|10| Night Healer

58 12 0
                                    


Sesampainya Anna di dalam kamar hotel wajahnya tak berhenti tersenyum. Seketika ia melupakan seluruh rasa sedih yang menghampirinya sebab seseorang yang meninggalkannya seorang diri dan hingga detik ini tidak ada kabar apapun. Namun, entah keajaiban dari mana Taehyung datang bak pangeran dari negeri dongeng yang menjemput sang putri. Belum lagi ketika Taehyung mengantarnya ke kamar hotel.

Anna jadi bersemu ketika teringat kebersamaannya dengan Taehyung tadi.

---

"Sudah puas menangisnya?" Tanyanya padaku. Tanpa sadar, sedari tadi aku berada dalam dekapannya. Menangis tersedu-sedu meluapkan semua rasa yang menyerangku bersamaan. Dan ketika suaranya mengintrupsi, barulah aku sadar dan sedikit menjauhkan dirinya dariku.

"Maafkan aku." Ucapkan sengau sembari mengusap ingus yang ikut turun keluar dari hidung.

"Tak apa. Asalkan kau mau mencuci jaketku."

Aku mendongak menatapnya dengan mataku yang membengkak, melihat samar ada noda basah di bagian bahu kiri yang ku yakini adalah air mata juga ingus ku yang menjadi satu. Sontak saja aku langsung membungkuk meminta maaf padanya karena merasa tidak enak hati. "Aku akan bayar biaya penatunya." ucapku spontan dan hanya dibalas senyuman lembut olehnya. Lalu aku kembali menawarkan padanya, "Kalau begitu aku yang akan mencucinya. Nanti berikan saja padaku saat kita sudah kembali ke hotel."

Ia melepaskan jaketnya, lalu ia sampirkan pada bahuku. "Aku akan memberikannya sekarang saja. Agar nanti tidak repot."

Aku mengangguk.

"Lagipula, aku tidak tega melihat seorang gadis kedinginan. Terlebih ia habis menangis sesenggukan." Cibirnya padaku. Aku mengalihkan pandangan ke arah lain karena perkataannya. Lagipula, ia menjadi sedikit berbeda dari biasanya. Kali ini terlihat sedikit lebih dewasa.

"Sekali lagi terima kasih."

Ia hanya diam, menampilkan senyum kotak miliknya dengan tangan yang berada di saku celana olahraga yang ia kenakan. "Ingin berjalan-jalan dulu denganku?" Tawarnya padaku. Niat awalku akan menolak ajakannya, tapi mengingat sikapku padanya yang lalu juga kejadian mengenai aku yang mengotori jaketnya, menjadikanku menyetujui ajakannya kali ini.

"Baiklah."

Ia melangkah menjauh dari tempatnya berpijak, berjalan kembali ke arah restoran yang diikuti olehku. Saat aku sampai berada tepat dibelakangnya, dalam kedipan mata tiba-tiba saja aku sudah berada di pesisir pantai yang jauh dari hotel. Tentu saja aku terkejut dan membuat kesimpulan bahwa aku mabuk setelah meminum segelas anggur merah bersama Seokjin.

"Jangan terkejut begitu. Dan omong-omong ini sungguhan Anna, kau tidak mabuk atau semacamnya." Jelasnya padaku dengan kekehan kecil yang terdengar, mungkin ia menyadari raut wajahku yang terlihat kebingungan dan terkejut. Aku mengangguk lalu mengeratkan jaket miliknya di tubuhku sembari mengusak telapak tanganku.

"Kau tidak merasa dingin? Aku hampir mati membeku disini, Taehyung."

"Wah, kau ingat namaku!" Ucapnya dengan nada yang senang.

"Tentu saja aku ingat. Kau mengikutiku selama satu bulan penuh di kampus. Kau tidak ingat perbuatan menguntitmu itu, ya?" Ucapku dengan sedikit nada jengkel.

"Ah iya kau benar. Tidak sia-sia aku berada di sekitarmu terus-menerus. Setidaknya kau tidak lagi memanggilku dengan penguntit, orang aneh bahkan orang gila."

"Wah, kau bangga ya menjadi penguntitku. Kalau kulaporkan kau bisa masuk penjara loh." Jujurku padanya. "Tapi kau tidak melaporkanku 'kan. Kenapa?"

"Entahlah, aku memang risih diikuti terus denganmu. Tapi saat kau tidak lagi terlihat olehku, tiba-tiba saja aku sedikit ... rindu?" Taheyung memberhentikan langkahnya, ia menoleh padaku dengan raut wajah menyelidik. Aku yang tersadar segera berujar, "ah.. begini. Maksudku bukan begitu. Hanya saja .."

Descendants Of The God ApolloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang