prolog

7.2K 221 0
                                    

Cerita ini murni dari imajinasi saya.

Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Cerita ini tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata.

Aku merubah sedikit jalan ceritanya. Mohon untuk tetap dukungannya:)

••••••

Tandai jika terdapat kata typo.

Tandai jika terdapat kata typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mencintainya.

Pemuda pendiam itu, yang menarik perhatianku.
Aku sangat mencintainya sejak hari itu, hari di mana aku melihat matanya yang indah itu.

Bisakah aku yang tak sempurna dalam segala hal apapun itu untuk memilikinya?

Aku ingin terus berada disisinya, menatap matanya yang indah itu setiap saat. Mata yang seolah memberikan warna pada hidupku yang tak berwarna ini.

Aku ingin memilikinya, hingga aku bertekad untuk mendapatkannya dan membuatnya terjatuh dalam pelukanku.

Namun ternyata tidak semudah itu mendapatkannya, hingga akhirnya aku tersadar bahwa diriku sangat tidak pantas untuk berada disisinya.

••••••

"KAK GEN!"

Pemuda berperawakan tinggi itu menghentikan langkahnya ketika mendengar seseorang memanggilnya. Membalikan tubuhnya ke belakang menatap datar gadis yang tengah tersenyum manis dihadapannya. Gadis cantik yang sayangnya sangat menyebalkan karena selalu mengganggu hidupnya.

"Selamat pagi Kak Gen. Gue tebak, lo pasti masih belum mau jadi pacar gue ya?"

Pemuda itu berdecak kesal menanggapi hal itu, jika sudah tahu mengapa masih bertanya? pikirnya. Merasa tak penting ia hendak berbalik pergi, namun ia merasakan sebuah tangan kecil memegang tangannya seolah memberi isyarat untuk tidak pergi.

"Mau kemana? Ayo bareng."

Pemuda itu menatap tangannya yang terpaut dengan tangan gadis itu. Kenapa tangan gadis itu sangat kecil? Dan juga kenapa rasanya sedikit kasar? Pikirnya bertanya-tanya. Tak ingin memikirkannya lebih jauh ia kemudian berucap. "Lepas."

Gadis itu menggelengkan kepalanya pertanda tidak ingin melepaskan cekalannya. Dan dengan sedikit kasar Pemuda itu menghentakkan tangannya membuat cekalannya terlepas. Lalu pemuda itu pergi begitu saja meninggalkan gadis itu sendirian.

Gadis itu menghela nafas sembari menatap sedih punggung pemuda yang dicintainya kini mulai menjauh. Meninggalkan luka dihatinya atas sikap pemuda itu selama ini. Gadis itu berfikir, mungkin ini bagian dari konsekuensinya ketika mengejar cinta seseorang. Semuanya tidak akan berjalan mulus bukan? Pasti akan ada konsekuensinya.

GENZIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang