08

14 4 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 8 namun Bea masih tak bangkit dari tempat tidurnya.Ia telah memberi tahu Bi Ina bahwa hari ini ia dirumah saja.Bea kini hanya sendirian dikamarnya dengan selimut yang terus melekat erat pada tubuhnya, padahal cuaca diluar sana panas terik tetapi baginya hari ini hari yang sangat dingin.

"Non ini bibi bikinin bubur sama teh anget" Kata Bi Ina yang berujar dari luar kamar Bea.

"Masuk aja bi pintunya ngk Bea kunci"Jawab Bea masih dengan selimut tebalnya.

"Bibi tarok disini ya" Ucap Bi Ina seraya meletakan semangkok bubur dan segelas teh hangat di meja dekat Bea tertidur."Aduh badan Non Bea panas sekali,mau bibi belikan obat?" Tanya Bi Ina sambil meletakkan punggung tangannya di dahi Bea.

"Ngk usah bi,nanti juga sembuh sendiri"Tolak Bea tak mau merepotkan wanita yang mungkin hampir setengah dari hidupnya mengurusi rumah ini.

"Baik kalo Non Bea berkata seperti itu,kalo ada apa-apa panggil bibi ya non" Ucapnya kemudian pergi meninggalkan Bea sendirian di kamarnya lagi.

Mungkin ini bukan hanya terjadi pada Bea tapi juga sebagian dari kalian.Saat sakit seperti ini Bea sering bahkan selalu teringat pada sesosok wanita yang telah melahirkannya. Bahkan sudah hampir 6 tahun sejak ia ditinggalkan ia masih tak bisa benci dengan mamanya.Walaupun diluar sana banyak orang yang berbicara buruk tentang mamanya dan ia tak peduli itu karna ia akan percaya jika perkataan itu keluar sendiri dari mulut mamanya.Biasanya saat umur 7 tahun mamanya selalu membuatkan bubur ayam dan teh hangat jika Bea sedang sakit.Tapi sekarang ia tak bisa merasakan itu. Walaupun Bi Ina juga selalu membuatkannya itu,tapi kalian tahu rasa makanan terbaik yang kita rasakan itu pasti buatan mama. Bukannya Bea tak menghargai buatan Bi Ina tapi memang rasanya berbeda tetap enak,tapi berbeda karna Bi Ina bukan mamanya.

Mengingat ngingat tentang mamanya Bea jadi tak sadar bahwa bulir bening telah jatuh membasahi pipinya. Ditambah lagi papanya yang tak pulang pulang,menambah rasa sedihnya.Padahal papanya hanya berjanji 3-4 minggu saja tapi ini sudah minggu ke lima dan ia masih belum pulang.Bea sekarang merasa tak ada satu orangpun yang peduli padanya kecuali Bi Ina.

ting.

Notifikasi dari ponselnya membuat Bea harus menghentikan kesedihannya.

Kara.
dimana?

Satu kata yang tertulis membuat Bea bingung,mengingatkannya padaa kejadian kemarin.

dirumah

Kara.
ngk skolh?

ngk

Kara.
knp?

Skit

Kara.
oh.

Hanya sedikit percakapan singkat membuat Bea sedikit berpikir.Ada apa dengan cowok ini?Kenapa dia perhatian begini?Apa maksudnya? Mereka hanya sebatas teman sebangku,tak lebih.Bahkan mengobrolpun jarang.Ada apa dengan Kara ini,memikirkan itu Bea jadi sedikit lupa akan kesedihannya.Ia akan tidur saja setelah menghabiskan makanan yang dibawa Bi Ina tadi.

***

"Ma,mama mau kemana?" Tanya Bea kecil kepada mamanya.

"Bea...kamu udah bangun sayang?" Kata mamanya tanpa menghiraukan pertanyaan dari Bea.

"Udah ma,mama mau kemana?" tanya Bea untuk yang kedua kalinya.

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang