PLAK...
Setelah mendapat satu bogem mentah di rahang kirinya dari sang papa, kini Jeno mendapat tamparan keras di tempat yang sama dari sang Mama sampai sudut bibirnya berdarah.
Jeno menutup matanya kemudian mengelengkan kepalanya keras keras untuk menjernihkan kembali pandangannya yang sempat berkunang. Selain itu wajah bagian kirinya juga begitu sakit. Jeno hanya diam, ia pantas mendapatkan ini.
"Mama tidak menyangka kau bisa melakukan itu. Kau jahat, Jeno!"
"Aku tahu, Ma. Maaf." ucap Jeno menunduk. Donghae duduk tenang di sofa mengawasi istrinya yang tengah menomeli Jeno sambil berdiri berkacak pinggang.
Kini mereka ada di mansion keluarga Lee. Tiffany menyuruh salah satu bodyguard untuk mengawasi Jaemin sementara.
Sebelumnya Jeno pergi ke kampus menemui Lucas, hanya pemuda tinggi itu yang akan menjawab benar meski kerap bersikap konyol, jika diminta serius maka Lucas benar-benar bisa serius. Sahabatnya itu menceritakan semua yang ia tahu pada Jeno, mulai dari Jaemin yang mendatanginya dan memberi tahu kehamilannya kemudian masalah keributan di fakultas bisnis yang disebabkan oleh Mark sampai hampir semua orang kampus tahu keadaan Jaemin dan mencibirnya.
Jeno pulang ke rumah dengan perasaan kalut. Rasa bersalah dan penyesalan menjadi yang paling mendominasi. Ia kemudian menelpon orangtuanya untuk segera pulang dan akan menjelaskan semuanya di rumah agar lebih leluasa.
Setelah menceritakan semuanya, mulai dari penolakan Jaemin yang membuat Mark dendam, kejadian malam di bar, sampai kemungkinan yang membuat Jaemin depresi. Jeno mendapat tinju di rahangnya dan dua kata dari Donhae yang ia benarkan.
"Kau brengsek!"
Ya. Jeno sadar ia brengsek. Pemuda Lee itu tidak tahu Jaemin dipermalukam oleh Mark di depan umum karna ia pergi ke Jeju bersama sang Papa tepat satu hari sebelum kejadian. Sudah tiga bulan ini Jeno mengambil kuliah online karna harus membantu Donghae mengembangkan hotel barunya yang berada di Jeju. Seandainya saat kejadian ia ada di sana, Jeno takkan setega itu membiarkan Jaemin di permalukan oleh Mark sampai beritanya viral seantero kampus.
"Kau harus bertanggung jawab!" ujar Donghae setelah terdiam lama membiarkan Jeno diomeli sang istri.
Jeno menoleh memandang Donghae. "Aku mau saja, Pa. Tapi kalian juga harus tahu bahwa yang Jaemin kandung bukan anakku. Aku bisa menerima hal itu, apa kalian bisa juga?"
"Kenapa kau bisa seyakin itu bahwa yang dia kandung bukan anakmu? Apa ini hanya alibimu untuk lari dari tanggung jawab?"
Jeno mendesah tak terima dengan tuduhan sang Papa.
"Aku bilang aku siap bertanggung jawab bahkan menikahi Jaemin juga aku siap! Aku yakin itu bukan anakku karna saat itu aku memakai pengaman dan hanya memasukinya sekali, tidak seperti ketiga temanku yang tolol itu. Bermain sampai hampir pagi tanpa pengaman dan menumpahkan cairan mereka seenaknya di dalam Jaemin." pemuda Lee menjelaskan secara gamblang tanpa rasa malu sama sekali.
Apa orangtuanya percaya?
Tentu saja. Mereka tahu kapan anaknya berbohong dan kapan anaknya berkata jujur.
"Baiklah Papa mengerti."
"Jadi?" Jeno memandang Papa dan Mamanya bergantian, ia menunggu keputusan mereka perihal Jaemin.
Tiffany berjalan menghampiri Donghae kemudian duduk di sampingnya. Wanita itu sudah memutuskan, ia menatap sang suami penuh harap.
***
Sore harinya, Tiffany kembali ke rumah sakit membawa temannya yang seorang psikiater, Im Yoona. Mereka berdua masuk ruang rawat tanpa mengetuk dan mendapati Jaemin yang tengah menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanggung Jawab [Nomin] ✔
ФанфикBook-03 (completed) - Jaemin tidak tahu siapa ayah dari janin yang dikandungnya. - ##### Walaupun udah tamat, jangan lupa kasih bintang sama komen ya! Makasih sebelumnya! ⚠⚠⚠ BXB AREA, MPREG Homopobic dimohon menjauh sejauh jauhnya! Jangan salah la...