02. Malu

1.7K 108 0
                                    

Tandai jika terdapat kata typo.

Seorang gadis cantik yang masih mengenakan seragam sekolahnya tengah duduk dengan dikelilingi gelapnya langit malam, matanya yang indah namun memancarkan kesedihan itu menatap langit yang hari ini nampak begitu indah karena terdapat begitu banyak ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seorang gadis cantik yang masih mengenakan seragam sekolahnya tengah duduk dengan dikelilingi gelapnya langit malam, matanya yang indah namun memancarkan kesedihan itu menatap langit yang hari ini nampak begitu indah karena terdapat begitu banyak bintang sehingga membuat gadis itu ingin berlama-lama untuk menatapnya.

"Bunda, Zia kangen."

Itulah kata pertama yang keluar dari mulut gadis itu sejak ia tiba di sini. Kedua tangannya mengepal guna menahan air matanya yang ingin keluar seolah memberi tanda bahwa ia tak ingin menangis hari ini. Namun tak lama kemudian ia menundukkan kepalanya dan pada saat itu air matanya turun mengenai pipinya, gadis itu tak kuasa untuk menahan tangisnya.

Disaat seperti ini yang gadis itu butuhkan hanyalah seseorang yang selalu ada di sampingnya, ia memerlukan pelukan hangatnya untuk menenangkannya. Namun, adakah orang seperti itu dihidup gadis itu? Jawabannya yaitu tidak ada.

Mengharapkan seseorang pun rasanya tidak pantas ia lakukan dengan kondisi hidupnya yang seperti itu. Namun, ia berusaha merubah takdir yang kelam ini menjadi indah dengan mengharapkan seseorang di dalam hidupnya. Seseorang yang bisa memberikan banyak cinta untuknya, jika hal itu terjadi maka ia tak tahu akan sebahagia apa hidupnya nanti. Mendapatkan cinta dari seseorang yang selalu ia harapkan untuk mencintai dirinya.

Gadis itu sudah berhenti menangis, namun perasaan belum juga membaik. Gadis itu tiba-tiba menatap sekeliling merasakan seperti ada seseorang yang mengawasinya, namun tidak ada seseorang pun di sana. Kemudian ia berdiri untuk pulang, lagi pula ini sudah terlalu malam untuk seorang gadis yang masih mengenakan seragam sekolah.

••••••

Terik matahari pagi tak membuat Zia mengeluh untuk terus menunggu angkutan umum yang sedari tadi belum terlihat. Sudah hampir setengah jam ia menunggu namun ternyata angkutan umum tak kunjung terlihat, matanya menatap jam tangan melihat waktu yang saat ini sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, sedangkan ia masuk pukul tujuh.

Jarak ke sekolah ketika Zia naik angkutan umum membutuhkan waktu 15 menit, jika ia lari apakah bisa sampai tepat waktu? Karena ia tak tahu kapan angkutan umum itu akan tiba. Dengan tekadnya yang kuat akhirnya ia memutuskan untuk berlari ke sekolah.

Dadanya begitu sesak, mungkin karena Zia jarang berlari. Tak menghiraukan akan hal itu, ia terus berlari hingga matanya menatap gerbang sekolah yang saat ini sudah terlihat di depan matanya. Waktunya sangat pas karena begitu ia masuk gerbang sudah akan ditutup oleh satpam.

Zia berhenti melangkahkan kakinya lalu mengatur nafasnya yang tidak beraturan sembari memukul-mukul dadanya yang begitu sesak. Tak lama kemudian ia kembali berjalan dengan santai lalu kedua netranya melihat punggung sang pujaan hatinya sedang berjalan dihadapannya.

GENZIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang