Vote & comment, please!🙏
•
•
•
•
•
***
Fajar mulai menyingsing ketika sebuah audi R8 berwarna hitam berhenti di depan bangunan minimarket yang beroprasi 24 jam.
Pemuda di balik kemudi menoleh ke sampingnya menatap pemuda lain yang sejak memasuki mobilnya tidak mengatakan sepatah katapun selain menyebutkan dimana ia harus turun. Pemuda itu Na Jaemin, sosok manis yang selalu ceria namun kali ini tidak ada lagi binar keceriaan di wajahna. Sepanjang perjalanan ia hanya menatap melalui jendela samping dengan mata sembabnya.
Jaemin membuka sabuk pengaman yang melingkari tubuhnya, membuka pintu mobil kemudian keluar begitu saja tanpa salam perpisahan ataupun ucapan terima kasih, ia bahkan tidak menoleh sedikitpun pada pemuda yang telah mengantarnya.
Lee Jeno. Dari kursinya ia memandang Jaemin yang berjalan menjauh dengan langkah tertatih, ia memperhatikan pemuda itu sampai menghilang ditelan kegelapan gang sempit di samping minimarket yang kemungkinan mengarah ke kediamannya. Setelah itu Jeno kembali menyalakan mesin mobilnya dan pergi meninggalkan halaman minimarket. Pikirannya tidak tenang, sepanjang perjalanan pulang ia terus bertanya-tanya apa Jaemin akan baik-baik saja setelah ini. Jeno berusaha tidak peduli seperti temannya yang lain, tapi ia tidak bisa. Ia bahkan tak tega meninggalkan Jaemin terkapar sendirian di kamar sewa bar dan mau repot-repot mengantarkan pemuda itu pulang padahal tempat tinggal mereka tidak searah juga jaraknya cukup jauh.
Di tempat lain, Jaemin tengah terduduk menyandarkan tubuhnya ke dinding kamar mandi masih dengan pakaian lengkap yang telah basah oleh air shower yang mengalir di atasnya.
"Maafkan aku Eomma" lirihnya pedih. Ia kembali menangis.
Bayangan ketika orang-orang itu menyentuh tubuhnya masih begitu melekat dalam ingatan Jaemin karna kejadiannya baru beberapa jam yang lalu. Ia menyesal telah datang ke tempat itu. Seandainya saja Jaemin tidak menuruti bujuk rayu teman sefakultasnya yang ternyata fake, pasti ia takkan mengalami hal itu, pasti ia masih bisa mempertahankan kesuciannya yang belum terjamah sama sekali.
"Maaf Eomma... hiks.. Maaf Appa... Maafkan Jaemin..."
Jaemin berharap kedua orangtuanya tidak melihat kejadian itu dari atas sana. Mereka pasti akan merasa sedih atau mungkin merasa jijik. Jaemin tidak mau mereka membencinya.
Setelah lama berdiam diri di bawah guyuran shower, pemuda Na bangkit dan melucuti pakaiannya dengan perlahan. Holenya begitu perih dan ngilu, seluruh bagian tubuhnya merasakan sakit yang berbeda-beda tapi satu yang tersakit yaitu hatinya. Jaemin bersumpah ia tidak akan pernah lagi datang ke tempat seperti itu dengan alasan apapun, tempat hiburan malam benar-benar meninggalkan trauma mendalam pada jiwanya.
Kemarin siang seorang teman satu fakultas mendekati Jaemin lalu mengundang pemuda itu untuk datang ke acara ulang tahunnya. Jaemin senpat menolak, lagipula ia tak begitu akrab dengan orang yang mengundangnya itu apalagi temannya yang lain tidak ada yang di undang. Tapi orang itu terus memaksa dan berdalih ia akan sangat senang jika mahasiswa paling berprestasi seangkatan mau menghadiri ulang tahunnya.
Dengan ragu akhirnya pada malam harinya Jaemin mau datang ke tempat acara yang di langsungkan di sebuah bar. Memang benar di sana ada acara ulang tahun, tapi orang yang berulang tahun sejaligus yang mengundangnya tidak menyambutnya sama sekali. Jaemin hampir berbalik pulang ketika seseorang menarik lengannya. Ia mengenal orang itu, seorang senior dari teknik mesin sedangkan Jaemin sendiri berada di teknik arsitektur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanggung Jawab [Nomin] ✔
FanfictionBook-03 (completed) - Jaemin tidak tahu siapa ayah dari janin yang dikandungnya. - ##### Walaupun udah tamat, jangan lupa kasih bintang sama komen ya! Makasih sebelumnya! ⚠⚠⚠ BXB AREA, MPREG Homopobic dimohon menjauh sejauh jauhnya! Jangan salah la...