|3| Beginning

68 24 2
                                    

Taehyung melangkah keluar dari Universitas, hari ini ia harus bertemu dengan salah satu ajudan ayahnya. Ia tidak memiliki kekuatan untuk memanggil sang ajudan yang tinggal di tempat ini karena hampir seluruh kekuatannya berada di dalam gadis itu; Song Anna.

Menghembuskan napasnya kasar dengan terus menatap ke arah jalan. Gadis itu melupakan dirinya, Anna seperti bukan miliknya. Namun Taehyung yakin itu Anna, hanya saja mungkin gadis itu lupa siapa takdirnya.

Taehyung berjengit ketika ada suara penging klakson mobil yang mengejutkannya, tak menyadari saat ini dirinya sedang berjalan di garis putih jalanan padahal lampu bagi pejalan kaki belum berubah menjadi hijau.

"Dasar gila! Kau ingin mati hah?"

Taehyung menaikan alisnya, di bandingkan takut dengan ucapan lelaki di dalam kereta besi itu. Taehyung lebih tertarik dengan benda yang hampir saja mencelakainya.

"Wah, apa ini? Bagus sekali." Gumamnya sembari mengelus bagian depan mobil dengan terus memperhatikan bentuknya.

Trin!!

"Minggir dari jalanku, dasar pria sinting." Sekali lagi, terdengar bunyi klakson yang memekakan telinga sembari menyumpah serapahi Taehyung. Namun, Taehyung tetap tidak menghiraukan perkataan pria itu dan ia masih terlalu fokus dengan objek yang ada dihadapannya kali ini.

Karena kejadian itu jalanan menjadi terhambat, bahkan banyak orang yang mencoba membawa Taehyung menjauh namun lelaki itu masih bersikukuh berada di tempatnya dengan terus memperhatikan mobil yang baru pertama kali ia lihat.

Sampai pada akhirnya ada seorang pria yang baru saja pulang setelah lelah bekerja dan ia terkejut dengan keadaan jalan raya yang begitu ramai dengan bunyi klakson yang saling bersahutan.

Dengan rasa penasaran yang membuncah, ia mendekati keramaian tersebut menduga-duga sudah terjadi kecelakaan sampai-sampai ramai seperti itu. Ia mulai menyelinap di antara kerumunan berusaha melihat kejadian di depan sana. Dan betapa terkejutnya ia melihat seseorang yang ia kenal dengan jelas, wajah juga pakaiannya, sedang menghadang jalan sebuah mobil mewah.

"Tuan Muda!" Ujarnya berteriak, Taehyung yang mengenali suara itu menoleh ke arah kiri di mana pria itu berlari mendekatinya, menarik Taehyung dari depan mobil seraya menundukkan badan untuk meminta maaf yang sebesar-besarnya.

Setelahnya jalanan kembali normal dan Taehyung telah berada di trotoar bersama ajudannya.

"Tuan muda, benarkan ini dirimu?"

"Tentu saja ini aku. Memangnya ada ya pria setampan diriku?"

Dojun terkekeh setelahnya dan ia tidak ragu lagi, bahwa benar pemuda tampan itu memang Kim Taehyung; Tuannya.

"Hei, Park Dojun. Kenapa melamun? Apa kau punya rumah? Ayo, kita ke rumahmu. Aku lelah seharian berdiri."

Dojun tersadar dan langsung segera beranjak dari sana untuk mengajak Taehyung berkunjung ke rumahnya.

Di perjalanan Taehyung tak henti-henti nya bertanya mengenai hal yang baru pertama kali ia lihat, seperti gedung tinggi, halte, sepeda motor, juga kedai pinggir jalan yang menjual makanan dengan harum menggoda.

"Dojun, aku lapar. Belikan aku itu." Tunjuk Taehyung mengarah kepada kedai penjual ttoek pedas juga eomuk. Dojun mengangguk lalu segera membawa Taehyung ke sana.

Setelah membeli beberapa tusuk eomuk juga dua porsi ttoek, mereka duduk di bangku depan kedai. Menyantap dengan khidmat makanan yang murah namun sangat lezat.

"Um ... ini apa namanya? Kenapa lezat sekali?"

"Yang mana?" Tanya Dojun.

"Ini yang seperti usus sapi."

Descendants Of The God ApolloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang