Vol. 17

10.1K 367 18
                                    

Seulgi menghembuskan asap rokoknya di balkon sebuah hotel yang ia pesan.

Awalnya ia memesan hotel ini hanya ingin menyendiri sambil menikmati sebotol ─atau mungkin beberapa─ wine untuk meringankan beban pikirannya walaupun sebentar.

Nyatanya kamar hotel yang ia sewa ini berguna untuk memuaskan nafsunya. Terlihat dari pemuda kelinci itu yang kini telah tertidur pulas setelah bersetubuh dengannya satu jam yang lalu.

Seulgi menyesap wine di gelasnya sambil menikmati ibukota Korea Selatan ini yang begitu cantik di malam hari ─ralat dini hari.

Ia sendiri tak tahu sudah berapa lama dirinya tak menikmati pemandangan cantik seperti ini.

Senyum tipis terukir di bilah bibirnya yang kini sedang menyesap batang nikotin itu. Entah pikiran apa yang melintas di benaknya membuatnya tersenyum tipis.

“Bagaimana pun caranya, Mark dan Jeno harus hidup,” gumamnya pada angin malam.

“Sial! Padahal aku sudah melepaskan semuanya. Harta, warisan, bahkan nama keluarga ku sendiri. Tapi, kenapa iblis berkedok manusia itu kembali mengganggu ku?!” Tangannya meremat gagang gelas yang sedang ia pegang di atas meja itu.

Dirinya sedikit mabuk. Yah, hanya sedikit.

Sebenarnya Seulgi bukanlah wanita yang mudah mabuk, apalagi hanya dua botol wine itu. Hari ini saja dirinya ingin menumpahkan segalanya dengan menjatuhkan diri dan bertekuk lutut pada alkohol yang bahkan kadarnya tak lebih banyak dari yang biasa ia minum.

“Wanita tua sialan!”

Seulgi melirik sekilas ponselnya yang tiba-tiba saja berdering. Ia mengambilnya dan menggeser ikon hijau untuk menerimanya.

“Halo?”

Terdengar suara tertawa pelan yang meremehkan dirinya. Seulgi mengernyit bingung. Dilihatnya si penelpon dan dirinya kembali mengernyit, sebuah nomor tanpa nama.

“Siapa?” tanyanya dengan suara serak.

“Menurutmu?” Seulgi tak fokus, pikirannya sudah sedikit tak terkendali.

“Ah.. Kau tak mengenali suara ibumu, My Daughter?” Pikiran Seulgi yang tadinya tak terkendali kembali berfungsi. Giginya menggertak menahan marah dan genggamannya pada gelas semakin kencang, bisa saja dirinya memecahkan gelas itu hanya dalam rematannya.

“Ada apa lagi?” tanya Seulgi dengan malas. Bisa-bisanya wanita sialan itu menelponnya setelah dirinya mengumpati wanita itu. Benar-benar panjang umur ─semoga.

“Ah, aku hanya ingin kita bertemu ─tidak─ berziarah ke makam menantu dan cucu-cucuku besok.”

Seulgi terkekeh mendengar kata menantu dan cucu-cucuku.

‘Cucu-cucuku dia bilang? Bajingan!’ batinnya.

“Cucu-cucumu? Sejak kapan kau peduli dengan cucu-cucumu?”

Tertawa yang menurut Seulgi menggelikan itu terdengar.

“Diamlah! Tawamu itu merusak gendang telingaku. Bahkan kicauan burung gagak masih bagus daripada tawamu!”

“Sialan! Di mana sopan santun mu?!” teriak yang di seberang sana marah.

“Aku tak membutuhkan sopan santun jika berhadapan dengan manusia tak tahu diri seperti mu!”

“BAJI-”

Seulgi memutuskan panggilan. Memuakkan sekali manusia itu. Seulgi sedikit heran mengapa Tuhan menciptakan manusia seperti itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Mom is Dominant | Harem Seulgi with Baby BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang