Tandai jika terdapat kata typo.
Kelas yang seharusnya damai menjadi ricuh dikarenakan guru mata pelajaran tidak masuk membuat murid yang berada di kelas tersebut sontak bercanda ria dengan teman-teman lainnya. Sedangkan ada empat remaja tampan yang sedang berbincang sembari memakan camilan yang sempat dibeli di kantin.
"Bacot banget sia." Genta Alvaro Pratama, pemuda tampan dengan surai hitam legam dan bentuk wajah yang nyaris terbilang sempurna sehingga tentu membuat beberapa perempuan mendambakan sosoknya. Tapi sayangnya seperti kata orang-orang, Genta itu berkepribadian pendiam dan tidak mudah bergaul sehingga membuat dirinya tampak sombong dan tidak menyenangkan untuk diajak berteman.
"Teu nyangka aing, sia cicingeun-cicingeun bahasana mah kasar, Astaghfirullah." Jajang jayadarma pemuda tampan berkulit sawo matang asal Bandung itu menatap Genta tak percaya sembari mengelus dadanya. Satu hal yang harus diketahui, Jajang meminta teman-temannya untuk memanggilnya dengan sebutan Ujang karena sudah terbiasa dipanggil seperti itu.
(Nggak nyangka gue, lo pendiem-pendiem gitu bahasanya kasar, Astaghfirullah.)
Genta memutar bola matanya malas, "sia kenal aing baru kemaren?" Tanyanya ketus. Sedangkan Ujang yang mendengar itu hanya terkekeh pelan dengan muka tanpa dosa.
"Aduh Ujang~"
Ujang menatap tak suka kepada pemuda yang memiliki alis tebal itu. "Naon sia, goblog?!"
(Apa lo, goblok?!)
"Lho, kok ngegas?!" Langit Putra Adijaya, pemuda tampan beralis tebal itu menatap Ujang tak santai. Pemuda yang suka mengoleksi perempuan cantik, tetapi meskipun begitu tidak akan merubah hatinya yang hanya mencintai satu perempuan saja yaitu, Bintang.
"Kuma aing we." Kata Ujang sembari memutar bola matanya.
(Terserah gue.)
Mendengar itu Langit mencibir, "kita temenan udah berapa lama sih huh? Dari masuk sekolah kan? Udah lama banget berarti ya. Kok gue bisa-bisanya tahan temenan sama lo selama itu ya?"
"Dih?! Gih sana pergi nggak usah temenan sama aing. Aing mau sama Genta aja."
"Dih?! Emang Genta mau sama lo?" Tanya Langit sontak menatap ke arah Genta. "Gen, lo mau temenan sama Ujang?"
"Nggak males."
Langit yang mendengar itu sontak tertawa terbahak-bahak membuat Ujang terus berbicara untuk membela dirinya sendiri. Sedangkan Genta yang melihat Ujang terus berbicara menggunakan Bahasa Sunda terkekeh pelan, menurutnya itu sedikit lucu karena Genta sedikit paham tentang apa yang dibicarakan Ujang sedari tadi karena selama ini Ujang mengajarkan Bahasa Sunda kepada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENZIA [END]
Teen Fiction❝Bahagia, satu kata sederhana namun sangat sulit Kenzia rasakan.❞ ***** Katanya, kodrat seorang perempuan itu di kejar bukan mengejar. Lalu bagaimana jika Kenzia mencintai seorang laki-laki, apakah harus Kenzia menunggu laki-laki itu agar mengejarny...