Winter, 2013
Dalam keramaian di kantin sekolah saat jam istirahat, pandangan Diandra justru terkunci pada satu orang yang sedang berjalan ke arahnya dengan memegang satu cup susu pisang. Senyuman merekah sempurna diwajah Diandra yang cukup membuat beberapa orang yang melihatnya merasa aneh. Karena selama ini, Diandra selalu dikenal sebagai seorang gadis yang dingin dan pendiam.
Sudah dua minggu berlalu sejak mereka di hukum membersihkan Ballroom Camelia, semenjak itu Diandra dan Hanabi semakin sering bertemu. Mereka selalu menghabiskan waktu istirahat berdua entah itu di kantin, di koridor kelas, atau di perpustakaan. Walau tak memiliki banyak kesamaan, dan cenderung bertolak belakang, Diandra dan Hanabi justru senang saat mereka terlibat obrolan-obrolan ringan mengenai hari-hari yang mereka jalani. Diandra nampaknya juga sangat nyaman menceritakan seluruh kisahnya kepada Hanabi, pun begitu sebaliknya. Keduanya baru saling mengenal, namun telah mengatahui bagaimana keadaan mereka hingga ke hal pribadi seperti keluarga mereka.
Diandra mengetahui fakta bahwa kedua orangtua Hanabi tinggal di sebuah pedesaan yang jaraknya cukup jauh dengan kota dimana mereka tinggal. Dari apa yang Hanabi ceritakan, kampung halaman Hanabi memiliki pemandangan yang sangat indah.
"Kalau lagi winter gini, biasanya orang-orang disana bakal nanem bawang bombay. Bawang bombay yang ditanem saat winter, punya kualitas rasa yang berbeda karena rasanya jadi lebih manis dan seger."
"Bukannya bawang itu rasanya sama aja, ya? Sama-sama rasa bawang, hahaha."
Hanabi ikut tertawa mendengar ucapan Diandra. Tak hanya Diandra yang semakin mengenal Hanabi. Hanabi pun sama, semakin banyak waktu yang Ia habiskan dengan Diandra, semakin Ia tau bahwa gadis yang terlihat galak dan angkuh ini tak lebih dari seorang gadis polos yang rasa ingin tahunya begitu tinggi.
"Aku jadi ingin ke kampung halaman kamu."
"Beneran mau?"
"Mau banget! Mau metik buah apel secara langsung."
Diandra terlihat gembira membayangkan akan memetik buah apel secara langsung seperti apa yang Hanabi pernah ceritakan kepadanya.
"Hahaha, nanti deh."
"Bener ya, Bi! Kamu harus janji!"
Diandra mengulurkan jari kelungkingnya ke hadapan Hanabi. Lagi-lagi hal ini membuatnya tertawa dengan tingkah Diandra yang terkadang terlihat seperti anak kecil dimatanya. Hanabi membalas tautan jari kelingking itu kemudian menarik tangan Diandra untuk Ia genggam.
"Iya nanti ya, kalau ada waktunya." Ucap Hanabi seraya mengelus lembut jemari Diandra yang berada dalam genggamannya.
Diandra menatap wajah samping Hanabi dengan begitu dalam. Ia tak peduli lagi dengan banyaknya pasang mata yang diam-diam memperhatikan mereka. Yang Diandra inginkan hanya terus memandangi wajah Hanabi yang entah mengapa menjadi candu baru untuknya.
"Ngga makan?"
Pertanyaan Hanabi hanya Diandra jawab dengan gelengan kepala. Ia masih memperhatikan Hanabi yang kini sedang menyantap makan siangnya. Diandra bahkan secara terang-terangan menatap wajah Hanabi seraya menopang dagunya agar leluasa memandangi wajah samping Hanabi.
"Ada apa? Kenapa ngeliatin aku terus?"
"Kamu cantik banget, Bi. Aku suka."
Hanabi sedikit tersedak mendengar ucapan Diandra yang kelewat jujur itu. Gadis ini lebih dari apa yang Ia bayangkan. Tak Ia sangka Diandra benar-benar berbeda dari gadis yang biasanya Ia temui. Diandra, walau dengan sejuta pesona dalam dirinya, selalu mengatakan hal yang terkadang membuat Hanabi bertanya tingkat keseriusannya dalam mengatakan hal tersebut. Seperti saat ini contohnya dimana Diandra berkata bahwa Hanabi cantik dan Ia menyukainya. Tidak kah seharusnya Hanabi yang harus mengatakan hal itu karena Diandra memang sangat luar biasa secara visual.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Summer [WONB - Sowon Sinb]
Fiksi Penggemar"Sebenernya hubungan kita ini apa, sih?" "Temen, kan?" Sejak kali pertama aku melihat tawamu yang menggema dipenjuru ruangan, aku meyakini kau telah berhasil memikat hatiku. Bahkan hingga kini ketika kita kembali dipertemukan lagi, oleh takdir mungk...