"Bi... aku kangen kamu."
Hanabi mengurungkan dirinya untuk duduk di kursi kerjanya. Ia mematung tatkala kalimat sakti itu terlontar dari bibir Diandra.
Tanpa menatap Diandra sedikitpun, Hanabi berujar pelan, "Ada banyak hal yang pengen gue omongin sama lo, Dee. Tapi lebih baik sekarang lo istirahat. Udah malem."
Dan setelah itu, Hanabi mencoba kembali fokus pada pekerjaannya. Ia seakan tak menggubris kehadiran Diandra di kamarnya malam ini yang sungguh seperti mimpi baginya.
Pun begitu dengan Diandra. Ia yang telah selesai membersihkan diri dan mengganti pakaiannya kini hanya diam terduduk di atas tempat tidur Hanabi. Sesekali Ia mencuri pandang ke arah Hanabi yang tampaknya sangat fokus dengan pekerjaannya saat itu.
"Bi..."
Diandra memanggil Hanabi dengan pelan, nyaris lirih. Namun dengan keheningan malam itu, Hanabi masih dapat mendengar panggilan Diandra dengan jelas. Ia menghentikan gerakan jarinya di atas keyboard. Bagaimana pun juga, Hanabi merasa tak akan bisa fokus menyelesaikan pekerjaannya hari ini dengan keberadaan Diandra di kamarnya. Lantas saat itu juga Hanabi bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah Diandra. Ia duduk tepat disamping gadis itu walau dengan jarak yang cukup berjauhan.
"Maafin aku.."
Diandra cukup kaget mendengar kata maaf itu diucapkan oleh Hanabi.
"Tujuh tahun lalu aku hanyalah remaja yang menggunakan emosi disetiap hal yang aku lakuin. Termasuk dengan kamu. Aku saat itu terlalu larut dengan afeksi yang kamu berikan ke aku, sehingga balasan yang aku kasih ke kamu justru membuat kamu salah paham. Aku minta maaf karena dulu sudah menumbuhkan harapan yang gak seharusnya ada di antara aku dan kamu."
Diandra rasanya tertohok begitu dalam mendengar kata demi kata yang Hanabi keluarkan.
"Dari dulu, hingga sekarang, kamu dimataku hanya seorang teman dekat, nggak lebih, Dee. Aku harap kita tetap bisa jadi teman tanpa kamu harus ngerasain apapun. Dan kalau kamu nanya gimana perasaanku saat ngelihat kamu setelah tujuh tahun kita nggak pernah bertukar kabar, ya, aku kangen kamu juga."
"Aku kangen teman lamaku saat di sekolah dulu."
Sejujurnya bukan ini hal yang Diandra inginkan untuk Hanabi utarakan kepadanya. Ada banyak ekspektasi tinggi yang Ia bayangkan sebelumnya dan saat ini, ekspektasi itu justru menghantarkannya ke dasar bumi paling dalam karena kekecewaannya. Namun bagaimanapun juga, Ia tidak bisa memaksakan kehendak untuk selalu mengikuti maunya. Maka dengan menarik nafas yang dalam dan menghembuskannya dengan berat, Diandra tersenyum kecil menanggapi ucapan Hanabi.
"Maafin aku juga, kamu pasti tertekan sama perasaan aku dulu. Tapi tenang aja, Diandra yang kamu lihat sekarang udah bukan Diandra yang dulu kok. And ya, aku juga kangen adik kelasku saat sekolah dulu."
Tentu saja Diandra berbohong. Ia jelas merindukan Hanabi lebih dari sekedar perasaan rindu dengan adik tingkatnya. Ia merindukan segala hal tentang Hanabi dan ini semakin membuat Diandra merasa sesak.
"Glad to see you again, Bi. Maaf ya aku ngerepotin."
"Kamu ngga ngerepotin."
"Aku tidur duluan ya, good night.."
"Okay."
Hanabi berjalan menuju saklar lampu dan mematikannya. Walau sudah lama tidak saling bertukar kabar, Hanabi masih ingat kebiasaan Diandra sebelum tidur, yakni mematikan lampu dan menyalakan lilin aromaterapi. Hanya saja karena Hanabi memang tidak memiliki lilin aromaterapi, Ia cukup mematikan lampu kamarnya saja.
Saat ruangan telah gelap dan hanya ada sedikit pantulan cahaya dari monitor komputernya, Hanabi kembali membuka obrolan.
"Kamu masih gabisa tidur kalau lampu dinyalain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Summer [WONB - Sowon Sinb]
Fiksi Penggemar"Sebenernya hubungan kita ini apa, sih?" "Temen, kan?" Sejak kali pertama aku melihat tawamu yang menggema dipenjuru ruangan, aku meyakini kau telah berhasil memikat hatiku. Bahkan hingga kini ketika kita kembali dipertemukan lagi, oleh takdir mungk...