09

12 4 0
                                    

"Dan lo mungkin orang pertama yang dengerin ini langsung dari gua" Kata cowok itu lagi."Gua juga ngk tau alasannya,tapi ada setitik kepercayaan dihati gua buat lo" Sambungnya.Pipi Bea terasa memanas mendengarkan ucapan Kara barusan.

Bea hanya diam memperhatikan wajah Kara dari samping.Kini sudah jelas apa arti dari tatapannya.Bea lihat kini dimatanya ada luka yang bersusah payah ia pendam.Kesedihan juga menyelimuti tatapan itu.Matanya yang indah ternyata menampung luka dan kesedihan yg sangat teramat sakit.

"Apa yg bakal lo lakuin kalau kehilangan orang yang lo sayang?" Tanya cowok itu,kini tatapannya sudah mengarah ke arah Bea untuk menunggu jawaban.

"Hm..nangis.."Jawab Bea sedikit ragu. Lagipula siapa coba yg tidak meneteskan air mata jika kehilangan orang yg mereka sayang.

"Ada lagi?" Tanya Kara lagi.

"Mungkin untuk sekarang cuma itu. Karna itu yang paling umum kan yang bakal dilakuin orang-orang"Jawab Bea,kini matanya beralih memandangi Kara lagi.

"Lo bener" Jawab cowok itu singkat.

"Kenapa lo tiba-tiba nanya itu?Apa lo kehilangan seseorang yang lo sayang?"Tanya Bea kini sedikit ragu ragu.

Dilihatnya cowok itu hanya tersenyum remeh,Bea tak mengerti dengan ekspresi itu."Semua orang yang gua sayang udah ninggalin gua" Katanya memandang kosong ke arah depan.

Hati Bea sedikit teriris mendengar ucapannya itu,bukan maksud apa tapi apa benar hanya Bea saja yang merasakan perasaan ini.

"Mereka pergi kemana?"Bea bertanya lagi,walau sedikit tak enak.Apa dia terlalu kepo dengan urusan cowok ini?Ah,tapi kan Kara duluan yg bertanya.

"Yang jelas mereka ngk bakalan balik lagi" Jawab cowok itu.Bea tau ada nada luka disetiap kata yg ia ucapkan.

"Karna apa?Gua ngk ada maksud buat nyinggung lo atas pertanyaan ini,tapi kalo lo ngk mau jawab ngkpapa kok gua juga ngk maksa"Kata Bea merasa tak enak,apa dia sudah terlalu dalam menggali kehidupan Kara?

"Mereka kecelakaan,semua yang ada di dalam mobil waktu itu meninggal kecuali gua,bokap,kakak gua"Katanya dengan tatapan sedih."Harusnya gua aja yang meninggal waktu itu.Jangan Kafin"Sambungnya.

Bea terdiam mendengarkan cerita Kara.Pasti banyak sekali luka yg berusaha ia pendam sendiri.Dan satu lagi,siapa Kafin?Apakah Bea boleh bertanya untuk yg kesekian kalinya?

"Kafin?"Tanya Bea lagi.

"Saudara kembar gua".Mendengar pernyataan itu Bea sedikit terkejut. Dia tak pernah tau kalau Kara punya kembaran."Dia selalu jadi kebanggaan keluarga.Baik,pintar,nurut beda sama gua yg selalu dibanding ama Kafin. Seharusnya gua yg nemenin mama disana".Kara melihat keatas sambil menatap langit yg mulai gelap.

"Lo ngk boleh ngomong gitu,semua manusia pasti punga kelebihan dan kekurangan mereka masing masing. Kalo Kafin sama mama lo denger dia pasti sedih".

"Khusus untuk gua,ngk Be.Semua kelebihan yang gua punya udah ada sama Kafin,dan semua kekurangan yg Kafin punya ada di diri gua sekarang" Jawabnya sambil terus melihat kelangit.

"Tuhan itu maha adil Kar.Gua yakin ada satu kelebihan yang ada dalam diri lo".

"Pembawa sial,maksud lo?"Tanyanya.

"Ngk ada manusia yang dilahirin buat untuk bawa sial Kar".

"Ngk ada kecuali gua.Mereka meninggal semua gara gara gua.Gua yang waktu itu terus ngeyel buat jalan jalan padahal cuaca saat itu sedang ngk baik.Gua yg maksa.Mama udah ngelarang gua,tapi gua tetap maksa. Ini semua salah gua Be.Salah gua. Papa kehilangan orang yang dia cinta,dan kakak gua kehilangan adik kesayangannya itu semua salah gua. Sejak saat itu semua keluarga gua benci sama gua".Bea tersentak mendengar kata kata yg keluar dari mulut cowok itu.Kara tak pernah mengeluarkan kata kata sepanjang itu.Yang ia tahu cowok ini sangat irit bicara.Bukan cuma itu,penuturan yang ia lontarkan sangat menyakitkan untuk didengar,apalagi baginya yang merasakan.

"G-gua,ngk maksud gitu" Kata Bea merasa bersalah.

"Sory Be,gua kelawatan".

"Kar,gua boleh ngk peluk lo" Perkataan itu,keluar begitu saja dari mulutnya.

Cowok itu mengangguk,dan setelahnya Bea memeluk tubuh Kara erat.Berharap dapat menyalurkan kekuatannya pada Kara.Ia tahu bagaimana perasaan Kara saat ini.Kehilangan orang yg kita sayang pasti sangat menyakitkan.Apalagi jika keluarga tak memberi dukungan dan malah sebaliknya.Pasti luka yang ditanggung oleh Kara sangat sakit,tak heran ia menjadi pribadi yang dingin dan irit bicara.

***

Seseorang menarik tangan Bea sambil berjalan tergesa gesa.Kali ini ntah apa yg lagi yg akan dilakukan Iren padanya.Setelah cukup lama tak mengganggunya,kini tiba tiba saja saar Bea baru menginjakkan kaki di gerbang sekolah ia dan teman temannya sudah berdiri manis disana.Bea hanya pasrah saja,kemana Iren akan membawanya.Setelah berjalan cukup lama,Iren menghentikan langkannya dan tentu itu juga membuat langkah Bea berhenti.Kini mereka berempat sudah sampai di belakang sekolah.

"Jelasin ke gua sekarang!"Tiba tiba mulut Iren berucap tak jelas.Apa maksud dari kata kata itu.

"Hah?"Bea bertanya bungung.

"Kemarin gua liat lo boncengan sama Kara" Katanya.Oh ternyata masalah itu.Tapi dimana ia melihat Bea?Apakah kini Iren berprofesi sebagai penguntit?

"Apa yang mau dijelasin?Lo bukan siapa siapanya dia kan?"Jawab Bea,walau terdengar seperti nada menantang.

"Lo!Bener bener ya,lo kan tau kalo gua suka sama dia jadi ngepain lo masih deketin dia!"Ucap Iren penuh penekanan.

"Kalo lo suka ya lo usaha dong buat bikin dia suka juga sama lo,bukannya marah marah ngk jelas kayak gini.Kekanak kanakan banget"Ujar Bea dengan santainya dan tanpa ekspresi.Tentu saja kalian tau kan gimana wajah Iren saat ini?mukanya merah padam menahan emosi.

"Lo kenapa sih Be,bukannya lo selalu jadi mak comblang disetiap hubungan orang.Tapi kenapa sekarang lo mempersulit gua?Apa jangan jangan lo suka juga ya sama Kara?"Kata Iren meluapkan kekesalannya.

Deg.Jantung Bea tiba tiba berdetak tak normal kala mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Iren barusan.Dia tampak berfikir sejenak.

"Jawab!lo suka kan s-"

"Kalo iya kenapa?" Potong Bea sebelum Iren menyelesaikan kata katanya.

Ekspresi terkejut muncul di wajah Iren dan kedua temannya.Iren dan kedua temannya pergi meninggalkan Bea tanpa sepatah katapun.Kini Bea hanya sendiri disini.Ia terus memegangi jantungnya yang berdetak sangat kencang.

"Goblok,ngapain juga gua bilang itu ke si Iren.Harusnya gua tu diam aja ngk ngomong.Ah shit!"Gumam Bea pada dirinya sendiri karna merutuki perkataannya tadi.

Kini semuanya sudah berlalu,dan Iren serta kedua temannya itu sedah tau.Apakah semuanya akan kacau?tentu saja.Iren tak mungkin akan diam setelah mengetahui hal itu.

Huhu😭

Terharu banget sama kalian yg udah setia baca cerita aku.

Siapapun dan dimanapun kamu, aku harap harimu akan menyenangkan.

Next chap...

See u guys♥♥

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang