Chapter 8: Perfect 10

736 107 22
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


2014.

Cuaca Jakarta jam setengah empat sore itu terik menyengat, Banyak orang berlalu-lalang menggunakan topi untuk menghindari sinar matahari yang panas. Parkir Timur Senayan yang menjadi lokasi penyelenggaraan festival musik, seni, fashion dan makanan itu terlihat ramai dan penuh orang dibandingkan kemarin sore. Alunan musik terdengar dari sebuah panggung musik yang sudah ramai oleh riuh rendah suara manusia.

Seorang perempuan berjalan gontai menyusuri area luar dekat gate masuk area musik, menimbang-nimbang haruskah dia pulang. Pesan singkat dari kekasihnya membuat dia kehilangan semangat untuk melanjutkan acaranya hari ini.



Jonathan
Babe, im sorry
Something important coming up. Dad just called and I need to go.
I cant go :( im sorry! I will make it up to you later, i promise.


Persetan dengan bisnis keluarga. Jonathan bukan manusia paling sibuk disini. Dia menghabiskan waktu luangnya sepanjang minggu untuk menemani ibunya mengurus Adelaide, termasuk ikut terlibat dalam keputusan bisnis yang diambil oleh ibunya.

Karisya tau dia bukan perempuan yang bisa hidup sesukanya. Dia tidak seperti lautan manusia disini, yang terbebas dari beban dan ekspetasi keluarga. Mungkin ada, tapi Karisya meragukan kalau keluarga mereka sangat menuntut seperti keluarganya.

Terlebih dia adalah satu-satunya anggota keluarga yang tidak kuliah di luar negeri, menolak mengikuti jejak Anastasya dan Pramudya yang jauh meninggalkan Papa dan Mama untuk pendidikan mereka. Karisya bertahan, tapi bukan untuk Papa ataupun Salim Group—sesuatu yang selalu diharapkan Papa—melainkan untuk Mama.


Duk.


Karisya terhentak dari lamunnya. Fokusnya kembali ke realita dan menemukan seorang pria jangkung berdiri di depannya, tampak kaget luar biasa. Sesaat kemudian ekspresinya berubah menjadi cemas dan terlihat bersalah.

"Eh, sorry gue nggak lihat. Gue jalan buru-buru tadi, sambil lihatin kamera—" suaranya menghilang kala dia berjongkok mengambil tiket dan handphone Karisya yang terjatuh ke tanah.

Karisya ikut berjongkok, meraih sebuah tiket VIP yang terjatuh tidak jauh dari tiketnya. Mereka bertatapan sejenak, memandangi kedua tiket mereka yang sama-sama berjenis VIP dan kemudian tertawa bersama.

"Untung tiketnya sama ya," katanya.

Karisya mengangguk. Pria itu menyodorkan handphonenya yang terjatuh, "Maaf banget. Masih nyala sih, tapi dicek dulu deh ada yang rusak nggak?"

Mereka bangkit berdiri saat Karisya menerima handphonenya.

"Gapapa sih, udah biasa jatoh. Kalo rusak yaudah takdirnya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You Had Me At Hello | wonwoo x joyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang