Sherin terlihat gusar memandangi layar ponselnya karena sejak pagi tadi Zefanya benar-benar tak bisa dihubungi. Bahkan saat dirinya terbangun pada pukul enam pagi, keberadaan Zefanya sudah tak terlihat di kamarnya ataupun di sekitaran crossroads sharehouse.
"Zeee please, kamu kemana, sih?"
Wajah Sherin terlihat panik dan cemas karena keberadaan Zefanya yang Ia tak tahu kemana. Sejak pertengkarannya dengan Zefanya, Sherin menghindari Zefanya dan tidak berbicara sepatah katapun kepadanya. Sejujurnya Ia butuh waktu atas tekanan Zefanya yang menginginkan kejelasan dari hubungan mereka. Tapi Sherin terlalu menggunakan emosinya secara berlebih dan justru lari dari masalahnya. Saat sudah seperti ini, yang bisa Ia lakukan hanya menyalahkan dirinya sendiri dan berharap agar Zefanya masih mau memberinya kesempatan.
Sherin sudah menyusuri tiap titik di kota ini bahkan Ia sudah bertanya keberadaan Zefanya kepada teman-teman kampus Zefanya yang sedikit banyak Ia ketahui akun sosial medianya. Namun nihil, tak ada satu pun yang mengetahui keberadaan Zefanya. Maka hal terakhir dan Sherin berharap ini berhasil adalah Ia menuju kediaman orang tua Zefa berharap agar Zefa ada disana.
Dalam perjalanan menuju kediaman orang tua Zefanya, Sherin tak henti-hentinya menghubungi Zefa melalui sambungan telepon dan pesan singkat namun tak ada balasan dari Zefa sama sekali. Walau jarak yang ditempuh hanya memakan waktu kurang lebih dua jam, entah mengapa bagi Sherin ini rasanya sudah begitu lama. Ia masih terus memandangi layar ponselnya, memperhatikan lockscreennya yang berisikan foto Zefa ketika mereka menghabiskan pergantian tahun di luar kota. Sherin akui selama berpacaran dengan Zefanya Ia menang terlalu egois dan mementingkan karirnya lebih dari apapun. Jika Ia pikir kembali, baru kali itu Ia dan Zefanya menghabiskan waktu berdua selain di crossroads sharehouse walau hanya staycation di sebuah villa.
"Maafin gue, Ze... gue emang brengsek banget."
Sudah bukan hal yang baru jika Ia dan Zefanya bertengkar dan diakhiri dengan Sherin yang meminta break untuk sesaat. Selalu Zefanya yang berusaha memulai agar hubungan mereka kembali membaik. Namun kali ini, sepertinya kesabaran Zefanya sudah diambang batas.
Sherin mengusap wajahnya yang semakin terlihat gusar. Tak hanya takut dengan kenyataan bahwa Zefanya akan meninggalkannya, Sherin juga merutuki dirinya yang telah bersikap begitu brengsek dan selalu menyia-nyiakan Zefanya yang berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka. Jika ditanya bagaimana perasaan Sherin kepada Zefanya, jelas bahwa Ia sangat menyayangi gadis itu, hanya saja tuntutan pekerjaan terkadang membuat Sherin selalu kesulitan menahan emosinya.
Dua jam perjalanan darat yang ditempuh Sherin dengan bis itu telah tiba di terminal umum. Ia masih harus menempuh perjalanan lagi kurang lebih 15 menit dengan menggunakan bis umum untuk tiba di dekat rumah Zefanya. Sherin memang sengaja untuk tidak menggunakan mobil pribadinya yang disediakan oleh agensinya. Selain Ia malas untuk berurusan panjang dengan DK, Ia juga tak mau memasukkan masalah pribadinya dengan pekerjaan walau selama ini masalah yang menyandungnya selalu mengenai hal pribadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Summer [WONB - Sowon Sinb]
Fiksi Penggemar"Sebenernya hubungan kita ini apa, sih?" "Temen, kan?" Sejak kali pertama aku melihat tawamu yang menggema dipenjuru ruangan, aku meyakini kau telah berhasil memikat hatiku. Bahkan hingga kini ketika kita kembali dipertemukan lagi, oleh takdir mungk...