04

19 11 3
                                    

Pagi yang cerah untuk mengawali hari yang cerah.Hari ini Bea tak seperti biasanya.Dia lebih banyak diam dan hanya tersenyum tipis bahkan sangat tipis jika seseorang menyapanya.Akibat kejadian kemarin ia lebih banyak diam,teringat akan sosok orang yang selalu mambantunya disaat ia terpuruk.

Flasback on

"Eh lo jangan sok kecentilan ya jadi cewek"Ucap seseorang dengan nada yang amat marah sembari tangannya menjambak rambut Bea.

"A-aku ngk pernah godain cowok kakak"Jawab Bea dengan air mata yang yg sudah berlinang di pelupuk matanya.

"Terus kalo bukan lo Edo gitu yang lu tuduh buat ngegodain lo.Heh inget ya,sekali lagi gua liat lo dekat sama pacar gua,habis lo Bea"Ucap orang itu dengan cengkraman tangan makin menguat dirambuk Bea.

"T-tapi aku benaran ngk penah godain pacar kakak"Jawab Bea membela diri.

"Halah maling mana mau ngaku.Bener ya kata orang buah emang ngk oernah jatuh jauh dari pohonnya.Ngk heran prilaku lo gini,sama kayak mama lo"

"Maksud kakak apa?" Tanya Bea yang meraka bingung dengan perkataan yang dilontarkan orang tadi.

"Lo ngk tau atau pura pura ngk tau. Dibayar berapa sih mama lo semalem buat ngelayanin om om kaya itu"Kata orang itu diikuti tawa jahat miliknya.
Mendengar ucapan 'Aren' orang yg beradu mulut dengan Bea sejak tadi membuat air mata mengalir membasahi pipinya,tega teganya ia berkata seperti itu tentang mamanya.

"Apa lo ngk tau juga karna apa mama sama papa lo itu cerai?Karna papa lo ngk sanggup setiap hari harus liat kelakuan mama lo yg pergi ngejal*ng sana sini.Dan bisa bisa lo bukan anak dari papa lo t-"

"CUKUP!"Teriak Bea yang sudah tak tahan atas penghinaan yang diberikan untuk mamanya.

"Udah bisa ngelawan ya lo sekarang. Guys.." Kata Aren tersenyum licik ke arah ketiga temannya.

Tanpa menunggu lama para teman teman Aren mendorong Bea hingga ia tersungkur di salah satu bilik toilet disana.Dengan sigap mereka mengunci pintu dan meninggalkan Bea sendirian dengan isak tangis yang tak henti hentinya.

Sekitar 15 menitan disana suara seseorang memanggil nama Bea membuatny menghapus jejak air matanya.

"Be?"

"Na,aku disini.tolong bukain pintunya"
Ucap Bea kepada seseorang diluar sana.Tak butuh waktu lama akhirnya pintupun terbuka dan langsung seseorang itu memeluk tubuh Bea erat.

"Maafin aku ya,aki datangnya telat" Ucap orang itu mengelus rambut Bea pelan.Bea hanya mengangguk di dalam dekapannya,itu membuatnya merasa lebih tenang.Sabrina atau yg sering dipanggil Bina oleh Bea adalah satu satunya orang yang memeluknya disaat ia terpuruk,bahkan orang tua yv ia miliki sekarang tak tau bagaimana keadaan Bea saat ia sedih,mereka hanya kenal dengan Bea yg selalu memberi kebahagiaan buat lingkungan disekitarnya.

flasback off.

***

Kelas pagi ini sangat membosankan bagi Bea bahkan mungkin juga bagi orang orang yg berada di kelasnya. Mata pelajaran pagi ini diisi oleh guru fisika guru yg sangat amat membosankan.Bea bingung padahal jurusan IPS yg diambilnya tapi kenapa fisika tetap masih ada.Dia mengambil IPS untuk menghindari fisika tetapi takdir malah mempertemukannya pada mata pelajaran itu.

Ia menoleh pada orang yang daritadi asik tidur disampingnya.Dia masih ingat bagaimana Kara menyelamatkannya dari toilet tersebut.Sejenak ia memperjatikan wajah Kara dengan seksama.Tampan. itu satu kata yg terlintas dipikirannya.
Walaupun ia terbilang dingin tetapi Kara memiliki nilai tambahan tersendiri dalam dirinya.Tak heran banyak siswi siswi yg tertari kepadanya.Kulitnya yang putih bersih,alis tebal,mata elang yg sangat indah,ditambah bibir pink alami membuatnya banyak dikagumi wanita.Bahkan saat inipun Bea terkagum padanya.Cukup lama Bea memperhatikannya sampai mata itu bergerak membuat Bea terpaksa mengalihkan perhatiannya.Dia sangat malu dan mungkin saat ini pipinya merah merona.

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang