10

14 3 1
                                    

Pagi ini seperti pagi pagi biasanya yang Bea lalui.Ia baru saja sampai di sekolah,dan kini ia berjalan menuju kelasnya.Di dalam kelas sudah lumayan cukup ramai,karna jam sudah menunjukkan pukul 07.15.Saat baru saja ingin memasuki kelas matanya tak sengaja menangkap sosok yang telah mencuri hatinya,dan disaat yang bersamaan seseorang menabrak bahunya dengan sengaja membuatnya harus melepas pandangannya dari cowok itu.Siapa lagi orang itu kalo bukan Iren,ntah apa maksudnya melakukan itu.

"Lo tunggu ya pembalasan dari gua" bisiknya membuat Bea sedikit gelisah.
Apa yang akan dilakukan orang ini!Oh tuhan tolonglah Bea.

Bea berjalan ke arah bangkunya seteleh kepergian Iren.Setelah sampai dibangkunya,diperhatikannya cowok itu sama sekali tak bertukar posisi.Dia tak menyadari keberadaan Bea.Dia masih setia menelungkupkan wajahnya dengan kedua tangan yang dilipat,sehingga menutupi wajahnya.

Bea menatap rambut itu dengan kepala bertumpu pada salah satu tangannya.Rambut yang bagus.Tiga kata itu terlintas dipikiran Bea.Rambutnya memiliki bentuk yang unik,dan mungkin kalo dipegang terasa halus seperti kelihatannya.Tanpa sadar salah satu tangan Bea bergerak memegangi rambut cowok itu.Benar benar terasa halus.Ia jadi teringat kejadian dua hari yang lalu,dimana dirinya dan Kara berpelukan.Itu membuat pipinya merona,dan kini ia sudah senyam senyum sendiri seperti orang gila.Tanpa sadar tangannya yang berada di kepala Kara membuat tidur cowok itu terganggu.Kara mengerjapkan matanya mendapati Bea yg senyam senyum tak jelas dengan salah satu tangan yang berada di kepala Kara.

"Lo ngapain?" Tanya cowok itu.Bea terkejut kemudian melepaskan tangannya dari rambut Kara.Senyuman yang tercetak dibibirnya seketika hilang berganti dengan wajah panik.

"H-hah?A-apa?"Ujar Bea gelagapan.

"Lo ngapain senyam senyum ngk jelas sambil megang kepala gua?"Tanya Kara lagi.

"O-oh,itu diatas kepala lo tadi ada ulat jadi gua singkirin.Sekarang udah ngk ada lagi kok tenang aja,lo ngk perlu takut"Bohong Bea sambil menunjukkan giginya.

"Terus lo ngapain senyam senyum?" Tanya Kara lagi.Oh ayolah ada apa dengannya kali ini,biasanya kan dia irit bicara kenapa jadi banyak tanya begini.Apa lagi yg harus Bea jawab?

"Ooo....anu...Itu ulatnya lucu"Jawab Bea asal membuat Kara tertawa renyah.Dan kalian tau,sekarang jantung Bea benar benar berdetak tak karuan.Dan mungkin kini pipinya juga sudah merah merona.

"Ada ada aja lo"Ujar Kara sembari mengacak rambut Bea.Bea terpaku oleh perlakuan Kara itu.Itu sangat manis menurutnya,apalagi kalo yang melakukannya adalah Kara.

Bea masih tak berkutik,hingga seseorang guru memasuki kelasnya dengan membawa beberapa buku.Barulah ia sadar kalo kejadian tadi bukanlah hanya khayalannya saja,tapi benar benar terjadi.Dan perasaan yang tumbuh dalam dirinya untuk Kara semakin besar,Apa yang harus ia lakukan?Apakah Kara harus mengetahui hal ini juga?

***
Bel istiharat telah berbunyi beberapa menit yang lalu.Namun Bea masih masih setia menemani kelas yang didalamnya tinggal beberapa orang yang mungkin sebentar lagi akan keluar.Kara?kalian mempertanyakan keberadaan cowok itu?Entahlah Bea tak tau sekarang ia berada dimana.

Kini hanya Bea yang berada di kelas.Ia masih setia ditempat duduknya,memikirkan hal hal yang menurutnya tak penting.Sampai tiba tiba ia mendengar langkah sepatu yang kian mendekat.Ia perlahan mendongakkan kepalanya yg tadi sengaja ia telungkupkan.Alangkah terkejutnya ia mendapati seorang laki laki yang sudah berada disampingnya dengan tatapan dingin milik lelaki itu.

"Astaga!"Kaget Bea.Laki laki itu kemudian duduk dibangkunya tanpa memedulikan keberadaan Bea.Cukup lama terjadi keheningan hingga akhirnya lelaki itu terlebih dahulu membuka suara.

"Ngk ke kantin?" Tanyanya.

"Ngk" Jawab Bea.

"Kenapa?" Tanyanya lagi.

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang