Here we go again...

3.2K 400 9
                                    


Keadaan minimarket cukup sepi hari ini. Minjeong bersyukur, setidaknya ia memiliki waktu luang untuk mencari lowongan pekerjaan secara online.

Minjeong terus menatap ponselnya, tidak menyadari seorang wanita cantik baru saja masuk kedalam minimarket.

Setelah selesai dengan kebutuhannya, langsung saja wanita itu menuju kasir untuk membayar semuanya.

Minjeong menscan semua barang tanpa menoleh sedikitpun ke pelanggan itu. Sehingga dia tidak menyadari tatapan intens yang diberikan wanita itu kepadanya.

"You're working here" deep voice yang cukup membuat Minjeong tersentak.

"Eh tante"  canggung. Karena memang mereka baru berkenalan beberapa jam yang lalu.

"Part time? Saya rasa kamu masih SMA, right?"

"Emm.." Minjeong sedikit bingung harus menjawab apa.

"That's okay, tho. Anak jaman sekarang memang banyak yang kerja part time. Buat nambah-nambah jajan, they said. I guess it's the same reason for you? Kamu kerja buat nambah jajan?" Karin masih belum menyadari perubahan mimik wajah Minjeong yang mulai suram.

"Saya gak sekolah dan saya kerja untuk bertahan hidup."

Karin sedikit tertegun mendengar jawaban dingin dari gadis dihadapannya. Dia baru menyadari, mungkin saja dia tanpa sengaja telah menyinggung perasaan gadis ini. Belum sempat dia meminta maaf, Minjeong kembali bersuara.

"Semuanya 117.500" masih dengan wajah dinginnya.

Karin segera memberikan dua lembar uang seratus ribuan.

"Kembaliannya simpan aja ya, Minjeong"

Mendengar itu Minjeong semakin kesal.

"Gak usah." Dengan cepat Minjeong memberikan kembaliannya tanpa menatap wajah Karin sedikitpun.

"Tapi sa-"

"Saya gak perlu rasa kasian tante"

Karin semakin merasa tidak enak.

"Minjeong..." panggilnya lembut.

"Kalo gak ada keperluan lagi, tante tolong minggir." Wajahnya benar-benar datar.

"Next" Sedetik kemudian Minjeong tersenyum kepada pelanggan selanjutnya.

Karin hanya bisa terdiam.

Mungkin nanti datengin kosnya aja. Sekalian ngasih camilan. Pikir Karin.

Karin memang sudah menyiapkan banyak camilan untuk dibagi-bagikan ketetangga barunya. Yah, untuk mengakrabkan diri saja. Dia ingin berteman dengan tetangganya, bukan malah cari masalah seperti ini.

Huft...

...

Jam sudah menunjukan pukul 18.30 yang artinya shift Minjeong telah berakhir.

Minjeong melangkah malas-malasan menuju kosnya.

Baru ingin membuka gerbang, Minjeong disambut suara cempreng teman satu kosnya.

"Oi anak muda, jelek amat tuh muka" Aeri cengengesan sambil membukakan gerbang untuk Minjeong.

Sebenarnya dia mana mau membukakan gerbang untuk Minjeong. Kebetulan saja dia juga ingin keluar, mau ngedate sama ceweknya. Ini kan weekend.

"Diem"

"Galak amat lu. Kenapasi? PMS ya neng?" Aeri masih saja menggoda Minjeong.

"Diem atau gue lem-"

Minjeong sudah bersiap-siap melempar sepatunya kewajah Aeri. Namun, tertunda dulu oleh kedatang ibu kos yang entah muncul darimana.

"Minjeong inget pesan saya! Waktu kamu cuman seminggu ya! Kalo masih belum bayar saya gak akan toleransi lagi!"

Dengan lantangnya ibu kos meneriakan kata demi kata dihadapan Minjeong. Tidak tau apa, Minjeong sedang menahan malu karena kini  dia menjadi pusat perhatian penghuni kos lainnya.

"Iya bu.." pelan sekali Minjeong menjawab.

"Jangan iya iya aja kamu ya. Saya tau ka-"

"Iya bu iya, saya ngerti. Saya juga lagi usaha nyari uangnya, bu. Maaf kalau saya selalu telat bayar kos. Saya juga benci dengan diri saya sendiri. Saya juga pengen hidup enak. Saya juga gak mau terus-terusan kayak gini"

Minjeong mengatakan semua itu dalam satu tarikan nafas.

Dia lelah.

Lelah dengan semuanya.

"Jadi tolong... tolong jangan bikin saya semakin membenci diri saya, bu."

Ibu kos terdiam. Masih shock dengan Minjeong yang biasanya pendiam tiba-tiba jadi begini.

"Saya janji bakal bayar minggu depan. Kalo gak bisa, saya akan keluar sendiri dari kos ini."

Brakkk

Minjeong membanting pintu kosnya.

Diam-diam menangis dibalik selimut tipisnya.

Something New Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang