Happy Reading ❤️💋
•
•
•"Jadi, sekarang tuh cewek tinggal di aparteman lo?" Gavin yang pertama menanggapi cerita Yoga tentang bagaimana dirinya semalam bertemu dengan Acha.
Yoga mengangguk dengan wajah yang masih datar. Kini, dia bersama dengan kedua temannya sedang mendudukkan dirinya di tengah-tengah lapangan usai olahraga.
"Siapa tadi namanya? Acha?" Dean ikut membuka suara yang lagi-lagi dibalas anggukan oleh Yoga.
"Acha Aracha yang sekarang sedang ramai diperbincangkan?" tebak Dean dengan nada sedikit ngegas saat merasa tidak asing dengan nama yang disebutkan Yoga."Anjir, santai kali nggak usah pakai nggegas!" Gavin menyenggol bahu Dean membuat laki-laki itu sedikit terhuyung namun tidak sampai ambruk kesamping.
"Terus gimana? Lo bakal nikahin dia gitu? Yang bener aja Yoga! Lo jangan gila!" seru Gavin sedikit tidak terima dengan kata-kata Yoga yang mengatakan kalau dirinya menginginkan Acha dan juga anak yang dikandungnya.
"Iya, lo jangan gila jir! Kita aja nggak tahu siapa tuh yang jadi bapak dari anak yang dikandungnya. Bisa jadi dia open BO kan?" timpal Dean yang kemudian mendapatkan hadiah tatapan tajam dari Yoga. Entah kenapa dirinya tidak suka dengan apa yang diucapkan temannya itu, ia percaya kalau Acha bukanlah gadis yang seperti itu.
"Ampun dah tuh mata natap tajam bener," imbuh Dean dengan meringis dan sedikit menciut.
"Gue juga lagi pusing mikirin ini. Nggak mungkin juga sembunyiin dia berlama-lama dan nggak mungkin jug ague gantungin dia."
"Lo jangan ambil keputudan buru-buru, lo itu semalam lagi kalut aja jadinya kasian berlebihan. Lo emang nggak mikir gimana perasaan Dinda kalau tahu lo mau nikah sama cewek lain? Kalian kan pacaran udah sejak kelas satu SMA, man!" Gavin menjinju bahu Yoga.
"Kok kalian masih disini aja sih? Apa nggak panas?" seorang gadis yang baru saja tiba dengan seragam OSISnya itu menyapa ketiga laki-laki yang nampak sedang memasang wajah serius.
"Ini mau balik kok," Yoga beranjak berdiri tepat disebelah gadis yang kini sedang mengulas senyum manisnya.
"Mau ke kantin bareng? Atau mau ganti baju dulu?" katanya bertanya pada Yoga."Ganti baju dulu," balas Yoga kemudian melenggang pergi meninggalkan gadis yang tak lain dan tak bukan ialah-Dinda dan juga teman-temannya yang memperhatikan interaksinya.
"Lo berdua juga ganti gih! Gue ke Yoga dulu ya," pamit Dinda kemudian berlalu mengejar Yoga yang berjalan menjauhi lapangan.
"Nah kan, bakalan ribet nih urusan hati," seru Dean.
"Pusing gue padahal bukan bapaknya," lawak Gavin kemudian beranjak berdiri dan membantu Dean yang mengulurkan tangannya. Kedua laki-laki itu kemudian berlalu meninggalkan lapangan yang semakin terasa panas karena matahari yang kian keatas.
***
Yoga menikmati makanannya dalam diam bersama dengan Dinda yang berada di depannya. Sesekali gadis itu menatap Yoga yang nampak tidak seperti biasanya. "Lo kenapa? Tumben nggak kek biasanya. Lagi ada masalah?" tidak tahan untuk bungkam berlama-lama, Dinda pun akhirnya memutuskan untuk membuka suara.
"Nggak apa-apa, kok. Lo lajutin makannya gue udah kenyang. Gue balik dulu," Yoga beranjak dari kursi yang didudukinya kemudian berlalu dari tempat duduknya menyisakan Dinda yang masih menatapnya dengan penuh tanya.
"Ada yang nggak beres, gue harus temuin di Dean sama Gavin sekarang," gumam Dina kemudian beranjak dari tempat duduknya guna mencari kedua temannya.
Tiba di kelas 12 IPA 1, Dinda tidak mendapati Yoga di kelasnya, yang ia lihat hanyalah Gavin dan Dean yang sedang sibuk dengan ponselnya.
"Eh anjir, ganguin aja lo!" seru Gavin kesal saat Dinda dengan tiba-tiba merampas ponselnya dan juga milik Dean."Iya nih, napa sih?" imbuh Dean yang tak kalah kesal. Pasalnya tadi dirinya sedang main ML dan ponselnya malah di rampas begitu saja. Benar-benar tidak sopan bukan seorang Dinda.
"Kalian malah asik main game," seru Dina dengan wajah kesalnya. Gadis itu kemudian mendudukkan dirinya di sebrang Gaving."Ya memangnya kenapa? Biasanya juga gitu," balas Gavin yang mendapatkan anggukan setuju dari Dean.
Dindan berdecak kesal mendapati jawaban dari kedua temannya itu. "Kalian tadi di lapangan basket lama banget ngapain?" tanya Dina kemudian.
"Ngobrol."
"Iya tahu kalian ngorol. Maksudnya ngobrolin apaan anjir!" geram Dinda dengan jawaban yang diberikan oleh Dean.
"Kok lo kepo, urusan cowok nih!" sewot Dean.
"Kok lo malah jadi sewot sih?!" Dinda tidak bisa menahan kekesalannya terhadap Dean.
"Tau nih!" Gavin menyenggol bahu Dean.
"Yoga apa lagi ada masalah? Kok dia nggak seperti biasanya sih?"
Gavin mengangkat sebelah alisnya menatap Dinda. Ini sudah bisa ia perkirakan melihat Yoga yang tadi meninggalkan Dinda begitu saja di lapangan basket tanpa merangkul mesra lengan gadis itu seperti biasanya."Lo tanya aja sama dia," balas Gavin akhirnya.
"Dia bilang nggak apa-apa," Dinda memasang wajah sendunya membuat Gavin dan Dean merasa tidak tega saat melihatnya.
"Udahlah lo nggak usah mikir yang macam-macam. Kalau iya dia ada masalah pasti lo orang pertama yang akan di samperin dia untuk membagi keluh kesahnya."
Dinda hanya diam meresapi perkataan Dean. "Tapi sepertinya kali ini nggak sederhana. Dia malah ngehindarin gue kayaknya."
"Feeling cewek emang beda. Kita mah apa, ya kan, Vin?" seru Dean meminta persetujuan Gavin yang kemudian dibalas anggukan oleh laki-laki itu.
"Udah lo nggak usah mikir macem-macem, belum juga sehari Yoga kayak gitu lo udah panik aja, gimana kalau berhari-hari?""Maksud lo Yoga bakal kaya ngindari gue berhari-hari?" seru Dinda dengan cepat.
"Ga gitu konsepnya dinda sayang," seru Dean yang merasa salah bicara.
"Lo mah ngomong nggak di pikir dulu!" seru Gavin seraya meleparkan tatapan tajam pada temannya sebangkunya itu."Tau tuh!" imbuh Dinda.
"Iya anjir, ampun dah salah kata aja langsung diserang."
Dinda menatap Dean dengan tatapan penuh kekesalan. Gadis itu kemudian melemparkan ponsel milik Dean dan Gavin diatas meja dengan sedikit kasar dan segera berlalu dari kelas 12 IPA 1.
"Buset, hp gue jadi korban," seru Dean seraya mengambil ponselnya yang tergeleletak dengan naas diatas meja.
"Eh tapi kasian juga ya si Dinda, ancur jadi remahan dah tuh hati kalau tau cowoknya ada cewek lain yang udah bunting," ujar Dean dengan suara pelan agar tidak terdengar oleh teman-teman sekelasnya.
"Oh iya, btw si Yoga kemana ya?" tanya Gavin.
"Ga tau lah anjir, dari tadi gue kan sama elo gimana sih?!"
"Anjir sumpah kok gue jyjyk sih sama bahasa lo. Berduaan gada kata yang lebih enak di denger apa?"
Dean terkekeh, temannya ini emang asik untuk di goda. Bukan maksud menjadi guy, Dean cuma bercanda.
"Canda, yaelah lo baperan kek cewek," ujarnya yang hanya menadapat tanggapan tatapan datar dari Gavin.
•
•
•Tekan bintang yaww guysss⭐ bintang kalian berharga buat aku tentunya ❤️
Jadi, gimana? Mau lanjut apa udahan sampai disini aja?
Follow aku juga jangan lupa 💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Aracha
Teen FictionJANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA DAN JANGAN LUPA DI TAMBAHIN KE PERPUSTAKAAN YA MAN-TEMAN🤗 JUGA, JANGAN LUAPAN VOTE DAN KOMEN SUPAYA AKU SEMAKIN SEMANGAT DALAM BERKARYA❤️ 💋💋💋 NO PLAGIAT AND HAPPY READING ❤️...