BAGIAN 5 (I)

71 61 36
                                    

William pasti akan menemukanku dimana pun aku bersembunyi, jadi aku terus bergerak. Aku berlari seakan-akan bisa membebaskan diri dari apa yang telah kuperbuat kepada Rose, betapa aku telah mengecewakan William, betapa aku telah menghancurkan segalanya. Namun, bahkan aku tidak dapat meloloskan diri dari tatapan ibuku ketika aku membawa Rose ke pintu rumah kami.
Aku melihat bayangan putus asa menyapu wajahnya, dan aku pun berlari sebelum ayahku datang. Aku tidak bisa menghadapi keduanya. Aku seorang pengecut

Maka, aku terus berlari sampai tak dapat berpikir, hingga setiap kenangan buruk memudar, sampai aku hanya dapat merasakan otot-ototku terbakar. Aku bahkan meyakinkan diriku sendiri bahwa air mata yang mengaliri pipiku hanyalah air hujan.

Saat akhirnya aku melambat untuk mengumpulkan napas, aku sudah berada di luar desa, beberapa kilometer menyusuri jalan arah utara yang buruk. Lampu-lampu membias melalui pepohonan di sekitar tikungan, menerangi sebuah penginapan, salah satu dari sekian banyak di jalan lama. Penginapan itu ramai seperti biasa setiap musim panas, penuh dengan pelayan dan pekerja musiman yang mengikuti anggota kerajaan. Mereka tidak tinggal di desa Anogia, mereka tidak mengenal wajahku, jadi mereka adalah sasaran empuk untuk dicopet. Aku melakukannya setiap musim panas, tapi William selalu bersamaku, tersenyum seraya minum dan memandangiku beraksi. Kurasa tak lama lagi aku tak akan bisa melihat senyumannya.

Suara tawa nyaring terdengar selagi beberapa pria terhuyung keluar dari penginapan, mabuk dan riang. Kantong uang mereka bergemerincing, berat dengan upah hari ini. Uang pemberian dari kaum elite atas pelayanan, senyuman, dan bungkukan kepada monster-monster yang berpakaian bak dewa-dewi.

Aku telah banyak melukai orang hari ini, menyakiti orang yang paling kusayang. Seharusnya aku membalikkan tubuh dan pulang, menghadapi semua orang setidaknya dengan secuil keberanian. Namun, aku malah memilih bersembunyi di balik bayang-bayang penginapan, puas berdiam di dalam kegelapan
Kurasa kebiasaanku memang hanyalah menyakiti orang.

Tidak butuh waktu lama untuk mengisi saku-saku mantelku. Para pemabuk melangkah keluar setiap beberapa menit sekali dan aku membayangi mereka, berpura-pura tersenyum menyembunyikan aksi kedua tanganku. Tidak ada yang memperhatikan, tidak ada yang peduli, saat aku kembali menghilang. Aku adalah bayangan, dan tidak ada yang mengingat bayangan.

Tengah malam datang dan berlalu sementara aku tetap berdiri, menanti. Bulan di atas kepala merupakan pengingat yang terang akan waktu, akan berapa lama aku telah pergi. Satu kantong lagi, ujarku kepada diriku sendiri. Satu lagi kemudian aku akan pulang. Aku sudah mengucapkan itu selama satu jam terakhir.

Aku tidak berpikir ketika pelanggan berikutnya keluar. Mataku terpacu ke langit, dan dia tidak menyadari keberadaanku. Terlalu mudah dijangkau, terlalu mudah bagiku mengulurkan jari ke sekeliling tali kantong koinnya. Seharusnya aku sudah menyadari saat ini bahwa tidak ada yang mudah disini, tapi huru-hara dan tatapan Rose yang kosong membuatku jadi bodoh karena duka.
Tiba-tiba saja tangannya menangkap pergelangan tanganku, cengkeramannya begitu kuat, dan anehnya terasa panas saat dia menarikku keluar dari balik bayang-bayang. Aku berusaha melawan, melepaskan diri dan kabur, tetapi dia terlalu kuat. Saat dia berputar, kobaran api di matanya membuatku takut, sama seperti ketakutan yang kurasakan pagi ini. Namun aku menyambut hukuman apa pun yang mungkin akan diberikannya. Aku pantas menerimanya.

"Pencuri" ujarnya, rasa heran terdengar dari suaranya
Aku mengerjapkan mata, menekan dorongan untuk tertawa. Aku bahkan tidak memiliki kekuatan untuk protes "Itu sudah jelas."

Dia menatapku tajam, mengamati segalanya mulai dari wajahku ke sepatu botku yang lusuh, pandangannya membuatku gelisah. Setelah beberapa saat yang terasa begitu lama, dia menghembuskan napas berat dan membiarkanku pergi. Terkejut, aku hanya dapat memelototinya. Saat sekeping koin perak terlontar di udara, aku nyaris tidak memiliki ketangkasan untuk menangkapnya. Koin tetrarch. Koin tetrarch perak bernilai satu crown utuh. Jauh lebih bernilai daripada koin-koin sen curian manapun di saku-sakuku.

THE QUEEN OF SWORDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang