pintu.

"Jika sudah membaik. Ikutlah denganku!" Pintanya segera.

Intan tak menjawab pertanyaannya. Ia memperhatikan pemuda itu dan seketika terkejut melihat syal miliknya melilit tangan kiri Aria.

"Kenapa syal ku ada padamu? Bukankah waktu itu aku memberikannya harimau besar karena dia terluka!"

Mendengar penjelasannya, Aria hanya diam begitu juga dengan istri kepala desa.

"Sebaiknya kau ikut saja beliau. Jangan bertanya kenapa? Jika kamu ingin pulang dengan segera." Perintah istri kepala desa.

Intan hanya mengangguk dan perlahan berdiri. Tubuhnya sempoyongan menahan sakit di kepala.

"Duduklah dulu dan Minum obatnya. Mudah mudahan rasa sakitnya akan segera hilang." Menyodorkan semangkuk kecil ramuan tradisional.

"Terimakasih." Tanpa basa basi Intan meminumnya.

"Nah... Cepatlah sebelum menjelang tengah malam."

Sekali lagi Intan hanya mengangguk lalu mengikuti langkah Aria dari belakang.
Dalam perjalanan yang belum pasti kemana, Intan tak berani menanyakan tujuan Aria membawanya. Keduanya membisu sampai tiba di sungai yang cukup besar beserta air terjun di ujung kanan. Tak hanya itu di seberang sungai terdapat pondok kecil disertai telaga kecil di samping pondok tersebut. Ia juga melihat petilasan tepat di samping air terjun untuk bermeditasi.

"Beristirahatlah di pondok. Dan satu lagi, kau bersihkan tubuh mu dengan berendam di telaga itu untuk memulihkan dirimu." Jelas Aria berlalu menuju petilasan nya.

"Ta... Tapi...."

"Kau jangan khawatir! 4 tiang di setiap sisi, terdapat tirai nya. Kau sudah mengerti sampai sini kan?" Menoleh kearah kolam.

"Baiklah! Terimakasih banyak." Berlalu pergi menuju pondok.

Begitu sampai Intan segera melepas kerudung lusuhnya yang sudah terlepas. Sesaat dia berpikir bagaimana caranya berendam. Tidak mungkin berendam tanpa busana. Sampai akhirnya ia menemukan kain panjang bercorak untuk menutupi tubuhnya.

Sekilas Aria meliriknya. Pesona Intan membuatnya semakin tertarik untuk memilikinya. Kain panjang yang melilit tubuhnya memperlihatkan bentuk tubuh yang jenjang serta tonjolan dadanya yang besar nan menggoda. Ia membiarkan rambut panjangnya terurai. Perlahan Intan turun seraya membentangkan tirai. Sebelum benar benar tertutup, Intan menatap Aria lalu masuk untuk berendam.

Pasangan Siluman HarimauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang